subin memasuki kamarnya dengan hati-hati, berusaha tidak menimbulkan suara agar sejun yang terlelap tidak terganggu. ia membawa segelas susu di tangannya.
pemuda itu duduk di single sofa yang langsung menghadap ke jendela. menatap langit hitam dengan taburan bintang yang menyala.
langit malam selalu menjadi pemandangan favorit subin,
semenjak harus menunggu sejun si kakak tingkat menelepon dirinya. menyenangkan sekali, kini takdir membuatnya tak perlu menunggu lama untuk mendengar suara sejun.
"subin?"
tiba-tiba suara serak khas orang bangun tidur menyapa indra pendengarannya. pemuda itu berbalik dan mendapati sejun yang menatapnya dari kasur.
"eh, aku berisik kak? maaf ya," ucap subin pelan, merasa bersalah karena menganggap sejun terbangun karenanya.
si dominan tersenyum kecil, "nggak kok," balasnya. sejun bangkit, duduk dengan bersandar ke headbed dan menepuk tempat di sebelahnya agar si manis berpindah tempat.
subin langsung meneguk susunya yang tinggal setengah. lantas menuruti sejun untuk duduk bersamanya.
sejun merangkul subin, membiarkan pemuda itu bersandar padanya.
"kenapa belum tidur? perasaan tadi udah tidur," tanya sejun seraya mengelus rambut subin lembut.
"aku kebiasaan tidur malem," jawab subin.
"berarti dari kemarin-kemarin kalau kakak udah tidur kamu bangun lagi?"
subin merengut, "iya, maaf," cicitnya.
sejun malah tertawa, "loh kakak kan nggak marah. cuma nanya, sayang."
si manis tak menjawab, justru mengalungkan lengannya di pinggang sejunㅡmemeluk yang lebih tua dari samping dengan erat.
"kenapa nggak bisa tidur?" tanya sejun lagi.
"aku kebiasaan, gara-gara nunggu kakak telpon, sukanya tengah malem sih," sungut subin.
yang lebih tua terkekeh, "astaga, jadi selama ini kamu nungguin kakak?"
subin mendongak, menatapi sejun yang setengah terpejam, "iya."
netra hitam itu perlahan kembali terbuka, menatap subin dengan gemas. subin tersenyum lebar menunjukkan giginya, "kakak ngantuk, tidur aja," ucapnya sambi menepuk pelan pipi yang lebih tua.
sejun menggeleng, "kamu juga harus tidur, sayang. nggak baik tidur malem-malem."
"iya aku tidur, tapiㅡ"
"apa?"
subin menatap sejun penuh harap, "cuddling?"
mana mungkin ditolak.
sejun mengulum senyum, "of course, baby."
✨🎠
saat pertama kali membuka mata yang dilihat sejun adalah wajah menggemaskan subin yang masih terlelap.
"cantik," gumam sejun. ia mengelus pipi subin penuh sayang.
mendapati subin yang terusik, ia buru-buru menepuk punggung istrinya konstan. dirasa si manis sudah kembali nyenyak, sejun dengan sangat hati-hati melepaskan pelukan subin dari pinggangnya dan bangkit dari kasur.
"kak."
sejun menoleh, "kebangun?"
alih-alih nenjawab subin justru mengulurkan tangannya. sejun tersenyum lantas menarik pelan tangan itu agar sang empunya bangun.
tapi bukannya subin yang bangun, malah sejun yang jatuh ke kasur.
subin mengalungkan tangannya di pinggang sejun, merengkuhnya erat, "di sini aja."
sejun mengusak rambut subin, "mau masak, kamu tidur lagi aja gapapa."
yang lebih muda menggeleng ribut, "pengen sama kakak, nanti aja makannya."
"kakak laper, loh."
subin mencebik sembari menatap sejun. akhirnya ia melepaskan pelukannya dari sejun dan bergelung di selimut lagi.
"subin makin seneng peluk-peluk ya," goda sejun.
membuat si manis mengerang dari dalam selimut, "kakak ih! ngeselin bodo amat."
sejun tertawa. ia membungkuk dan mengecup pelipis subin penuh perasaan, "kakak masak dulu yang spesial buat subin," ucapnya lalu keluar dari kamar.
sejun tak tahu, begitu dirinya keluar subin langsung memekik tertahan, "astaga, gila gue lama-lama deket kak sejun, anjing!"
✨🎠
hai lagi hahah
gatau gemes ah nangis aq hikd

KAMU SEDANG MEMBACA
𝙊𝙝, 𝙎𝙪𝙗𝙞𝙣!
Fanfiction[✓] 𝙩𝙚𝙣𝙩𝙖𝙣𝙜 𝙨𝙚𝙟𝙪𝙣 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙙𝙞𝙢𝙞𝙣𝙩𝙖 𝙢𝙚𝙣𝙞𝙠𝙖𝙝 𝙗𝙖𝙝𝙠𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙗𝙚𝙡𝙪𝙢 𝙙𝙞𝙧𝙞𝙣𝙮𝙖 𝙡𝙪𝙡𝙪𝙨 𝙠𝙪𝙡𝙞𝙖𝙝, 𝙙𝙖𝙣 𝙨𝙪𝙗𝙞𝙣 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙩𝙞𝙗𝙖-𝙩𝙞𝙗𝙖 𝙙𝙞𝙟𝙤𝙙𝙤𝙝𝙠𝙖𝙣. ㅡ all chapter is subin's side, ㅡ lowercase, ㅡ...