set - 03

786 152 14
                                    

"subin, makan dulu."

yang dipanggil menghiraukan mamanya. sudah berkali-kali baik mama, seungwoo, maupun papa subin yang membujuk pemuda itu keluar sejak kemarin. tapi tidak ada yang berhasil.

subin mengurung diri di kamarnya. tapi jika kalian mengira ia menangis seharian tanpa makan kalian salah. karena sejujurnya pemuda itu justru menghabiskan waktu dengan mengerjakan tugas dan memakan belasan jajan yang ia simpan di lemari.

ia hanya tak habis pikir.

ia benci papanya, sangat.

subin bahkan baru masuk kuliah, belum menggapai mimpinya untuk menjadi dosen dan sudah disuruh menikah? yang benar saja!

bogoshipda, boㅡ

"kak!"

pemuda di seberang sana terkekeh, "kangen apa gimana lo? cepet banget angkatnya."

"magadir banget anjing gue lagi butuh, lo ilang!"

"eh santai dong santai, kenapa? maaf lah bin, gue seminggu kemaren ada urusan."

"bacot banget bangsat."

"heh mulutnya ya, kasar."

"peduli amat. lo lebih, toxic."

"ya maap, kan kebiasaan."

"ngapain telpon?"

"emang kaga boleh?"

"cuma buat tempat curhat doang? iya?! giliran gue butuh chat gue nggak ada yang dibales!"

"subin, lo kenapa?" tanya sejun lembut.

subin diam, menggigit bibir bawahnya keras. bingung harus bercerita bagaimana karena sejak awal dia hanya menjadi pendengar yang baik ketika lawan bicaranya ini bercerita.

"g-gue dijodohin."

sialan, kenapa harus gugup kalau hanya perlu mengucapkan kalimat itu? subin merutuki dirinya sendiri, entah mengapa, mungkin karena mood buruknya sejak kemarin.

"ha?"

pemuda manis dengan balutan baby doll itu menghela napas pelan, "kenapa sih? lo yang disuruh nikah gue yang dijodohin!"

"kalem dong bin. sekarang cerita dulu, gue nggak paham maksud lo, lo dijodohin gitu?"

"iya anjing, kolot banget sih!"

"subin, hey. calm down, jangan toxic. lo nggak bisa mikir, bin."

ini dia.

suara halus sejun yang menasehatinya ketika puluhan kata kasar keluar dari mulutnya selalu menjadi favorit subin.

"kak," panggil subin pelan.

"cerita pelan-pelan. maaf baru bisa ngehubungin lo sekarang."

"gue tau dari awal gue selalu bikin papa kecewa karna sumpah di sma gue nakal banget."

"hm, terus?"

subin menyunggingkan senyum kecil, "tapi gue nggak pernah nyangka cara papa nyingkirin gue dengan jual anaknya sendiri."

"hah?!"

"gue dijodohin, demi perusahaan."

sejun menghela napasnya, "bin, lo pasti belom dengerin penjelasan papa lo."

"tapi kakㅡ"

"ngomong baik-baik. gue selalu doain lo dari sini bin."

"gue nggak mau," lirih subin.

"i know. tapi semua nggak akan selesai kalau lo marah-marah. maaf baru dateng buat dengerin lo. asal lo tau gue selalu berdoa yang terbaik buat kita, lo udah gue anggep adik sendiri bin."

"oke." pemuda itu menghela napas pelan, "gue tidur ya."

"tenangin diri lo bin. good night, ya."

"hm, night too kak."

setelah panggilan terputus, subin tersenyum kecil. lega karena bisa bercerita pada sejun.

perhatian sejun yang selalu menenangkan hatinya.

subin suka.

ia hanya, denial akan perasaannya sendiri.

✨🎠

𝙊𝙝, 𝙎𝙪𝙗𝙞𝙣!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang