dua enam - 26

499 98 11
                                    

malam ini, akhirnya subin mengubah rencana. yang tadinya ingin bersantai di cafe, menghabiskan waktu dengan sejun sampai tengah malam jadi membeli cake di toko langganannya dan langsung meluncur ke rumah sejun.

"mau beli apa bin?" tanya sejun ketika mereka memasuki toko.

"bunda suka apa?" tanya subin balik.

"apa aja, biasanya beli random."

si manis tampak berpikir sebentar, "yaudah, apa aja nih ya?"

yang ditanya mengangguk, "iya, sana pilih," suruhnya seraya mengelus rambut subin. lantas si manis langsung berjalan-jalan di depan etalase, memilih kue yang sekiranya akan disukai sang mertua.

beberapa menit menimbang-nimbang, subin akhirnya memutuskan untuk membeli rasa yang paling umum, red velvet dan beberapa buah macaron. lalu setelah selesai dengan urusan membayar, subin segera menghampiri sejun yang tengah duduk di pojok ruangan.

si dominan yang tadinya fokus dengan ponsel itu lantas mendongak, "udah bin?"

"eum, aku beliin red velvet sama macaron, gapapa kan?" tanyanya.

"gapapa." sejun bangkit, "yaudah yuk langsung."

"eh tunggu-tunggu." si manis menahan sejun, mendorongnya agar duduk kembali, "pose dong, aku fotoin. bagus nih, mumpung lagi kesini juga."

yang disuruh lantas menggeleng, "nggak mau ah, malu tau diliatin kasirnya tuh."

"ih gapapa, cepetan!"

akhirnya sejun menurut.

beberapa kali subin mengambil potret sejun dengan ponselnya, lalu tersenyum puas, "tuhkan keren!"

beberapa kali subin mengambil potret sejun dengan ponselnya, lalu tersenyum puas, "tuhkan keren!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"iya iya, yaudah ayo nanti mama nungguin loh."

"okey!"

dua anak adam itu melangkah keluar cafe lantas masuk ke dalam mobil. sejun mulai tancap gas, mobilnya membelah jalanan ditemani suara lagu dari radio dan suara indah subin. beberapa meit setelahnya mereka sampai di rumah sejun.

tanpa basa-basi yang lebih tua langsung menarik subin masuk. kemudian mereka disambut suara ceria mama sejun yang menyapa mereka.

ah, lebih tepatnya subin.

"subinnnnn! wah akhirnya menantu bunda nyamperin."

si manis tersenyum, "iya, maaf ya bun baru dateng," balas subin seraya menerima pelukan dari bunda.

"nggak apa-apa, kamu sering kesini dong bunda kangen tau. pengen ngomongin banyak hal ke kamu juga."

"iya ma. oh ya ini ada kue, maaf ya cuma bawa ini habisnya kak sejun mendadak ngomongnya," sesal subin.

tapi mertuanya justru tidak mempermasalahkan, "nggak bawa apa-apa juga gapapa kali bin, kamu anak mama juga sekarang." wanita itu mengusak rambut subin lantas menariknya masuk, "langsung makan aja yuk, keburu dingin."

"aduh bunda, maaf ya subin jadi enggak bantuin apa-apa."

"udah jangan minta maaf mulu kamu itu," kekeh sejun, "kakak kan udah bilang gapapa."

"duduk bin, semoga suka ya masakan bunda."

si manis tersenyum, "pasti suka kok, bun!"

🎠✨

subin menghela napasnya pelan. sekarang sudah malam, ia dan sejun rencananya akan pulang tapi sepertinya semesta tidak mengizinkan.

karena tiba-tiba hujan deras turun, tak lupa membawa kilat dan petirnya.

si manis yang awalnya tengah membawa gelas bekas jus milik sejun ke tempat cucian refleks berteriak dan melepaskan gelas ditangannya. yah, lalu bisa ditebak gelas putih itu pecah. kemudian pecahlah tangis subin setelah tahu gelas yang ia pecahkan merupakan gelas kesayangan sejun.

setelah itu dramanya masih berlanjut, subin yang panik segera mengambili pecahan gelas di lantai. tapi justru tangannya terkena bagian tajam sehingga menimbulkan luka. duh, yang panik jadi sejun, karena subin semakin nangis.

kini pemuda manis itu sudah bersandar di kasur sejun dengan hidung yang sedikit memerah. tangannya memeluk guling erat selagi menunggu sejun kembali. ia tadi dipaksa sejun masuk ke kamar untuk menenangkan diri, karena hujannya terdengar semakin deras. sementara yang lebih tua mengambil p3k.

"gara-gara ayah sih ini." sejun masuk ke kamar sambil menggerutu. pemuda itu lantas duduk di sebelah subin dan segera mengobati jari si manis yang berdarah.

"maaf." subin menatap sejun sambil cemberut.

yang ditatap seperti itu tersenyum gemas, tangannya bergerak untuk mencubit pipi subin yang merah, "dimaafkan, sayang. udah nggak usah dipikirin, ayah aja nih yang ember."

"kok ayah sih?"

"coba aja ayah nggak teriak 'sejun kesayangan kamu pecah!' gitu pasti kamu nggak makin nangis."

si manis memeluk sejun, "huee maaf ya kak, itu siapa yang beresin pecahannya?"

"bunda. udah tidur aja gih, udah malem."

"nggak enak aku sama bundaaa."

"gapapa, tidur ya? hujannya makin deres."

subin mengangguk pelan, "temenin."

"iya sayang."

🎠✨

selamat pagi dunia ^____^

jangan lupa vomment sayang!😾💙💙

𝙊𝙝, 𝙎𝙪𝙗𝙞𝙣!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang