Sepulang Aryan, Asya mencari ayah ke kamar tidur orang tuanya. Ketika ia akan mengetuk pintu terdengar suara ayah dan ibunya tertawa-tawa pelan. Asya membatalkan niatnya untuk mengetuk pintu karena mendengar tawa kedua orang tuanya. Tetapi malah pasang telinga untuk menguping pembicaraan keduanya.
"Ayah kok bohong sih bilang Asya lagi sakit?" Tanya ibu sambil ketawa. Sementara ayah juga masih ketawa walau pelan Asya mendengarnya kalau ayahnya ketawa seperti merasa geli.
"Jangan gitu lagi ya yah, kasihan Asya sampai kaget dia." Ayah mengangguk dengan senyum yang dikulum.
"Bu ayah kan pernah muda ya tahu saja kalau si Aryan itu kangen sama putri kita. Ayah pura-pura aja jaim padahal mau ketawa ingat waktu ayah kangen berat sama ibu trs maksudnya sih pengin lihat ibu dari kejauhàn walau hanya rumah ibu yang sudah ketutup karena memang sudah malam..." Ayah kembali ketawa perlahan tak melanjutkan ceritanya, ayah menarik nafasnya dulu sebelum melanjutkan ceritanya.
"Yah terus ibu ada keluar gak?" Ayah menggeleng.
"Ibu gak keluar-keluar karena ibu memang gak tahu ada ayah di luar."
"Iya ya yah kan gak ada telpon model HP cuma telpon rumah. Klo pas ayah telepon bapakku suka nguping terus nyahutin bikin ibu kesel gitu yah."
"Iya ayah tahu tuh bapak ibu galak banget, tapi ibunya ibu cerewet banget suka tanya-tanya. Ayah sedikit kesel dibuatnya. Kadang sampai hilang rasa kangen ayah karena kesel bawaannya." Kembali ayah dan ibu tertawa bersama.
Ternyata ayah lah yang punya ulah, bilang sama Aryan kalau dirinya sakit segala. Membuat Aryan jadi kawatir. Tapi itulah ayah selalu ingin anak-anaknya merasa bahagia, walau dahulu ia merasakan kepahitan hidup namun tidak membalaskannya ke anak-anaknya agar merasakan kepahitannya juga. "I love you ayah," bisik Asya dalam hati sambil berlalu gak jadi masuk ke kamar ayah dan ibunya, lupa mau bicara apa tadi.
***
Keesokan hari pagi-pagi sekali Aryan sudah di depan rumah Asya. Aryan sengaja tidak memberi tahu kedatangannya pada Asya. Menurutnya hari masih pagi sehingga dia diam saja di dalam mobil sambil mempelajari tugas-tugas nanti kalau di daerah.
Selain itu dia ingin menghindar dari mamanya Erika yang suka datang bersama putrinya sambil membawa sarapan buat mereka makan bersama keluarga Aryan.
Aryan hanya mencoba menghindar dari itu sampai ia hanya diam di depan rumah Asya. Dari dalam mobil ia bisa melihat kalau Asya sibuk menyapu sambil membuka warung dan seperti memetik bunga bersama kucing-kucing yang resek itu.
Asya sampai terjungkal-jungkal saat jalan karena para kucing berlarian tak tentu arah, sehingga jalan Asya jadi seperti mau jatuh saja.
Tapi kayaknya Asya senang sama kucing-kucing itu, gak pernah dia marah padahal bisa saja dia celaka karena kelakuan kucing-kucing itu.
Sehabis itu dia membuang sampah, sempat ia menengok ke tempat Aryan parkir tapi Aryan malah melorotkan badannya supaya Asya tak melihat kehadirannya.
Dari dalam mobil Aryan melihat kecantikan murni dari Asya kekasihnya. Tanpa polesan bedak dia masih terlihat begitu ayu. Padahal belum mandi.
Hatinya berontak untuk cepat mempersunting Asya menjadi istrinya. Setiap pagi siang bahkan malam ia akan melihat Asya, istrinya.
Tapi apa kata ibu, terus saja mempengaruhi hatinya. Bahwa dirinya belum memiliki penghasilan. Ia juga tak mau membawa penderitaan bagi Asya.
Walau Asya berasal dari keluarga sederhana tapi nampak begitu hangat dan damai sekali. Sungguh ia tak pernah tega membawa Asya dalam kesusahan. Dan itu dari dirinya!?
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Cinta
General FictionAsya seorang gadis yang cantik sedikit manis sedikit manja dan periang sampai akhirnya bertemu dengan Aryan, seorang pemuda yang tegas dan bertanggung jawab. Aryan merubah semua sifat bawaan Asya yang lembut dan sedikit keras kepala. Namun Asya mal...