——
Tubuh Yoora terguncang. Matanya beberapa kali mengerjap lalu menyapu seluruh kamarnya. Kosong. Kasur kakaknya juga kosong.
Dengan gerakan cepat Yoora turun dari kasurnya, keluar dari kamarnya lalu meneliti seisi rumah. Tidak ada siapapun kecuali ayahnya yang tengah sibuk entah dengan apa, Yoora tidak tau.
"Kok adek udah bangun?" tanya Seokmin. Ini hari libur ditambah jarum jam bahkan belum menunjuk pukul enam pagi tapi putrinya sudah berkeliling rumah.
"Mama mana?"
"Mama lagi belanja..." jelas Seokmin. "Adek mau Papa bikinin susu?"
Melihat Yoora mengangguk kecil, Seokmin berlalu ke dapur meninggalkan pekerjaannya dengan Yoora mengekorinya dari belakang.
Seokmin tertawa pelan melihat Yoora meletakkan dagunya diatas meja makan. Memperhatikannya membuat segelas susu dengan mata sayu serta rambutnya yang berantakan.
"Cuci muka dulu sana dek."
Dengan susah payah Yoora turun dari kursinya. Kemudian pergi ke westafel dengan Seokmin tertawa geli dibelakangnya. Kaki kecil Yoora berjinjit, gadis itu kesulitan meraih keran air hingga beberapa kali suara geraman keluar dari mulutnya. Sampai tangan ayahnya menggendong pelan tubuhnya, barulah Yoora dapat menyalakan air serta membasuh wajah mengantuknya.
"Ini." Seokmin menyerahkan segelas susu pada putrinya. Kemudian keduanya beranjak pergi ke ruang tengah.
Yoora duduk bersila disofa sembari menegak susunya ketika ayahnya sibuk mengurusi rumah. Hari Minggu. Waktunya membenahi rumah yang menurut Yoora sih, tidak ada gunanya. Lihatlah bagaimana ayahnya membuang tenaga mondar-mandir memindahkan perabot namun pada finalnya, barang-barang itu tetap berakhir ditempat asalnya.
Ayahnya hanya mencari kesibukan dihari libur.
"Pah, kakak mana?" tanya Yoora memecah keheningan. Baru sadar kalau ia tidak melihat kakaknya sejak tadi.
"Ikut Mama."
Jawaban ayahnya membuat Yoora teringat mimpinya. Mendadak perasaan takut tadi kembali datang. Berkali-kali Yoora melempar tatapan pada pintu rumahnya. Menunggu kedatangan ibundanya.
Hingga ketika suara derit pintu membuat Yoora bergegas turun dari sofa. Kemudian mendapati Yoobin yang baru menerobos masuk ke dalam rumah, "Adek! Kakak beli roti!!" ujarnya lantang sembari menunjukkan mengangkat tinggi roti ditangannya.
Detik berikutnya Yoobin berjengit kala Yoora merebut paksa roti ditangannya. Yoobin terkekeh, segitu sukanya Yoora pada roti?
"Ini buat adek!"
Sambil mengeluarkan senyum miringnya, Yoobin merogoh kantung berukuran sedang ditangannya. Mengeluarkan satu lagi roti dari sana, "Masih ada lagi, wlek!"
Namun lagi-lagi Yoora berhasil merampasnya dengan cepat.
"Ih adek satu-satu!"
"Nggak boleh! Ini punya adek!"
"Sini nggak!" Yoobin ikut berlari mengejar Yoora yang mendadak kabur dengan dua roti dipelukannya.
Dua pasang kaki kecil yang berlari mengelilingi ruang tengah itu menimbulkan suara berisik. Seokmin yang sempat menghilang, kini menyembulkan kepalanya dari ruang kerjanya. Bersamaan dengan itu, Yuna memasuki rumah dengan dua kantung belanja ditangannya. Wanita itu dibuat bingung melihat dua anaknya tengah kejar-kejaran di dalam rumah.
"Kalian jangan lari-lari!"
Yoobin dan Yoora otomatis menghentikan langkahnya mendengar seruan ibunya.