subin terbangun kala merasakan tangannya digenggam erat. mengernyit, ia berusaha menetralkan cahaya lampu yang merasuk ke netranya.
"udah bangun, bin?"
si manis tersentak, lantas menarik tangannya yang digenggam, "k-kak sejun?"
sejun tersenyum kecil, "iya, ini kakak."
"tapiㅡ"
"sshhh, udah. nanti kita omongin baik-baik ya? sekarang kamu makan dulu, kakak ambilin."
subin langsung menahan tangan sejun yang hendak berdiri, "nggak mau."
"orang sakit harus makan banyak, oke? demam kamu udah mendingan, jadi biar sembuh kita kasih obat lagi. nurut ya, bin?"
si manis akhirnya memilih untuk mengalah. ia mengangguk pelan, "yaudah."
sejun tersenyum, keluar kamar untuk mengambil makan lalu beberapa saat kemudian masuk lagi. tanpa bicara, sejun menyuapi subin yang juga enggan memulai percakapan.
sekarang subin harus menunggu penjelasan sejun, baru ia yang akan menjelaskan semuanya.
lalu... memutuskan bagaimana kelanjutan hubungan mereka.
setelah berselang sepuluh menit subin makan dalam keheningan, akhirnya mangkuk buburnya bersih.
sejun mengambil segelas air serta obat, memberikannya ke subin, "minum dulu."
si manis menurut, "makasih kak."
"iya sayang."
subin memejamkan matanya. sudah berapa lama ia tak mendengar panggilan sayang sejun?
nyatanya seminggu berlalu sangat lama. berhari-hari ia diam di rumah hanse, banyak pikiran, melewatkan jam makan, dan berakhir sakit.
sial, padahal menginap seminggu dan menghindar dari sejun tidak ada dalam rencananya. tapi ternyata takdir berkata lain.
"kak."
"subin."
"eh.." subin mengalihkan pandangannya, "kakak duluan."
yang lebih tua langsung duduk bersimpuh di samping kasur, kemudian memajukan wajahnya dan menatap subin tepat di manik indah si manis, "maaf."
subin yang mendadak merasa tidak enak berusaha mengambil posisi duduk lantas menarik sejun agar berpindah ke sampingnya, "subin maafin, subin juga minta maaf."
sang dominan menggenggam tangan subin erat, "nggak nggak, kamu nggak salah sayang. yang salah kakak. maaf udah ngeraguin kamu, maaf udah ngecewain kamu, maaf udah nyakitin kamu," ucapnya tulus.
"gapapa, subin ngerti kok. subin harusnya juga lebih bisa jaga perasaan kakak."
"binㅡ"
"kak," sela subin sembari menarik tangannya dari genggaman sejun. ia menarik napas dalam, "kakak udah nggak bisa sama aku ya?"
sejun mengenyit, "kamu ini ngomong apa?"
"kalau kak sejun selama ini masih terpaksa sama aku, nggak apa-apa, kita pisah aja." subin menunduk, "nanti aku yang bilang ke kakek."
"bin tolong jangan ngomong kaya gitu, oke? dengerin kakak, kakak nggak bakal ngelepas kamu gitu aja. nggak akan pernah, jangan kemakan omongan hayoung please, ya?"
"emangnya kakak bahagia sama aku?"
sejun mengusap pipi subin, "tatap mata kakak bin."
yang disuruh masih enggan, justru makin menunduk menyembunyikan mukanya. sejun menghela napas pelan lantas menangkup pipi subin, "sayang."
"kakak tau, kakak salah. kakak nyesel banget kemarin udah nuduh kamu sama chan, sekarang kakak udah tau permasalahan kalian. mulai sekarang kakak juga bakal jauhin hayoung jadi kamu jangan pernah mikir untuk pergi dari kakak."
"maaf udah marah-marah tanpa alasan yang jelas, tapi kakak cuma nggak mau kamu direbut sama orang lain."
"pernikahan itu bukan main-main, sayang. kakak cuma mau nikah satu kali dan itu udah terjadi, sama kamu. kakak bahagia kok selama ini, jauh lebih bahagia daripada saat kakak masih sendiri atau bahkan sama hayoung."
sejun memeluk subin, "kamu harus percaya, kamu itu kebahagiaan kakak. kakak cinta kamu, bin," bisiknya.
air mata si manis langsung deras, berhamburan keluar tak peduli telah membasahi pakaian sejun. isakannya semakin keras seiring usapan lembut di surainya yang ia dapatkan dari sang dominan.
mungkin memang hanya tiga kata sederhana, tapi itulah hal yang paling subin nantikan selama ini.
sejun mencintainya.
ia tahu itu sekarang.
ia menarik wajahnya, "hiks, subin juga cinta sama kak sejun," cicitnya pelan. membuat sejun mau tak mau tertawa gemas dan langsung mendekap erat subin.
yang dipeluk juga tak melewatkan kesempatan, ia langsung menenggelamkan kepalanya ke dada sejun.
ah, perasaannya berangsur membaik. keadaan fisiknya juga, mungkin kemarin ia terlalu memikirkan masalahnya dengan sejun, jadi mendadak drop.
paling tidak subin sangat bersyukur saat ini, karena masalahnya yang merembet kemana-mana akhirnya selesai dan ia akhirnya mendengar penyataan cinta dari sejun.
mata mereka sejenak beradu. menciptakan suasana hening sementara keduanya sibuk menyelami manik indah masing-masing. memandang lekat dunianya.
sesudahnya sejun tersenyum geli, "kamu cengeng banget sih?" godanya seraya mencubit hidung subin pelan.
"aku enggak cengeng!" elak subin, "hiks."
isakannya terdengar lagi. si dominan tertawa puas, "gemes banget! pengen kakak makan sekarang."
"jauh-jauh sana, subin masih demam!"
"nggak mau." sejun menarik pinggang subin yang hendak memundurkan badannya, "karena kamu seminggu kemarin hilang, kakak mau kamu hari ini."
subin mendelik, "kakㅡ"
cup
sejun menyeringai, "tapi kakak nggak terima penolakan, sayang," ucapnya, sebelum menyambar bibir sang submissive dengan lembut namun menuntut.
"i love you, lim subin."
🎠✨
aku baca berkali-kali soalnya masih ragu, maaf ya kalo ga sesuai ekspektasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙊𝙝, 𝙎𝙪𝙗𝙞𝙣!
Fanfiction[✓] 𝙩𝙚𝙣𝙩𝙖𝙣𝙜 𝙨𝙚𝙟𝙪𝙣 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙙𝙞𝙢𝙞𝙣𝙩𝙖 𝙢𝙚𝙣𝙞𝙠𝙖𝙝 𝙗𝙖𝙝𝙠𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙗𝙚𝙡𝙪𝙢 𝙙𝙞𝙧𝙞𝙣𝙮𝙖 𝙡𝙪𝙡𝙪𝙨 𝙠𝙪𝙡𝙞𝙖𝙝, 𝙙𝙖𝙣 𝙨𝙪𝙗𝙞𝙣 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙩𝙞𝙗𝙖-𝙩𝙞𝙗𝙖 𝙙𝙞𝙟𝙤𝙙𝙤𝙝𝙠𝙖𝙣. ㅡ all chapter is subin's side, ㅡ lowercase, ㅡ...