——
Yuna memang menikmati waktunya sebagai seorang ibu rumah tangga, tapi bohong jika Yuna bilang ia tidak lelah. Mengurusi rumah ditambah dua anak kembar yang masih kecil tentu saja sangat menguras tenaga.
Ia tidak pernah mengeluh. Ia tidak pernah memperlihatkan rasa letihnya di depan suami maupun anak-anaknya. Toh, ketika melihat ketiga orang yang disayanginya itu, rasa lelah Yuna seketika menguap begitu saja.
Tapi hari ini berbeda.
Berawal ketika Yoobin dan Yoora bertengkar pagi hari tadi. Sifat jahil Yoobin yang biasa membuat Yoora marah. Yuna kira siangnya setelah mereka pulang sekolah, mereka akan baikan. Nyatanya, sampai sore ini keduanya masih adu mulut sambil berteriak di dalam rumah. Yoora yang ada di kamar atas terus membalas sahutan Yoobin yang berada di ruang tv di lantai bawah.
Yang Yuna simpulkan adalah Yoora marah karena Yoobin—yang menurut Yoora, sengaja menghapus aplikasi game favoritnya di ipad mereka.
Seokmin memang memberikan satu ipad untuk bermain keduanya dan Yuna, tentu saja, tetap mengawasi pemakaiannya.
"Kak, panggilin adek suruh turun buat makan gih," perintah Yuna pada Yoobin yang sibuk mengerjakan tugasnya diruang tv karena ia tidak mau bersama adiknya berdua di kamar.
Merasa tidak dapat respon, Yuna menarik pelan buku Yoobin. Membuat bocah kecil itu berjengit. "Mahhh, aku lagi ngerjain pr..." rengek Yoobin sambil mencoba meraih bukunya di tangan ibunya.
"Nanti lagi ngerjainnya. Sekarang panggilin adek biar kita makan bareng-bareng," ucap Yuna datar. Jujur saja, Yuna sudah mencoba segala cara agar dua anaknya berbaikan, tapi tidak ada hasilnya. Ia tidak tau lagi harus apa.
Melihat Yoobin yang tak ada tanda-tanda untuk beranjak—ia malah terdiam sambil mengerucutkan bibirnya—Yuna sedikit mendorong putranya agar menurutinya. Dan Yoobin mau tak mau melangkahkan kakinya dengan berat untuk menghampiri adiknya di lantai atas.
Adu mulut mereka terus terdengar ketika keduanya menuruni tangga. Yuna dibawah hanya bisa menghela nafasnya. Bahkan setelah sampai dibawah, keduanya terus membuat keributan. Hingga—entah siapa pelakunya, piring di dapur sampai pecah.
"Kakak sih dorong-dorong!"
"Terus aja salahin kakak!"
"Udah, kalian berdua minggir dulu."
Si kembar menyingkir dari pecahan kaca di lantai, sementara Yuna dengan hati-hati membersihkannya. Tepat saat itu, bel pintu rumahnya berbunyi.
Yuna menatap kedua anaknya bergantian. "Bukain pintunya sana, itu pasti papa pulang..."
Yoobin dan Yoora serempak beranjak pergi menuju pintu sambil—masih melanjutkan pertengkarannya.
"Mama nyuruh aku tau!"
"Mama kan nggak bilang siapa tadi wlek!!"
Disisi lain, Yuna—entah untuk keberapa kalinya hari ini—menghembuskan nafasnya mendengar pertikaian dua anaknya.
Selesai membersihkan pecahan kacanya, Yuna bergerak menuju westafel. Mencuci jarinya yang ia sendiri tak sadar sudah berdarah terkena pecahan kaca tadi.
"Selamat malam istriku..." bisik Seokmin tiba-tiba tepat ditelinga Yuna.
Yuna tersenyum. Baru ingin angkat bicara, Seokmin lebih dulu berucap ketika matanya menangkap luka dijari istrinya. "Jari kamu kenapa itu?" tanyanya.
"Kena pecahan piring barusan..." jelas Yuna.
Seokmin meraih tangan kiri Yuna lalu meneliti jarinya yang terluka. Dengan cekatan, Seokmin mengambil kotak obat. Setelah menempelkan plester luka di jari telunjuk Yuna, tiba-tiba Seokmin memberi kecupan ringan disana. "Sembuh deh!" ujarnya riang. Membuat Yuna tak bisa menahan senyumannya.