happy reading!
——
Saat menjemput si kembar pulang sekolah tadi, Yoora mendadak diam. Padahal biasanya, Yoora paling senang jika sang ayah yang menjemputnya dari sekolah.
Hampa rasanya ketika Seokmin menjemput si kembar tanpa senyum lebar dan pelukan erat dari keduanya. Yang ia lihat malah Yoora berjalan melenggang masuk ke dalam mobil—bahkan tanpa menyapa ayahnya—dengan bibir kecilnya yang melengkung ke bawah. Diikuti Yoobin yang juga tidak bersemangat karena ikut jadi korban mogok bicara Yoora.
Saat sampai rumah pun, Yoora hanya bicara seperlunya dengan Yuna. Tidak biasanya gadis kecil yang cerewet itu mengabaikan ibunya.
Tidak ada yang tahu apa penyebabnya. Sekalipun Yoobin. Ia bilang adiknya itu mulai murung saat jam istirahat di sekolah tadi.
Yoora masih belum keluar kamar setelah sampai dirumah. Yuna beberapa kali memeriksa kamar dan mengajaknya turun untuk bermain dengan kakaknya. Tapi kepala kecil itu menggeleng bersamaan dengan tangannya melipat kertas warna-warni di mejanya.
"Adek gamau turun?" tanya Seokmin ketika ia bergantian dengan Yuna untuk menghiburnya.
Rambut Yoora yang masih terikat dua bergoyang ketika ia kembali menggelengkan kepalanya. Seokmin duduk di tepi kasur kecil putrinya dan menatap Yoora yang menyibukkan diri dengan kertas origami.
"Adek kenapa?" tangan Seokmin bergerak menyibak anak rambut Yoora yang turun di keningnya. Membuat gadis kecil itu tanpa sadar sedikit memundurkan kepalanya, menghindari tangan sang ayah.
"Ada yang nakalin adek di sekolah?" tebak Seokmin mengingat Yoora berubah murung saat di sekolah, "Siapa orangnya? Nanti papa omelin karena udah bikin adek sedih," ujar Seokmin sedikit menggebu berharap si kecil tertawa.
Namun Seokmin kembali mendapat balasan gelengan kepala.
"Adek nggak laper?" tanya Seokmin lagi karena tau Yoora memang belum makan siang.
"Laper..." cicit gadis kecil itu. Seokmin terkekeh mengira Yoora akan tetap mengabaikannya.
Tanpa permisi Seokmin bergerak menggendong putrinya. Menahan tubuh kecil Yoora dengan sebelah tangan, lalu beranjak keluar kamar.
"Kasian mama buat kue sendirian dibawah padahal biasanya dibantuin sama adek," ujar Seokmin sementara Yoora bergeming. Ia memang tidak keluar kamar sejak pulang dari sekolah, tapi Yoora bisa mencium wewangian kue kesukaannya dibawah sejak tadi.
"Kenapa nggak papa aja yang bantuin mama," Yoora berkomentar.
"Papa kan bantu ngabisin aja nanti."
"Dasar papa mah..."
Yuna terkejut melihat Seokmin berhasil membawa putrinya keluar dari kamar. Ia lalu tersenyum melihat mata Yoora langsung terkunci pada kue mangkuk yang baru matang di atas meja makan.
Selama beberapa saat, rasa murung Yoora tertutup oleh kue nya. Gadis kecil itu memakan kue buatan ibunya hingga kaki kecilnya berayun dari kursi saking senangnya.
Saat tanganya mencoba meraih kue ketiganya, Yuna menegurnya, "Jangan langsung diabisin dek. Om Hansol sama Tante Yewon mau kesini, nanti nggak kebagian."
Yoora menyengir pelan. Menunjuk deretan gigi putihnya namun sambil diam-diam mengambil kue mangkuknya. Kemudian Yoora tertawa ditatap sinis oleh ibunya kepergok mencuri kue.
"Dedek Alice juga ikut?" tanya Yoobin. Yuna mengangguk mengiyakan. Membuat Yoobin makin tak sabar bertemu bayi perempuan itu.
Disisi lain, Yoora yang mendadak mengingat sesuatu, menatap seluruh anggota keluarganya yang kebetulan berada di ruang makan.