warn; dibawah ini dirty talk bukan ya hm....
——
Terhitung sudah satu minggu ini Seokmin selalu pulang larut. Pekerjaannya di kantor benar-benar menyita waktunya untuk berkumpul bersama keluarga.
Setiap sampai di rumah, Seokmin sudah tidak terkejut lagi jika melihat istrinya sudah tertidur lelap di kamarnya. Tapi kali ini berbeda, Seokmin malah mendapati Yuna tertidur di sofa ruang tengah.
Setelah memastikan pintu sudah terkunci, Seokmin menghampiri Yuna yang bahkan tidak terusik ketika ia masuk rumah. Seokmin berkali-kali membangunkan istrinya namun nihil. Tidur Yuna terlalu pulas.
Tangan kiri Seokmin bergerak untuk mengangkat kepala istrinya sementara tangan kanannya terselip pada bawah lutut Yuna. Perlahan Seokmin membawa istrinya yang kini berada dalam gendongannya menuju kamar. Bridal style.
Baru melangkahi beberapa anak tangga, Yuna membuka matanya. Ia sedikit terkejut melihat Seokmin dihadapannya.
"Udah pulang?" tanya Yuna dengan suara pelan. Seokmin hanya mengangguk sambil tersenyum melihat wajah mengantuk istrinya.
Yuna beberapa kali mengerjapkan matanya mengumpulkan kesadarannya. Namun rasa kantuknya tetap lebih besar, "udah... makan?"
Seokmin menatap wajah Yuna, "udah kok..." jawabnya tanpa menghentikan langkahnya menaiki tangga, "ngomong-ngomong soal makan, kayaknya diet kamu gak berhasil ya?" Seokmin berujar sambil berpura-pura kewalahan membawa Yuna di gendongannya.
Yuna menahan nafasnya lalu bergerak menyentil hidung mancung suaminya. Membuat Seokmin merintih sebentar lalu tertawa melihat Yuna mengerucutkan bibirnya.
"Sembarangan kalo ngomong..." Yuna berujar dengan mata tertutup. Jika ia sedang tidak mengantuk, Seokmin pasti di teriakki oleh Yuna saat ini.
Seokmin tidak berniat membalas ucapan Yuna karena melihat wanita itu kembali terlelap dalam gendongannya.
Sesampainya dikamar, Seokmin langsung membaringkan istrinya yang sama sekali tidak terusik tidurnya. Ia kemudian menempatkan dirinya untuk tidur disebelah Yuna setelah sebelumnya membersihkan diri.
Dengan gerakan pelan, Seokmin memeluk Yuna dari belakang. Tanpa disangka Yuna malah terbangun. Yuna membalikan badannya menghadap Seokmin lalu membalas pelukan suaminya. Keduanya diselimuti keheningan. Baik Seokmin maupun Yuna masih asik menatap wajah pasangannya dari dekat.
"Kenapa tidur di sofa? Biasanya juga udah molor dikasur kalo aku pulang..." bukannya mengajak tidur, Seokmin malah membuka percakapan.
Yuna mendongak menatap wajah suaminya dari dekat, "pengennya nungguin kamu sampe pulang, eh malah ketiduran..." ujarnya. Entah kenapa rasa kantuknya hilang ketika melihat wajah Seokmin kali ini.
"Tadi anak-anak juga nungguin kamu, tapi aku paksa tidur duluan aja karena udah malem banget," lanjut Yuna, "mereka kangen sama kamu."
Seokmin terdiam. Padahal mereka masih satu rumah. Yuna tiba-tiba tertawa pelan, "tadi Yoobin bilang mau ketemu kamu, katanya 'takut lupa sama muka papa' haha..."
"Sampe segitunya..."
"Ya kamu lagian! Berangkat sebelum anak-anak bangun terus pulang sesudah anak-anak tidur."
"Aku dapet proyek gede yang gak bakal selesai dalam waktu singkat. Tapi mau cepet-cepet aku selesaiin, biar dapet bonus terus bisa beliin kamu banyak bh buat seumur hidup."
Yuna tidak bisa menahan tawanya. Seokmin tiba-tiba menyingkap kemeja tidur Yuna bagian bahu kanannya. Yuna menampar pelan tangan Seokmin ketika suaminya itu menyibak bajunya lebih lebar. Apalagi Seokmin sempat mengintip sesuatu di balik baju tidurnya.