——
"Mama, kakak nih!"
Teriakan nyaring Yoora terdengar bersamaan dengan langkah kecil kakinya yang berlari menuruni tangga dengan tergesa-gesa. Membuat Yuna menegurnya dengan cepat, takut bocah kecil itu terjatuh nantinya.
Sesaat setelah Yoora sampai dibawah, gadis kecil itu merengek pada ibunya. Berkali-kali mengatakan tidak ingin lagi tidur satu kamar bersama kakaknya dan menginginkan satu kamar untuknya sendiri. Cukup membuat Yuna kebingungan karena anak perempuannya itu tidak pernah bisa tidur sendiri.
"Kakak selalu berantakin kasurku. Padahal adek udah capek-capek rapiinnya," jelas Yoora ketika ditanya alasannya.
"Tadi kakak lagi nyari buku kakak yang ilang," ucap Yoobin.
"Kan nggak mungkin buku kakak dikasur adek."
"Ya kan siapa tau..." Yoobin mengendikkan bahunya, "Lagian udah kakak rapiin lagi tuh kasurnya."
"Iya, tapi nanti pasti diberantakin lagi!" sungut Yoora.
Yoobin meringis. Kalau Yoora sudah mengadu seperti ini lebih baik ia diam. Jika suasananya sudah agak tenang, baru ia berani menjahili adiknya lagi.
Yoora menghampiri ibunya yang sedari tadi mendengarkan namun tetap sibuk membuat kue, "Mama, boleh ya? Adek mau punya kamar sendiri?" rayunya sambil menarik pelan baju ibunya.
"Emang adek berani tidur sendiri?" tanya Yuna.
"Berani!"
"Yaudah, bantu mama hias kuenya dulu," Yuna meletakkan sekotak kue cokelat polos diatas meja makan.
"Adek mau kamar, bukan kue..."
"Nggak mau kue nih?" Yuna menggoda Yoora dengan mengambil kembali kuenya dari meja. Ia terkekeh pelan ketika putri kecilnya dengan cepat mencegahnya.
"Mau," cicit Yoora seraya duduk dikursi lalu meraih dua toples kecil berisi keju dan cokelat meses berbagai warna. Rasa kesal pada kakaknya tadi menghilang entah kemana. Perasaannya selalu senang jika ia sedang menghias kue buatan ibunya.
Sementara itu Yoobin ikut duduk dikursi meja makan. Menatap adiknya yang serius ketika menaburkan topping diatas kue sesuka hatinya. Diam-diam berdoa semoga adiknya lupa dengan permintaannya untuk pisah kamar dengannya.
Satu rahasia kecil. Disini bukan hanya Yoora yang tidak bisa tidur sendiri. Yoobin pun tidak bisa tidur jika tidak ada adiknya. Ingat ketika Yoora memutuskan tidur dikamar orang tuanya setelah ia menakutinya dengan cerita hantu osaka?
Yoobin sedikit terkejut ketika Yoora langsung meminta kamar sendiri tadi. Padahal biasanya, setelah Yoobin berhasil mengacak kasurnya, Yoora hanya merajuk hingga menekuk wajahnya karena kesal. Yang menjadikannya alasan kenapa ia tidak pernah bosan menjahili adiknya. Raut marah Yoora selalu terlihat lucu dimata Yoobin.
Yoobin bersyukur. Hingga kue bolu buatan ibunya siap disantap, Yoora tidak lagi mengungkit kamar baru yang tadi ia pinta. Kini keduanya tengah memakan kue bolu sambil menonton tv ketika ayahnya datang.
Yoora memekik ketika potongan kue ditangannya menghilang karena direbut oleh sebuah tangan besar. Yoora memajukan bibir bawahnya ketika ayahnya memakan kuenya tanpa ijin.
"Mama, papa nakal," Yoora sontak mengadu ketika Yuna baru bergabung duduk di sofa.
"Kenapa sih papa sama kakak nakal terus sama adek..." kembali bibir mungil itu mengerucut karena kesal. Melihat Yoora marah malah membuat Seokmin dan Yoobin justru tertawa gemas.
Gadis kecil itu masih merajuk ketika Seokmin membawanya ke dalam pangkuannya sambil sesekali tangannya mencubit pelan pipi Yoora, "Jam berapa ini? Bobo siang yuk?" ajaknya mengindahkan ujaran kesal putrinya.