seventeen - 17

635 123 16
                                    

subin terbangun dari tidurnya. sejenak ia melakukan stretching sebelum duduk di kasur. si manis itu langsung mempout begitu menyadari bahwa sejun sudah pergi dari kasurnya.

"kak sejun?"

tapi sejun tidak ada.

kakinya melangkah kesana-kemari, namun tidak kunjung menemukan suaminya yang tengah merajuk itu. akhirnya subin memutuskan untuk menyeduh segelas susu hangat dan duduk di sofa seraya menunggu sejun muncul.

"ah, gue harusnya keluar cari hadiah sama kak chan," keluhnya. pemuda manis itu bangkit setelah meletakkan gelas di meja, lantas berjalan menuju balkon.

subin menghela nafas panjang, "sumpah kak sejun ngambekan banget suka ga inget umur," dengusnya, "tapi dia kemana ya?"

kepala si manis mendongak, lantas mendapati langit yang semakin mendung. ia mendecak pelan lalu bergegas masuk ke kamar.

subin menggigit bibir bawahnya, "mana nggak ada orang. semoga nggak hujan angin dan nggak ada petir," gumamnya seraya menutup mata. masuk ke dalam selimut tebalnya sambil merapal doa agar sejun cepat pulang.

subin takut.

memang, kalau hanya sekadar hujan biasa ia tak masalah. tapi kalau petir sudah menyerang, subin tidak bisa sok berani lagi.

jadi sebenarnya, subin trauma dengan hujan angin yang disertai petir. jujur saja bahkan dulu ia sempat takut hanya karena hujan kecil.

"sial, sial gue harus gimana?"

subin menarik nafas dalam, lalu memejamkan mata. paling tidak agar tak mendengar suara petir, ia harus tidur.

yah, tapi keinginannya hanyalah keinginan belaka.

suara petir yang bersahutan satu sama lainnya mulai terdengar memekakkan telinga. membuat si manis yang tengah bergemul di dalam selimut semakin meringkuk sambil menutup telinga rapat-rapat.

subin baru bisa bernafas lega ketika suara pin apartemen berbunyi. artinya, sejun pasti sudah pulang!

buru-buru ia keluar kamar dan menghambur ke pelukan sejun ㅡyang bahkan masih melepas sepatunya.

"apa sih bin? baju kakak basah ini." sejun mendorong subin, namun submissive-nya itu tak kunjung mundur.

sedetik kemudian sejun menyadari, bahwa tubuh manusia manis di dekapannya ini bergetar, "eh, subin? hei kamu kenapa?" tanyanya lembut. tangannya beralih mengusap-usap punggung subin.

"nggak, takut ada petir," cicit subin.

sejun terdiam. jadi pemuda manis ini takut dengan petir?

bukannya menenangkan atau apa, sejun malah tertawa geli, "kenapa nggak bilang sih?" tanyanya seraya mengusak rambut subin.

yang ditertawakan lantas merengut lalu memukul lengan sejun, "jahat!"

subin berjalan dengan langkah menggebu-gebu untuk masuk ke kamar. sebelum si manis berhasil kabur, sejun segera menarik tangan subin dari belakang dan kembali memeluknya erat, "iya maaf sayang."

✨🎠

hujan sudah reda sejak lima belas menit yang lalu. namun sepasang pasutri baru itu masih betah cuddling di bawah selimut tebal.

sejun sejak tadi tak berhenti menepuk paha subin konstan, membuat rasa kantuk kian menyerang subin.

tapi sejun melarangnya tidur. dasar.

"jadi, kenapa takut petir? kakak kira kamu nggak akan takut sama hal-hal kayak gitu," celetuk sejun.

subin menghela nafas, "kapan-kapan aja ceritanya, panjang."

"hmm yaudah terserah. tapi udah mulai musim hujan, bin, kamu harus bareng kakak terus dong."

si manis memilin bajunya, "aku nggak masalah sebenernya kalau nggak hujan angin plus petir kayak tadi."

yang lebih tua tertawa gemas, "iya iya. kakak usahain langsung jemput kamu kalau lagi hujan."

"kan aku nggak minta?!"

"ya gapapa, udah diem nggak usah protes. kakak mau nanya."

"apa lagi?"

"kenapa ngajak chan kesini?"

"astaga kak." subin mendongak lalu mencium hidung sejun sekilas, "kak chan aja nggak tau kenapa aku ngajak dia kesini. kan, kakak udah pulang duluan."

"curang kamu, bin. nggak usah cium-cium," dengus sejun seraya mencubit pipi subin.

"habisnya kakak, ngambek mulu. percaya deh, aku cuma mau ngobrol sesuatu sama kak chan." si manis beralih posisi menjadi duduk.

"maaf ya udah ngajak kak chan kesini tanpa izin?" pintanya memelas.

sejun tampak berpikir, "dimaafin nggak ya enaknya?"

"dimaafin dong, yaa?"

"dimaafin dong, yaa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"kak sejuun!"

"subin dimaafin kan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"subin dimaafin kan?"

sejun? pingsan/g.

sejun tersenyum gemas lalu mencium bibir si manis lembut, "subin curang, tapi oke deh, dimaafin," bisiknya seraya terkekeh geli.

🎠✨

idk what is this actually guys..
/hiksrot

maaf ya baru balik udah bawa chapter menggelikan dan penuh drama lol. btw, I really thank you for 1,1k 😭😭 /nangis dipojokan.

sumpah aku nggak berharap banyak waktu publish ini, but ternyata ada yang baca, makasih banyak guys love you (༎ຶ ෴ ༎ຶ)

em aku juga mau bilang kalau kayaknya aku bakal rest bentar soalnya besok aku mulai uas tapi otakku kopong •́  ‿ ,•̀

ya nggak tau juga kalau nanti draft chapter selanjutnya jadi malem ini <3

semangat buat semua yang mau ujian, semoga dapet nilai yang memuaskan ya, mari kita berjuang bersama wkwk ♡(◍• ᴗ•◍)✧*。

𝙊𝙝, 𝙎𝙪𝙗𝙞𝙣!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang