dul - 02

835 158 13
                                    

subin mulai khawatir.

sudah hampir seminggu sejun tidak meneleponnya bahkan tidak membalas chat darinya.

bukan kenapa, subin hanya takut sesuatu yang buruk terjadi. biasanya sejun selalu memberi kabar atau hanya sekadar mengirim lelucon walaupun setelahnya pemuda itu kembali sibuk.

intinya, sejun selalu mengabari subin sesibuk apapun ia.

tunggu dulu, kenapa subin sekhawatir ini?

pemuda manis itu menggelengkan kepalanya pelan, "nggak boleh, jangan bin. kak sejun cuma temen cerita lo setiap malem," gumamnya.

ia kembali menatap jendela kamarnya, "tapi gue beneran takut kak sejun kenapa-napa."

"astaga gue kenapa sih?!" racau subin seraya mengusak rambutnya kasar. pemuda itu bangkit dari kursi belajarnyaㅡyang di depannya langsung jendela lebarㅡdan merebahkan diri di kasur.

"masa gue udah suka? lagi?"

mata subin membola, "nggak! ah, nggak boleh pokoknya titik!"

tok tok tok

subin mengerjap, "siapa?!" tanyanya.

"ini abang!"

"oh, bang woo. masuk aja elah ngapain ngetuk segala."

seungwoo, kakaknya langsung membuka pintu dan duduk di kasur. ia menatap adiknya yang kini menelungkupkan wajah di bantal dengan posisi tengkurap lantas menghela napas berat.

"ngapain lo?" tanya subin, suaranya teredam oleh bantal.

"lo mau dijodohin."

sontak saja subin bangkit dengan tidak wajarnya, "APA?!"

"jung subin, di jodohin."

"apa apaan anjir bang?! udah tahun berapa masih main jodoh-jodohan?!"

"buat perusahaan papa, bin."

subin melongo tak percaya, "oh, jadi gue dijual?"

"gak gitu bin astaga. papa cuma bantuin temennya, dengan imbalan saham perusahaan. lo harus ngerti."

"terus kenapa nggak lo aja?!" sentak subin.

ia tak habis pikir, hanya demi perusahaan papanya rela menikahkan subin? gila.

seungwoo meraih tangan adiknya, "gue udah punya byungchan, kita udah nabung buat nikah. nggak bisa gitu aja mutusin pertunangan."

"harus banget dengan nikah? gue jadi ngerasa dibuang."

"jangan bilang gitu, mama sama papa sayang sama lo."

"kalau sayang nggak bakal jual anaknya, bang."

"tapi—"

"terus kenapa bilangnya harus lewat lo? nggak berani ketemu gue?"

"mama takut ngehancurin perasaan lo, subin."

"mendingan langsung bilang kalau nggak mau gue ada di rumah ini! gue tau gue nggak diharepin, tapi nggak dengan nikah juga kan bang?! gue—"

"jung subin!"

subin terdiam ketika suara bentakan sang kakak menyapa indra pendengarannya. yang lebih tua lantas mengusap surai subin lembut, "kita semua sayang sama lo, subin."

pemuda manis itu menutup matanya seraya mendesah pelan, menahan emosi.

"tapi papa enggak, bang."

seungwoo diam. tidak tahu harus menjelaskan bagaimana lagi kepada adiknya.

"keluar bang, gue butuh waktu sendiri."

✨🎠

𝙊𝙝, 𝙎𝙪𝙗𝙞𝙣!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang