40. late night fight

3.1K 376 126
                                    

——

Seokmin terbangun dari tidurnya karena terkejut mendengar suara perutnya sendiri. Iya, dia lapar. Dan ini pukul tiga dini hari.

Beberapa kali ia mencoba mengabaikan rasa laparnya. Tapi rasa kantuknya kalah telak dengan perutnya yang berisik minta diisi. Ah iya, Seokmin melewatkan makan malamnya tadi, pantas saja ia kelaparan.

Setelah beberapa menit berhasil mengumpulkan kesadarannya, Seokmin akhirnya bergerak. Dengan berat hati berniat membangunkan Yuna yang tertidur tenang disebelahnya.

Seokmin ragu, tentu saja. Tidak tega membangunkan tidur cantik istrinya ditambah takut terkena omelan karena minta makan jam tiga pagi.

Tapi, apa gunanya punya istri kalau nggak bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin?

GAK DEH bercanda sayanggg -dk

"Yuna..." dengan hati-hati Seokmin memanggil istrinya. Sedikit mengguncang tubuh Yuna yang memunggunginya.

Setelah beberapa kali panggilan terabaikan, pada akhirnya Yuna terbangun juga. Yuna melenguh sebentar lalu berjengit ketika mendapati jarum pendek pada jam dinding kamar menunjuk angka tiga.

Hanya dengan tatapan menyipit Yuna, Seokmin mengerti kalau ia sukses membuat istrinya kesal karena tidurnya diganggu.

Seokmin meringis, "Aku laper, Yun..." ucapnya dengan suara dan wajah yang memelas.

Tanpa disangka upaya Seokmin barusan berhasil. Yuna—setelah mengumpulkan kesadarannya—beranjak bangkit dari kasur untuk menyiapkan makan untuk sang suami.

Seokmin tersenyum tipis sambil mengikuti langkah pelan Yuna dari belakang. Istrinya itu mungkin merasa bersalah. Pasalnya, alasan Seokmin tidak ikut makan malam tadi adalah karena Yuna sempat marah padanya.

Ehm, tidak sepenuhnya karena itu sih. Seokmin sibuk bekerja hingga lupa makan. Dan Yuna yang saat itu sedang marah hingga mogok bicara padanya—sama sekali tidak mengajaknya untuk makan malam.

Semarah-marahnya Yuna, ia pasti tetap tak tega membiarkan suaminya kelaparan.

Selagi Yuna sibuk dengan masakannya, Seokmin duduk tenang di meja makan. Menatap wajah istrinya yang cemberut. Seperti sedang marah. Entah marah karena dibangunkan dini hari atau masih marah karena masalah kecil kemarin.

 Entah marah karena dibangunkan dini hari atau masih marah karena masalah kecil kemarin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Masih marah?" tanya Seokmin menginterupsi pekerjaan Yuna. Tanpa menoleh, Yuna mengendikkan kedua bahunya enteng.

Seokmin bangkit bergerak menghampiri Yuna. Dengan gerakan sepelan mungkin, Seokmin memeluk istrinya dari belakang. Meletakkan dagunya pada bahu Yuna serta melingkarkan tangannya pada pinggang kecil sang istri.

Semoga berhasil... Seokmin berdoa dalam hati.

"Jangan marah lagi..." ucap Seokmin lagi-lagi memelas. Yuna tertawa dalam hati. Dikiranya cara yang sama membuatnya kembali luluh apa.

fami-leeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang