6. jelly

5.1K 723 97
                                    

——

Sore itu, Seokmin dan Yuna yang sedang bersantai diruang tv dikejutkan dengan kepulangan Yoobin dan Yoora. Sedari siang si kembar izin untuk bermain sepeda di lapangan komplek dan baru pulang ke rumah jam enam sore. Bukan keterlambatan mereka sampai dirumah yang membuatnya Yuna dan Seokmin terkejut, melainkan gambaran si kembar saat sampai dirumah waktu itu.

Yoobin dengan raut khawatir menggendong Yoora yang sudah menangis dipunggungnya dengan keadaan kaki kanannya yang berdarah.

Pengakuan Yoobin, ia membiarkan adiknya ikut menaiki sepeda roda dua bersamanya sampai kehilangan keseimbangan dan membuat Yoora terjatuh menabrak aspal. Lukanya yang cukup besar membuat Yoobin terus-terusan meminta maaf karena merasa tidak bisa menjaga adiknya. Apalagi sebelumnya kaki Yoora sempat terkilir saat latihan balet disekolah minggu lalu.

Alhasil kaki kanan Yoora harus di gips. Gadis kecil itu hanya pasrah saat kakinya tidak bisa digunakan untuk beberapa hariーatau mungkin beberapa minggu ke depan. Seokmin dan Yuna jadi memberikan perhatian lebih pada Yoora yang membuat Yoobin berubah belakangan hari ini.

Saat ini mereka sedang berada diruang tv. Seokmin menonton tv, Yoobin yang asik dengan gamenya, serta Yuna yang sedang menyuapi makanan untuk Yoora. Sesekali Yoobin mencuri pandang pada Yoora. Kenapa ibunya harus menyuapi Yoora sementara Yoobin makan sendiri tadi? Karena Yoora sedang sakit? Kan kakinya yang terluka, Yoora bisa makan dengan kedua tangannya kan?

Yoobin menggelengkan kepalanya pelan. Menghapus perasaan aneh dalam dirinya. Yoora kan adiknya, dia sedang sakit, tidak aneh jika ayah dan ibunya lebih perhatian padanya saat ini.

"Sini papa gendong..." ujar Seokmin lalu menggendong Yoora di punggungnya kemudian membawanya kekamarnya dilantai atas dengan Yoobin yang berjalan dibelakang ayahnya.

Bahkan Yoora kemana-mana digendong ayahnya.

Bohong kalau bilang Yoobin tidak iri sekarang. Ia jadi menyesal tidak menjaga adiknya saat naik sepeda kemarin. Kalau saja ia menolak adiknya yang meminta naik sepeda berdua waktu itu, kaki Yoora pasti baik-baik saja dan Yoobin lah yang digendong ayahnya untuk membawa tidur ke kamar sekarang.

Seokmin dan Yuna kelamaan menyadari perubahan sikap Yoobin. Sangat terasa karena rumah jadi lebih sepi semenjak Yoobin berubah jadi pendiam.

"Jagoannya papa diem aja, kenapa sih??" Seokmin ikut duduk disebelah Yoobin yang sedang menonton tv. Yoobin menggeleng pelan tanpa melepaskan matanya pada tv didepannya. Seokmin merangkul putranya pelan, "mau main ps sama papa?" ajaknya.

"Nggak."

Baiklah, Seokmin sedikit takut pada sikap Yoobin saat ini. Ia jadi merindukan suara lengkingan putranya yang setiap hari mengisi rumah.

"Seok, bawa Yoora ke kamar nih..." ujar Yuna setengah berteriak dari arah ruang makan setelah memberikan obat pada Yoora. Waktunya Yoora untuk tidur siang.

Seokmin baru saja ingin beranjak dari sofa namun Yoobin mendadak menahan tangannya.

"Yaudah Yoobin mau main ps sama papa..."

Seokmin mengerutkan keningnya bingung sambil menatap Yoobin yang yang masih memeluk lengannya. Bukankah beberapa menit yang lalu Yoobin menolak ajakannya.

