——
Selain minta buah-buahan aneh, ngidamnya Yuna itu menyulitkan tapi juga menguntungkan Seokmin. Pasalnya Yuna tidak ingin ditinggal Seokmin kemanapun. Bahkan untuk ke kamar mandi sebentar, Seokmin harus meyakinkan Yuna atau ia akan berakhir tidak mandi seharian.
Seokmin terpaksa mengambil cuti sampai waktu yang tidak ditentukan untuk bersama Yuna dirumah. Pernah Seokmin pergi ke kantor meninggalkan Yuna sendiri dirumah, saat ia kembali kondisi Yuna berantakan. Yuna mogok makan, seharian hanya berbaring dikasur sambil menangisi kepergian Seokmin.
Tapi keuntungannya adalah, keduanya—terutama Seokmin, jadi merasa kembali ke masa dimana mereka muda dulu. Sifat manja Yuna bertambah dua kali lipat. Memang sedikit merepotkan, tapi Seokmin menyukainya. Sangat.
Yuna sendiri sebenarnya sangat sadar. Sifat manjanya—yang walaupun sangat disukai Seokmin—sangat merepotkan suaminya, tapi mau bagaimana lagi. Toh, itu bukan keinginan Yuna, tapi kemauan Lee kecil diperutnya.
Malam ini seperti biasa, Yuna sudah mempersiapkan diri untuk menerima pelukan hangat Seokmin. Ditambah satu kebiasaan aneh Yuna saat dimalam hari. Mengelus perut Seokmin sebelum tidur.
Biasanya, sang suami yang mengelus perut buncit istrinya, tapi disini malah sang istri yang ingin mengusap-usap perut suaminya.
"Soalnya perut kamu juga buncit sama kayak aku..." ujar Yuna saat ditanya alasannya.
Dan Seokmin berjanji untuk kembali rajin olahraga esok hari.
Seakan tidak mau kalah dengan istrinya, Seokmin juga perlu mengelus perut buncit istrinya. Kemudian menyanyikan lagu nina bobo untuk Yuna dan baby Lee, barulah mereka bisa pergi ke alam mimpi. Tapi malam ini Yuna tidak langsung tertidur.
"Seok, aku mau jeruk..."
"Sekarang?"
Kepala Yuna yang menyembul dipelukan Seokmin mengangguk. Seokmin dengan wajah mengantuknya tersenyum. Ia bangkit dari kasur lalu beranjak ke dapurnya.
"Jangan lama-lama!" seru Yuna mengingatkan.
Seokmin mengangguk, "baiklah nyonya Lee tercinta..." ucapnya membuat Yuna yang mendengarnya tertawa.
Tidak lama Seokmin kembali dengan dua buah jeruk ditangannya. Ia duduk bersandar di kepala ranjang diikuti Yuna yang melakukan hal serupa.
"Kupasnya yang cepet ya. Aku kasih waktu sepuluh detik!" tantang Yuna tiba-tiba dan Seokmin tidak pernah bisa menolak keinginan istrinya.
"Satu, dua, tiga!"
Seokmin mulai mengupas jeruknya.
"Yeay!!" seru Yuna heboh ketika Seokmin berhasil dengan cepat mengupas satu buah jeruk. Seokmin sendiri bingung kenapa Yuna bisa sampai sesenang itu.
Seokmin mengambil satu potong jeruknya lalu berniat menyuapkan pada Yuna, "nih aaaa!" ujarnya sambil memberi gestur agar Yuna membuka mulutnya, tapi Yuna menggelengkan kepalanya pelan.
"Aku cuma mau liat kamu ngupas jeruk hehe..."
Seokmin sweatdrop ditempat. Yang dilakukan Yuna memang keinginan si calon bayi, tapi kenapa terkadang ia berfikir kalau Yuna tengah mengerjainya ya?
"Tidur lagi~~" Yuna kembali berbaring lalu menarik selimutnya, "sini tidur!" ajak Yuna pada Seokmin sambil merentangkan tangannya seperti anak kecil yang ingin dipeluk.
Setelah meletakkan jeruknya di meja kecil sebelah kasurnya, Seokmin bergabung dibawah selimut Yuna. Kembali mendekap istri manjanya dengan pelukan hangat.
"Aku ngeselin ya?" bisik Yuna.
"Sedikit..."
Yuna mendongakkan kepalanya, "kamu marah ya?"
"Sedikit..."
Yuna tertawa lalu kembali memeluk Seokmin, "jangan marahhh~~" kemudian ia merasa Seokmin membalas pelukannya.
Merasa ucapannya tak dapat respon, Yuna kembali mengangkat kepalanya. Kedua sudut bibirnya terangkat mengetahui Seokmin sudah terlelap. Tak lama Yuna mengikuti jejak Seokmin pergi ke alam mimpi.
Paginya Yuna sedikit terkejut ketika menyadari ruang kosong dikasurnya. Masih sangat pagi dan Seokmin sudah menghilang.
"Seok?"
Karena tidak menemukannya di toilet, Yuna beranjak pergi dari kamar. Perlahan menuruni anak tangga lalu menyisiri seisi rumah sambil terus memanggil Seokmin. Sampai akhirnya Yuna menemukan suaminya itu tengah sibuk entah membuat apa di dapur.
"Bau masakanku bikin kamu kebangun ya?" tanya Seokmin melihat Yuna berdiri diambang pintu dapur.
Yuna menggelengkan kepalanya lalu tertawa. Tanpa sadar air matanya turun. Seokmin yang melihatnya panik lalu menghampiri istrinya.
"Kenapa nangis??"
Tangan Yuna menghapus air matanya sendiri, "kufikir kamu pergi karena marah soal semalem..."
Seokmin tertawa renyah. Selain menjadi manja, Yuna jadi juga jadi lebih sensitif, "ya enggak lah sayangkuuu..." jemari Seokmin ikut menghapus sisa air mata Yuna. Setelah itu tangisan Yuna justru semakin kencang.
"Kok tambah deres nangisnya??" tanya Seokmin panik.
"M-mataku pedes huhuhu..."
"Aduh aku lupa abis motong cabe!"
"Perih Seokkkk..." rengek Yuna sambil mengibaskan tangannya pada matanya yang kembali berair. Seokmin dengan cekatan membawa Yuna untuk mencuci matanya di westafel.
Seokmin meniup pelan kedua mata Yuna bergantian, "masih perih?" tanya Seokmin.
Yuna mengangguk. Ketika Seokmin ingin kembali meniupnya, Yuna menahannya, "jangan ditiup..."
"Terus?"
"Cium..."
Seokmin menaikkan sebelah alisnya lalu tersenyum miring, "kamu lagi akting ya?" tanyanya penuh selidik.
"Ih enggak, beneran perih tau! Cium, biar nanti perihnya ilang!" ucap Yuna setengah memaksa dan Seokmin tidak punya pilihan lain selain mengikuti apa kata istrinya. Lagipula tidak ada ruginya juga.
Seokmin segera mencium kedua kelopak mata Yuna bergantian. Tidak lupa ia mencari kesempatan untuk mencuri kecupan kecil di hidung dan bibir kecil istrinya.
"Seokk!!"
🌙