warn: 15+
HEHEHE——
Langkah gontai Seokmin terhenti ketika ia memasuki rumahnya. Hari sudah mulai gelap tapi si kembar sudah bersiap akan pergi entah kemana lengkap dengan ransel menempel di punggung mereka.
"Kalian mau kemana?" tanya Seokmin
Yoobin baru saja ingin buka mulut ketika ibunya datang, "Kerumah Vernon," ucap Yuna sambil memasukkan beberapa baju ke dalam tas Yoora.
"Ngapain?" tanya Seokmin lagi.
"Mau nginep dong!" seru Yoora riang.
"Umji ngidam, katanya mau tidur sama mereka," jelas Yuna sambil mengambil alih tas kerja Seokmin setelah beres merapikan tas si kembar. Seokmin tertawa pelan. Ternyata Umji tidak berbeda anehnya dengan Yuna ketika sedang mengidam.
Seokmin mengambil tempat untuk duduk di sofa, memperhatikan kedua anaknya yang sibuk sendiri. Tak lama terdengar suara klakson mobil dari luar.
"Itu pasti om Vernon!!" Yoobin berseru seraya berlari membukakan pintu sementara Yoora mengintip lewat jendela.
Yoobin kembali masuk ke dalam rumah bersama Vernon dengan sebuah kantung di tangannya. Yoora menghampiri kakaknya, merasa penasaran dengan plastik ditangannya.
"Apa itu??" tanya Yoora.
"Nggak tahu," jawab Yoobin meletakkan plastik itu diatas meja.
"Papa tahu!" sahut Seokmin tiba-tiba. Kedua anaknya langsung melancarkan tatapan tanya pada ayahnya. Baru saja ingin bicara, suara Vernon menginterupsi Seokmin.
"Itu tahu," kata Vernon sembari menempatkan diri untuk duduk disebelah Seokmin. Si kembar langsung terdengar berisik saat membuka bingkisan dari pamannya itu. Tahu.
"Sekarang kakak tahu kalau itu tahu..." ucap Yoobin asal.
"Aku juga baru tahu," Yoora menimpali. Kemudian keduanya malah tertawa bersamaan.
"Apaan sih kalian ih..." Yuna yang baru bergabung menatap keempat orang disana heran sementara yang ditatap hanya tertawa.
"Pinjem anak-anak ya kak," kata Vernon meminta izin.
"Jangan lecet ya," pesan Seokmin. Dengan itu Vernon pergi membawa Yoobin dan Yoora.
Sepeninggal si kembar, Seokmin pergi membersihkan diri lalu dilanjutkan makan malam ditemani Yuna. Sehabis makan malam, keduanya tidak langsung pergi tidur melainkan menghabiskan waktu berdua sambil menonton tv dan memakan makanan yang diberikan Vernon tadi.
Sedang asik menonton, tiba-tiba sebelah pundak Yuna terasa berat ketika Seokmin menyandarkan kepalanya. Yuna tersenyum lalu mengusap kepala suaminya.
"Kenapa?" tanya Yuna ketika menangkap raut wajah Seokmin yang tidak biasa.
Seokmin, tanpa mengubah posisinya, melirik Yuna disebelahnya, "Klienku ada yang mendadak batalin proyek gitu aja, padahal udah siap lima puluh persen. Kayaknya perusahaan rugi gara-gara aku..."
Mendengar itu, Yuna bergerak menghadap Seokmin sepenuhnya. Membuat kepala Seokmin kini tak lagi bersandar pada pundak Yuna.
"Kok bisa?" tanya Yuna.
"Aku nggak dateng meeting mereka."
"Emang kamu kemana?"
"Nemenin anak-anak ke kebun binatang waktu itu."
Yuna sontak mendengus, "Ih! Kamu bilangnya lagi libur waktu itu!" omelnya.
Disembur begitu, Seokmin malah mengulum senyum lebar, "Hehe abis udah lama gak main sama anak-anak."
"Terus kamu mau nyalahin anak-anak?"
"Ya enggak laaaahh..." Seokmin bergerak merengkuh manja pinggang kecil Yuna lalu menyandarkan dagunya pada pundak istrinya, "Itu kemauan ku sendiri," imbuhnya.
"Yaudah, rasain akibatnya."
"Yuna mah..."
Yuna tertawa kecil, "Kalo rejeki gak kemana kok. Hilang satu, tumbuh seribu!" Yuna berujar menyemangati sebisanya, meski ia sadar dirinya tidak mahir dalam hal seperti ini.
Seokmin mengangguk kecil kemudian memeluk Yuna lebih dalam. Menghirup wangi strawberry yang menyeruak dari tubuh istrinya.
"Lagian kamu punya tanggung jawab bukannya dijaga malah seenaknya aja. Rasain deh..." Tuh, kan. Yuna memang tidak pandai mengeluarkan kata-kata manis sebagai penyemangat.
Ibaratnya, sudah diajak terbang tinggi kemudian dijatuhkan lagi.
"Yuna mah, aku butuh semangat tau..." Seokmin merajuk, Yuna terkekeh pelan.
"Maaf. Maaf ya sayangkuuuu!"
"Mau cium..." bisik Seokmin tepat ditelinga istrinya. Yuna menoleh lalu tersenyum miring melihat Seokmin menaik turunkan alisnya.
Satu kecupan dilayangkan Yuna tepat dibibir Seokmin.
Seokmin tersenyum, "Lagi," ujarnya.
Yuna kembali memenuhi permintaan Seokmin—kembali mencium sekilas bibir suaminya. Tapi rasanya Seokmin belum senang.
Ditariknya tengkuk istrinya pelan hingga hidung mancung Seokmin menggelitik wajah Yuna sebelum akhirnya dua belah bibir itu bertemu. Bukan kecupan seperti sebelumnya karena kali ini Seokmin melumat lembut bibir mungil Yuna.
Disisi lain Yuna hanya bisa tersenyum lalu membalas ciuman itu sebisanya. Entah bagaimana, kini Yuna sudah terbaring sempurna diatas sofa dengan posisi Seokmin yang menindih tubuhnya.
Seokmin melepas tautan mereka lalu menatap lurus mata Yuna, "Anak-anak nginep sampai kapan?" tanyanya memastikan sebelum lanjut ke sesi berikutnya.
Yuna mengangkat kedua bahunya, "Nggak tau."
"Besok aku libur loh..." ungkap Seokmin tiba-tiba menyeringai. Membuat Yuna dibawahnya tertawa.
"Terus?"
"Terus? Terus ya mau aku terusin."
Keduanya tertawa sebelum Seokmin kembali meraup bibir Yuna. Hingga mendadak tangan kekar Seokmin menelusup ke dalam piyamanya. Ketika Yuna merasa sentuhan lembut di perut ratanya, ia mendorong dada bidang Seokmin. Membuat pagutan mereka terlepas begitu saja.
Melihat raut kecewa Seokmin karena telah menghentikan secara paksa kegiatannya, Yuna tertawa kecil dikungkungan suaminya.
"Ke kamar aja yuk?" ajak Yuna setengah berbisik yang tentu saja terdengar oleh Seokmin.
Wajah Seokmin berubah. Sebelah sudut bibirnya terangkat, ia menyeringai menatap Yuna dibawahnya. "As you wish, Mrs. Lee..."
Sepersekian detik kemudian, Yuna memekik ketika Seokmin mengangkat tubuhnya. Menggendongnya dengan gaya bridal lalu membawanya ke kamar.
"Asik, main sampe besok sore!"
"Sembarangan!!"
🌙
"yah, udahan:("