"k-kak, mau ngobrol di kamar?" tawar subin. sejun yang sedang menanggapi pertanyaan dari seungwoo lantas menoleh dengan senyum manisnya, mengangguk.
setelah izin pada seungwoo, keduanya masuk ke kamar subin di lantai atas.
sejun mengedarkan pandangannya, mendetail setiap sudut ruangan yang didominasi warna baby blue itu. beberapa komik dan buku matkul di rak buku, komputer di sebelah meja belajar, kasur di tengah, dan lemari baju di sebelah kiri.
subin dengan pelan duduk di pinggir kasur, menepuk tempat kosong di sebelahnya agar sejun duduk.
maka dengan senang hati sejun duduk disana. tersenyum manis seraya menatap dalam manik indah milik subin.
yang ditatap se-intens itu hanya menahan napas saking gugupnya. juga, takut detak jantung yang begitu keras ini terdengar ke telinga sejun.
sejun terkekeh, lalu mencubit kecil ujung hidung subin, "nafas, subin. kalau nggak nafas nanti mati, kakak nikah sama siapa?"
"apasih anjir, cringe banget lo," balas subin kesal, namun tak selancar biasanya.
tentu saja karena ia gugup.
"no, no, mulai sekarang kamu nggak boleh ngomong kasar lagi dan nggak boleh pake lo-gue, okay??"
subin menggigit bibir bawahnya keras, menahan senyum. akhirnya ia hanya mengangguk pelan.
yang lebih tua tersenyum gemas, "jangan lucu-lucu bisa nggak? kakak baru ketemu kamu sekali aja langsung jatuh cinta."
pipi subin merona, "kak udah!"
sejun tertawa, "tapi aneh nggak sih tiba-tiba ngomongnya gini? biasanya kan lebih bacot, ya."
"makanya, kaya biasa aja. gue nggakㅡ"
"nggak, harus kaya gini. dibiasain ya, calon istriku?" goda sejun.
"sialan kak sejun!" seru subin sembari memukuli sejun dengan bantalnya.
lagi-lagi sejun hanya tertawa, tangannya berusaha menghentikan pukulan subin. akhirnya pemuda manis itu berhenti dengan kekehan kecilnya.
"nakal ya."
"maaf kak, hehe. jail sih, godain terus."
"ternyata kamu emang lebih lucu kalau ketemu langsung ya."
"apasih!"
"habisnya, kakak nyesel nggak ngajak kamu ketemu dari dulu."
"nggak apa, sekarang kan udah ketemu."
suasana menjadi hening beberapa saat, sampai sejun kembali memanggil subin, "dek."
yang lebih muda menoleh, "iya?"
"kamu nggak apa-apa?" tanya sejun. tangannya menggenggam erat tangan subin.
"maksudnya?" subin mengerjap, tak mengerti dengan pertanyaan sejun.
"kakak inget, pertama kali kamu cerita kamu dijodohin, kamu kesel banget. marah sama papa kamu, padahal ini semua justru permintaan kakek," tutur sejun lembut. ia menunduk, tak berani menatap subin seperti tadi.
ah, subin mengerti sekarang.
ia tersenyum, "kak sejun," panggilnya, "lihat aku dong, masa aku ngomong kakak nunduk?"
sejun terkekeh, "iya iya, nih."
"setelah tau orang yang mau dijodohin ke aku itu kakak, aku nggak masalah. aku makin mikir, pantes semua kaya baik-baik aja bahkan akhirnya aku sendiri ngerasa semua bakal berjalan lancar. ternyata bener, aku makin tenang karna tau orangnya itu kakak. dan aku nggak bakal pernah nyesel."
"tapi kakak udah ngehalangin masa depan kamu, subin, maaf."
"itu nggak akan terjadi kalau kak sejun ngebiarin aku fokus sama kuliah, boleh kan?" subin memiringkan kepalanya seraya mengerjap pelan, mengundang cubitan gemas sejun di pipinya.
"sakit ih!"
"lucu sih, kakak pasi izinin kok."
subin tersenyum senang, "makasih kak! aku pasti nggak akan ngelupain kewajiban aku kalau nanti udah nikah, kok."
sejun mengangguk, "eh, tapi bin."
"apa?"
"kok kesannya tadi, jadi kaya kamu confess duluan sih ke kakak?"
lalu setelahnya sejun dipukuli habis-habisan oleh subin yang pipinya merona malu.
✨🎠
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙊𝙝, 𝙎𝙪𝙗𝙞𝙣!
Fanfiction[✓] 𝙩𝙚𝙣𝙩𝙖𝙣𝙜 𝙨𝙚𝙟𝙪𝙣 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙙𝙞𝙢𝙞𝙣𝙩𝙖 𝙢𝙚𝙣𝙞𝙠𝙖𝙝 𝙗𝙖𝙝𝙠𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙗𝙚𝙡𝙪𝙢 𝙙𝙞𝙧𝙞𝙣𝙮𝙖 𝙡𝙪𝙡𝙪𝙨 𝙠𝙪𝙡𝙞𝙖𝙝, 𝙙𝙖𝙣 𝙨𝙪𝙗𝙞𝙣 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙩𝙞𝙗𝙖-𝙩𝙞𝙗𝙖 𝙙𝙞𝙟𝙤𝙙𝙤𝙝𝙠𝙖𝙣. ㅡ all chapter is subin's side, ㅡ lowercase, ㅡ...