"Yaudah papa bawa adek ke kamar dulu ya?"

Yoobin mengeratkan kaitan tangannya pada ayahnya, "katanya mau main ps!"

"Iya nanti ya sayang, adek kamu mau tidur, nanti papa turun lagi ya?"

"Mau sekarang main ps nyaaaaaa!"

"Seok?" Yuna yang sedari tadi menunggu Seokmin yang tidak kunjung datang ke dapur kini menghampiri suaminya diruang tv bersama Yoora disebelahnya. Yuna yang mengerti bahwa Yoobin sedang merajuk kini memberinya penjelasan.

"Yaudah gajadi main ps nya," dengan itu Yoobin malah melarikan diri ke ke lantai atas meninggalkan ketiga orang disana.

"Kakak marah sama aku ya?" tanya Yoora pelan.

Yuna tersenyum pelan, "enggak kok sayang, sekarang kamu pergi tidur yuk, kan mau cepet sembuh..." Yoora mengangguk sambil tersenyum lebar hingga kedua matanya melengkung.

Setelahnya Yoora sudah berada di punggung ayahnya yang diandaikan menjadi pesawat yang baru lepas landas untuk pergi ke kamar.

Ternyata Yoobin sendiri sudah ada dikamar. Ia menenggelamkan tubuhnya dibawah selimut diatas kasurnya. Sementara Seokmin meletakkan Yoora dikasurnya, Yuna beralih ke kasur Yoobin.

Yoobin menahan selimutnya ketika Yuna mencoba untuk menyibaknya pelan, "kakak kenapa sih?" ucap Yuna ditelinga Yoobin. Yoobin menggeleng. Tidak lama Yuna yakin isakan pelan yang didengarnya pasti berasal dari putranya itu. Yuna menoleh pada suaminya bingung. Seokmin menghampirinya meninggalkan Yoora yang kebingungan dikasurnya.

"Apa kaki aku harus berdarah dulu biar bisa disayang sama mama papa?"

Seokmin maupun Yuna tersenyum pelan. Sekarang jelas alasan kenapa Yoobin berubah belakangan ini.

"Kaki kamu gak perlu berdarah biar bisa disayang..." Seokmin mengusap lembut surai putranya, "papa sama mama sayang kok sama kakak..."

"Tapi aku juga mau disuapin mama, aku mau digendong sama papa ke kamar kayak adek..."

Yuna tersenyum kecil lalu memeluk putranya, "kan adek lagi sakit, jadi mama suapin, terus gamungkin kan adek naik tangga sendiri?" Yuna menghapus air mata di pipi Yoobin. Ia tertawa melihat hidung putranya yang sedikit memerah karena menangis, "kalo kakak mau disuapin atau digendong, kakak tinggal bilang sama mama sama papa..."

Kemudian Yoobin memeluk leher ibunya.

"Kak..." Yoora entah sejak kapan sudah bergabung dengan orang tuanya di kasur Yoobin, "maaf yaaa, lagian aku lebih suka makan sendiri biar gak ngerepotin mama, udah gitu digendong papa juga gaenak tau, kak..." kata Yoora membuat ayahnya melirik kearahnya. Yuna tertawa.

Yoobin masih menenggelamkan dirinya dipelukan ibunya tanpa merespon ucapan adiknya, "kakak marah sama adek? Kok diem aja?" tanya Yoora.

Yoobin menggeleng pelan, "enggak..."

"..."

"Kakak malu abis nangis didepan adek..."

Seokmin dan Yuna tidak bisa menahan senyumannya. Gemes banget sihhh.

"Tuh kan, lagian udah gede masa nangis..." ujar Seokmin menggoda Yoobin.

"Mah, papa tuhhh!!!"

"Masa cowok nangis sih..."

Sedetik setelah Seokmin menggoda putranya lagi, Yoobin menerjang ayahnya dengan pukulan-pukulan dari tangan kecilnya.


🌙



sejak nulis book ini, jadi pengen punya anak kembar hehehe

ps: jelly means jealous XD

fami-leeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang