Selama dalam perjalanan, baik Asya maupun Aryan tidak ada yang membuka pembicaraan lebih dulu.
Tapi saat di tengah jalan, tepatnya mau dekat perempatan Arya bertanya pada Asya dimana rumah Aulia.
"Asya kok diem? Kemana nih ada itu,perempatan belok kanan kiri atau lurus?" Asya sadar kalau dia sedang melamun.
"Oooh lurus saja mas, ada pintu biru sebelah kiri itu dia rumahnya." Aryan cuma mengangguk mengerti.
Sesampainya di depan rumah Aulia, mereka melihat tante Rena dan Aulia sedang duduk sambil minum teh sore.
"Selamat sore tante?" Asya dan Aryan masih dibawah tangga yang mempunyai lima anak tangga itu.
"Selamat sore Asya. Sama siapa itu? Ayo masuk!" kata tante Rena yang cantik dengan baju kembang-kembang berwarna kuning.
Asya naik tangga diikuti Aryan lalu duduk di teras dan mereka melihat Aulia yang lagi makan biscuit.
"Lia kamu tahu nggak, cowok ini lho yang menolong kamu waktu jatuh di jalan," kata tante Rena mengingatkan Aulia.
Aryan memberikan salam pada Aulia, "hallo Lia sudah sehat kan?"
Aulia melihat ke Asya dan Asya mengerti arti pandangan Aulia, hanya mengangguk membenarkan kata tante Rena.
Setelah Asya mengangguk mengiyakan pandangan Aulia tadi, barulah Aulia mengangguk hormat pada Aryan.
"Saya sudah baikan sekarang, terimakasih sudah menolongku. Kalau gak ada mas saya gak tahu gimana saya tergeletak di jalan dan belum ada yang menolong. Sekali lagi terimakasih ya mas?" Aryan hanya tersenyum. Kelihatan simpatik sekali di mata Asya.
"Gak apa saya juga kebetulan ada di TKP, jadi bisa menolong mbak Lia."
"Nak Aryan ini masih kuliah atau sudah tamat atau sudah kerja?" tanya tante Rena sambil menyuguhkan kue dan secangkir teh di meja.
"Saya sudah jadi dokter tapi masih PTT, tante."
Tante Rena senyum dan langsung menawarkan, "ayo nak Aryan dicicipi kuenya sambil minum teh!"
"Iya makasih tante. Saya minum ya tante?"
"Silahkan... Lho Asya, ayo minum juga." Asya ikut mengangkat cangkirnya dan meminum isinya. Dasar yang buat teh cantik, terasa wenak banget diminum di siang yang panas begini. Walau tehnya anget.
Aulia diam saja mendengar pembicaraan antara Aryan, tante Rena dan Asya. Dia masih merasakan pening sedikit di kepalanya. Walau sesekali dia mencoba tersenyum kalau ada pembicaraan yang menurutnya lucu. Tapi saat senyum itulah yang membuatnya tersiksa dengan rasa pening di kepalanya.
Aryan melihat hal itu, karena wajah Aulia memerah. Aryan mencoba bertanya, " mbak Lia masih sakit?"
Merasa tertebak Aulia langsung aja bicara, kan kebetulan Aryan adalah seorang dokter.
"Iya nih kok kepala aku sakit setiap senyum."
"Mbak Lia harus banyak istirahat dan rajin minum vitamin yang dianjurkan oleh dokter. Terus banyak minum air putih ya mbak Lia?"
Aulia mengangguk dan tersenyum. Dia juga mau cepat kembali ke perkuliahan.
"Tante maaf ini saya cuma sebentar, sebentar sore saya harus kembali ke rumah sakit ada rapat. Maaf ya tante?"
"Ooh iya gak apa, nak Aryan. Kebetulan Lia sudah baikan, kan tadi nak Aryan sudah menasehati Lia."
"Lia cepat sembuh ya? Ayo Asya kita pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Cinta
Ficción GeneralAsya seorang gadis yang cantik sedikit manis sedikit manja dan periang sampai akhirnya bertemu dengan Aryan, seorang pemuda yang tegas dan bertanggung jawab. Aryan merubah semua sifat bawaan Asya yang lembut dan sedikit keras kepala. Namun Asya mal...