"Lho kok wajahmu seperti itu?" kali ini Santoso dengan kaget bertanya pada Erika yang berjalan sambil menengok sebentar-sebentar ke belakang, seperti ada yang mengejarnya.
"Gak ada, ini nasi nya kita makan dulu yuk?" Erika melirik ke arah Aryan namun Aryan malah melihat Harun di pintu pagar yang seperti biasa menaruh telunjuknya di bibir nya yang hitam.
Karena Aryan malas mengeluarkan sendok atau piring maka para dokter itu makan seadanya dengan tangan mereka yang terlebih dahulu dicuci di dekat ledeng milik kontrakan Aryan.
"Aryan ayo makan, nanti basi nasinya?" Arif mengajak Aryan makan, sedangkan yang ditanya malah asyik membuka ponsel yang sedari kemarin belum pernah ia buka.
"Iya nanti kumakan ya, tadi bu Murni bawain kue yang biasa dia titip di SD sebelah. Jadi sampai sekarang masih terasa kenyang.
Erika sangat lah dongkol hatinya karena pemberiannya yang tulus sama sekali tak disentuh Aryan apalagi dibuka. Dalam benaknya dia berpikiran jahat, kalau nanti dia bawa saja nasi itu buat Wati, pembantunya yang ia bawa dari kota. Sebal sekali hatinya.
"Eh Yan ntar malam aku sama Santoso nginep sini dulu ya semalam, karena ini kan sudah agak malam jadi besok jam enaman kita berangkat, gimana? Boleh ya?"
"Oh boleh saja tapi tahu kan saya baru sehari disini jadi yah tidur seadanya aja dulu ya, gimana?"
"O iya Yan no problemo anggap aja kemah."
"Iya baiklah kalau kalian tidak masalah dengan keadaanku disini."
Setelah selesai makan dan minum seadanya mereka yaitu Erika dan Arif pulang. Arif di SMS Aryan agar mengantar ke kontrakan Erika, itung-itung jadi cara pendekatan nya pada Erika.
Dan benar saja nasi bungkus untuk Aryan, Erika bawa kembali untuk diberikan Wati si pembantunya itu.
Santoso dan Arif tak bisa bicara banyak karena itu adalah pemberian Erika yang dibeli dengan uang nya Erika sendiri.Sungguh tak enak kalau kita dicuekin kata hati Erika, jadi untuk apa kita menghargai orang yang tidak mau?
Dalam perjalanan menuju kontrakan Erika, Arif berusaha mengambil hatinya agar mau berpacaran dan syukur-syukur mau menjadi ibu dari anak-anaknya. Erika lebih banyak diam dibanding Arif yang nyerocos saja walaupun Erika tak menanggapi omongannya sedikit pun.
Akhirnya sampai juga mereka di kontrakan Erika. Arif mau duduk barang sebentar saja di teras itu namun Erika dengan ketus melarangnya. Dengan alasan pengin beristirahat.
Akhirnya Arif dengan berat hati berjalan kembali sendiri menuju kontrakan Aryan.
***
Keesokan harinya di balai pengobatan di desa itu terjadi kehebohan. Ada penduduk membawa istrinya yang mau melahirkan, bu Murni yang seorang bidan mulai bertindak.
"Buk dokter apa langkah kita ini, pasien agak susah melahirkan terus terang saya agak susah menanganinya?" kedatangan ibu Murni ke ruangannya yang mengagetkan Erika. Untuk sesaat Erika masih agak kaget, tapi perlahan ia bangkit juga menuju ke kamar sebelah untuk melihat kondisi pasien itu.
Denyut nadi pasien agak lemah, dan ditambah darah yang terus keluar dari vagina membuat Erika agak terkejut juga. Pasien ini memerlukan rawat inap yang bagus buat bayi dan ibunya dan perawat jaga yang cukup biar bisa terawat dan terjaga. Sementara Erika memeriksa ulang pasien yang terlihat mulai lemas.Tapi karena ia dokter jadi berusaha bersikap tenang dan tabah.
"Bu Murni puskesmas disini kira-kira dekat ya bu?"
"Iya bisa dijangkau dengan mobil bu dokter, apa kita perlu kesana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Cinta
Ficción GeneralAsya seorang gadis yang cantik sedikit manis sedikit manja dan periang sampai akhirnya bertemu dengan Aryan, seorang pemuda yang tegas dan bertanggung jawab. Aryan merubah semua sifat bawaan Asya yang lembut dan sedikit keras kepala. Namun Asya mal...