53. rain

456 58 20
                                    

happy reading<3

——

Yoora tengah memandangi halaman belakang rumahnya ketika air hujan tiba-tiba turun. Melihat itu, Yoora tersenyum lebar. Ia turun dari kasurnya kemudian mengambil langkah seribu menghampiri ibunya dilantai bawah.

"Mama," panggil Yoora. Menarik pelan baju yang dikenakan ibunya.

"Kenapa sayang?" Yuna merespon tanpa mengalihkan perhatian dari teh yang sedang diseduhnya.

"Hujan!" tunjuk gadis kecil itu pada rintik hujan diluar jendela.

Yuna menoleh, menatap halaman belakang yang basah lewat jendela dapur, "Wah iya, hujan lagi," ujarnya mengingat sudah beberapa hari ini ia kesulitan menjemur pakaiannya.

"Seokmin aku lupa lagi jemur sepatu si kembar diatas!!" pekik Yuna tiba-tiba teringat. Setelah itu terdengar suara berisik Seokmin yang berlari dari ruang tengah ke lantai atas.

"Hati-hati!" Yuna tertawa melihat suaminya nyaris terpeleset di tangga tadi.

Usai melihat keributan dihadapannya, Yoora kembali teringat tujuan awalnya, "Mama, adek mau main hujan boleh ya?" pintanya dan kini gadis kecil itu mendapat perhatian penuh ibunya.

Yuna menatap putrinya lalu menengok keluar jendela, melihat hujan yang turun saat ini cukup deras, "Nggak boleh ya," larangnya.

Yoora memajukan bibir bawahnya, "Sebentar aja ya, ma. Adek udah lama nggak hujan-hujanan..." tangannya meraih lengan ibunya sambil memohon.

"Hujannya gede, kalau hujan-hujanan kamu pasti langsung sakit," jelas Yuna.

Yoora merungut semakin bergelayut di lengan ibundanya, "Sebentar aja, yah ma?"

Yuna terkekeh lalu menggeleng pelan, "Adek jangan goyang-goyang nanti air panasnya tumpah loh ini," Ia menahan tubuh kecil Yoora.

"Main sama kakak atau papa aja ya."

Akhirnya Yoora menyerah. Ia pergi dari dapur bersamaan dengan ayahnya yang baru kembali dari lantai atas.

Senyumnya kembali mengembang. Jika tidak dapat izin ibunya, mungkin ia bisa merayu ayahnya.

"Papa, adek mau main di luar boleh ya?"

Seokmin baru saja menyamankan diri untuk di sofa. Sedikit berjengit ketika putri kecilnya mendadak merangkak ke pangkuannya, "Boleh yaa??" Yoora merayu lagi.

Seokmin melirik Yuna yang kepalanya menyembul dari dapur dan menatapnya di ujung ruangan. Istrinya itu mengangkat dua tangannya depan dada membentuk tanda silang, memintanya untuk berkata tidak. Kemudian Seokmin kembali menatap anak perempuannya.

"Boleh," ucap Seokmin diluar dugaan. Sukses membuat Yuna melempar tatapan tajam padanya. Berbeda dengan Yoora yang sontak bersorak sampai memeluk leher ayahnya.

"Tapi tunggu hujannya reda ya," lanjut Seokmin tiba-tiba. Yoora berjengit. Kemudian Seokmin merasa pelukan putrinya semakin mengerat hingga mencekiknya.

"Tapi kan adek mau main hujan-hujanan!" rengek Yoora.

"Adek bilangnya cuma mau main di luar tau," kata Seokmin sembari melepas lengan kecil Yoora dari lehernya.

"Kan maksudnya mau main hujan di luar, ya?" Yoora menjelaskan lagi. Memeluk sebelah lengan ayahnya.

Seokmin tersenyum. Bersamaan dengan itu Yuna datang bergabung duduk di sofa, "Kata mama nggak boleh, kan?" tanyanya.

"Kan adek minta izinnya sama papa."

"Ya papa minta izin dulu sama mama buat izinin kamu," Seokmin menangkup pipi bulat Yoora yang tengah cemberut. Gemas lihatnya.

fami-leeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang