happy reading💛
✨
Seokmin terkejut ketika ia tidak melihat Yuna saat masuk ke dalam kamarnya. Sedari tadi kedua bayi kembarnya menangis tanpa ibunya disisi mereka?
Buru-buru Seokmin mencoba menenangkan keduanya sekaligus. Sejujurnya ia sudah tidak ada waktu lagi. Seokmin sudah siap pamit pada Yuna dan sedang membereskan tas kerjanya di bawah untuk bersiap pergi. Namun mendengar tangisan bayinya tak kunjung berhenti, ia jadi khawatir.
Benar saja. Kedua bayi kembarnya menangis sendirian di dalam kamar.
Dugaan Seokmin hanya satu. Baby blues Yuna kambuh lagi.
Setelah sempat menggendong bayinya bergantian hingga tangisannya sedikit mereda, Seokmin beranjak mencari Yuna. Ia sudah memastikan kedua bayinya baik-baik saja, mungkin mereka menangis karena lapar. Kini ia juga harus memastikan Yuna dalam keadaan baik.
Sudah hampir seminggu ini mood Yuna naik turun karena baby blues. Dari mual, marah hingga yang Seokmin lihat saat ini, Yuna sedang menangis.
Entah sejak kapan Yuna menunggu di depan kamarnya. Sepertinya ia mengekori Seokmin saat masuk kamar tadi. Kedua mata Yuna sudah memerah, pipinya sudah basah, padahal sejak pagi ia baik-baik saja.
"Maaf, Seok..." lirih Yuna masih sambil menangis.
Seokmin tersenyum lalu perlahan menghampiri istrinya untuk memeluknya.
Tidak seperti hari-hari sebelumnya, Yuna sangat sadar kalau ia tengah baby blues saat ini sehingga ia jadi lebih merasa bersalah saat dirinya terus menangis atau marah tanpa alasan yang jelas hingga harus mengabaikan anak-anaknya.
"Nggak apa..." sahut Seokmin selembut mungkin sambil menenangkan Yuna dipelukannya, "Tapi harusnya kamu bilang sama aku. Kan aku belum berangkat."
Yuna meremas kemeja Seokmin, "Kamu nggak bisa ambil cuti sehari lagi?" tanyanya.
Seokmin tersenyum tipis. Ia sudah mengambil cuti tambahan minggu ini karena ia tidak bisa meninggalkan Yuna. Seokmin sudah sampai pada batasnya. Ditambah ada keperluan pekerjaan penting yang sudah ia undur sejak kemarin-kemarin.
"Aku udah bolos dari kemarin loh, yang," jawab Seokmin, "Kalau aku nggak kerja, aku nggak bisa kasih kamu makan enak. Apalagi kita baru nambah personil dua orang," lanjutnya sambil bercanda. Siapa tau mampu meredakan emosi istrinya yang tak beraturan.
"Aku nggak bisa sendirian..." lirih Yuna setengah merengek.
"Hari ini aku nggak ke kantor, cuma meeting di luar abis itu pulang," jelas Seokmin sambil mengusap air mata Yuna di pipinya, "Aku janji cuma sebentar, ya?"
"Aku telfonin kak Sojung yah biar dia kesini?" tawar Seokmin, "Atau Eunha, Chaeyeon? Buat nemenin kamu sampai aku pulang..."
Yuna menggeleng pelan sambil menundukkan kepalanya. Tangannya masih meremas pelan kemeja Seokmin.
Padahal Yuna ingin menunjukkan pada Seokmin kalau ia bisa merawat dua anak kembarnya sendirian. Tapi baby blues ini sungguh menyebalkan. Yuna benci harus terlihat menyedihkan seperti ini di depan suaminya.
"Apa iya setiap pagi aku harus kayak gini, Seok? Aku capek banget..." Ucap Yuna datar, tidak lagi menangis.
"Capek kenapa?" tanya Seokmin.
Yuna menghela napasnya, melepaskan dirinya dari Seokmin lalu mengangkat kedua bahunya., "Setiap pagi nangis nggak jelas kayak gini," ujarnya. Entah kenapa saat ini ia berubah menjadi terlihat kesal.