——
Lee Seokmin mengacak rambutnya kasar. Kepalanya mendadak pening—mungkin karena berlama-lama menatap layar laptopnya. Ketika matanya menangkap sudut layarnya, Seokmin berjengit melihat jam menunjuk tepat tengah malam. Dan dirinya masih harus terjaga, tentu saja. Tugas kantor yang ia bawa pulang bahkan belum sampai setengahnya selesai.
Bisa saja ia melanjutkannya esok hari. Tapi itu akan membuat pekerjaannya semakin menumpuk. Ditambah Seokmin sudah janji mengajak si kembar menginap dirumah kakek neneknya besok lusa.
Seokmin menghela nafasnya. Tangannya menggapai cangkir kopi yang isinya tersisa satu kali tenggak. Setelah menghabiskan sisa kopinya, mungkin ia akan membuat satu gelas lagi untuk membantunya kembali terjaga.
"Kata Mama kan Papa nggak boleh minum kopi..."
Mendengar seruan mendadak, hampir membuat Seokmin tersedak minumannya. Dengan gerakan cepat ia menoleh, kemudian mendapati putrinya mengintip diambang pintu.
"Nanti Papa nggak bisa tidur," Yoora kembali berujar mengingatkan.
"Kok adek disini?" Seokmin bertanya mengindahkan peringatan kecil dari putrinya.
Jemari dari tangan kecil itu bergerak merapikan rambut yang jatuh menutupi matanya yang terlihat segar, "Adek nggak bisa tidur..." ujar Yoora sembari perlahan masuk ke kamar orang tuanya.
"Waktu Papa periksa kamar tadi, Adek udah merem..."
Langkah Yoora terhenti sesaat. Kemudian ia menatap ayahnya sembari menyengir lucu hingga menampakkan deretan gigi putih kecilnya. Seokmin terkekeh. Putrinya sempat berpura-pura tertidur rupanya.
"Papa kok belum tidur?" tanya Yoora. Dengan sekali gerakan, kini ia berada di pangkuan ayahnya.
"Papa masih ada PR," Seokmin membiarkan Yoora ikut menatap layar laptop didepannya.
"Harusnya PR nya langsung dikerjain waktu Papa sampe rumah. Atau kenapa gak ikut adek sama kakak ngerjain PR tadi?" Ah, sifat bawel Yoora keluar.
"Papa lupa," jawab Seokmin singkat sambil asik menyisir rambut panjang Yoora dengan jarinya dari belakang.
"Kalo Mama tau Papa ngerjain PR tengah malem, pasti diomelin."
"Mama udah tidur, jadi nggak tau," ucap Seokmin setengah berbisik seolah tidak ingin membangunkan Yuna.
"Kasih tau ah~~" Seokmin berjengit ketika Yoora melompat dari pangkuannya. Namun belum sampai kakinya menyentuh lantai, tubuh Yoora kini justru berakhir digendongan ayahnya.
"Daripada ngebangunin Mama, mending adek tidur lagi yuk," Seokmin membawa Yoora yang kini memeluk lehernya untuk kembali ke kamarnya.
"Papa takut ya sama Mama??" Yoora berbisik di telinga ayahnya.
Seokmin tertawa pelan, "Nggak tuh," jawabnya balas berbisik di lekukan leher putrinya, membuat gadis kecil itu tertawa kegelian merasakan nafas ayahnya.
Usai membaringkan Yoora dikasurnya, Seokmin menarik selimut merah muda yang berada dilantai, mungkin terjatuh saat Yoora turun dari kasurnya.
"Papa, bacain cerita..." pinta Yoora ketika selimutnya sudah tertarik hingga lehernya. Seokmin yang langsung mengurungkan niatnya untuk beranjak, kini terduduk ditepi ranjang putrinya.
Seokmin menerawang sebentar, "Suatu hari, ada gadis kecil yang mengantuk. Terus dia pergi tidur. Tamat."
Yoora mendecak, kemudian memajukan bibir kecilnya, "Bagusan cerita Mama! Cerita lomba lari kelinci sama kura-kura."
"Yang menang siapa?" tanya Seokmin.
"Nggak tau, adek keburu tidur sebelum ceritanya selesai..."