44. lies

1.9K 309 174
                                    


——

Proyek yang membuat Seokmin bekerja keluar kota selama seminggu kemarin bukanlah proyek kecil. Ia diberikan tanggung jawab penuh atas proyek ini. Seokmin pikir dengan tanggung jawab sebesar itu, ia bisa bebas menjadi 'pesuruh' dan tidak perlu banyak turun tangan langsung. Kenyataannya tidak begitu.

Sepulang dari luar kota kemarin, Seokmin malah jadi lebih sibuk. Ia diberi kebebasan untuk tidak perlu pergi ke kantor selama menyelesaikan tugasnya. Meski begitu, sudah dua hari ini Seokmin pulang larut. Bertemu klien, meeting diluar hingga menghabiskan hari hanya untuk pulang pergi ke luar kota.

Namun, hari panjang itu sudah berlalu. Beberapa hari kedepan ia akan benar-benar bekerja dirumah. Setidaknya ia tidak perlu keluar rumah mengendarai mobilnya di jalanan yang macet atau merasa mati kebosanan menunggu kliennya yang terlambat datang karena ternyata pesawatnya mengalami delay panjang.

Kliennya juga tak kalah sibuk ternyata.

Ia hanya harus membuat laporan dan pekerjaan lain yang bisa dilakukan hanya dengan laptopnya. Seokmin sudah membayangkan ia akan duduk manis di ruang kerjanya yang tenang sembari sesekali menyesap kopi buatan Yuna.

Ah, pokoknya walaupun tetap bekerja, setidaknya Seokmin tetap bisa bersantai dirumah ditemani istri dan anak-anaknya.

Namun ekspektasi Seokmin sepertinya terlalu tinggi. Ia lupa kedua anaknya sangat, sangat, sangat berisik. Apalagi si kembar tidak pernah menyia-nyiakan waktunya jika sang ayah sedang berada dirumah. Banyak hal terjadi hingga ia sama sekali tidak bisa mengerjakan tugasnya kemarin.

Seokmin tidak mau hari ini terulang lagi.

"Loh, kirain hari ini kerja dirumah?"

Seokmin menoleh. Melihat istrinya yang menatapnya keheranan tentu saja. Kemarin lusa Seokmin bilang akan kerja dirumah beberapa hari ini—yang sebenarnya membuat Yuna merasa lega. Ia tau persis suaminya kelelahan.

Tapi yang Yuna lihat sekarang adalah Seokmin yang sudah rapi mengenakan kemeja kerjanya.

Mata Seokmin beralih kepada dua anaknya yang sedang sarapan.

"Tiba-tiba disuruh ke kantor hari ini," ucap Seokmin. Berbohong.

Padahal bisa saja Seokmin bilang kalau ia ingin mengerjakan tugasnya diluar karena keadaan rumah yang kurang kondisif. Tapi entah kenapa mulutnya memilih untuk berbohong.

"Hati-hati ya!"

Gerakan tangan Seokmin untuk memasang sabuk pengamannya terhenti. Ia menoleh mendapati Yuna melambaikan tangannya sembari tersenyum manis. Biasanya senyuman itu menjadi penyemangat Seokmin setiap paginya. Tapi kali ini rasanya berat ketika ia pergi meninggalkan rumah setelah dengan mudahnya ia berbohong pada istrinya.

Sudut bibir Seokmin terangkat kaku. Ah, ia bahkan lupa bagaimana cara membalas senyuman hangat itu.



———



Seisi kantor dibuat tak percaya ketika melihat kedatangan Seokmin. Mereka tau persis kalau Seokmin tidak perlu repot-repot datang ke kantor. Entah sudah berapa kali Seokmin mendengar rekan kerjanya mengatakan kalau ia terlalu rajin.

Seharian penuh Seokmin berada di meja kantornya. Beberapa kali keluar hanya untuk ke toilet atau membeli makan. Sore harinya ia juga keluar kantor sebentar untuk bertemu rekan bisnisnya. Setelah urusannya selesai ia malah kembali ke kantor. Mengerjakan sisa tugasnya disana hingga jam kantor berakhir.

Mata Seokmin menatap sekeliling. Pantas terasa sepi. Hanya sisa beberapa orang saja yang berada di kantor karena jam kerja bahkan sudah berakhir satu jam lalu. Seokmin memijat pelipisnya lalu meraih ponselnya. Menarik notifikasi ponselnya yang tertumpuk. Pesan dari teman, klien hingga yang paling banyak dari istrinya.

fami-leeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang