45. don't cry mommy

1.8K 317 116
                                    

happy reading💕💕

——

Yoora keluar dari kamarnya sambil mendecak. Ia lupa walaupun hari ini sekolah libur, tapi ayahnya tetap pergi bekerja, dan ia malah bangun siang. Yoora kesal karena tidak bisa melihat ayahnya berangkat kerja.

Gadis kecil itu semakin kesal ketika kakaknya sudah tidak ada di kamar saat ia terbangun tadi. Ketika sampai di lantai bawah, Yoora bergabung dengan sang kakak yang masih pagi tapi sudah duduk manis depan tv bermain PS.

"Kakak sarapan sama papa ya tadi?" tanya Yoora sambil berkacak pinggang didepan tv, menutupi pandangan Yoobin.

"Aku baru bangun tau, belum sarapan," jawab Yoobin sedikit ketus karena Yoora sudah membuat karakter game yang dimainkannya mati barusan.

Setelah itu Yoora beranjak pergi. Melangkah menuju dapur meninggalkan kakaknya sendiri. Ia mencari ibunya mungkin, Yoobin tidak terlalu peduli. Untuk saat ini yang paling penting untuk Yoobin adalah game nya.

Baru sedetik Yoobin kembali serius pada permainannya, Yoora mendadak berlari dari arah dapur.

Yoobin yang awalnya terkejut (karena Yoora nyaris menabrak tubuhnya) kini dibuat kebingungan melihat raut wajah adiknya.

"Adek kenapa?"

Yoora menarik napasnya pelan. Tangannya menarik-narik kecil ujung kaos kakaknya, "Mama abis nangis ya, kak?" ujarnya berbisik, "Matanya bengkak..."

Yoobin tidak tau. Ia bahkan belum melihat ibunya. Sejak Yoobin turun dari kamar, ibunya terus-terusan di dapur. Yoobin juga langsung disibukkan dangan game nya.

Disebelah Yoobin, kini Yoora bergumam tak jelas. Wajahnya seperti ingin menangis. Cukup membuat Yoobin kebingungan.

"Kembar sarapan yuk," panggil Yuna.

Tiba-tiba Yoobin melihat kepala ibunya menyembul dari arah dapur. Kembali memanggil keduanya dengan pelan. Saat itu juga Yoobin membenarkan perkataan Yoora barusan.

Kedua mata ibunya sembab seperti habis menangis.


——


Seharian ini si kembar sibuk mengamati gerak-gerik Yuna. Mencari tau diam-diam apa yang membuat ibunya menangis hingga meninggalkan bekas yang tak kunjung hilang dimatanya.

Yoobin dan Yoora menatap lurus ibunya yang sibuk di lantai bawah dari atas tangga. Melihatnya melakukan pekerjaan rumah hingga akhirnya ia terduduk di ruang tengah.

Dari atas, Yoobin dan Yoora tidak terlalu bisa melihat jelas apa yang berada digenggaman ibundanya. Seperti sapu tangan atau handuk kecil. Yoobin melihat ibunya melipatnya barusan.

Sedetik setelahnya, keduanya kompak menahan napas. Ibunya masih disana, duduk dikursi ruang tengah sendirian sambil mengusap kedua matanya bergantian dengan sapu tangannya.

Yoobin menajamkan pendengarannya ketika telinganya menangkap sesuatu. Ia yakin adiknya juga mendengar suara isakan kecil itu.

Ngomong-ngomong, kenapa Yoora juga ikutan menangis?

"Adek kenapa?"

Yoora yang semula berjongkok kini terduduk di lantai, "Adek gapernah liat mata Mama merah terus bengkak kayak gitu," lirih Yoora.

Melihat adiknya hampir menangis, Yoobin malah tertawa pelan. Ia lalu mengusap kepala Yoora.

"Adek nggak buat salah kok kemarin," Yoora berujar sembari mengingat apakah ia pernah berbuat salah pada ibunya.

fami-leeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang