Bunyi alarm dari HP Asya begitu mengagetkan. Asya langsung bangun dan melanjutkan tugas laporannya.
Bau masakan ibu sudah tercium di hidungnya, rupanya ibu juga sudah bangun. Asya pergi ke dapur hendak mengambil masakan apa yang dimasak ibu dan makan.
"Eh Asya, sudah bangun? Mau sarapan nak?" ibu menaruh nasi goreng di tempatnya seperti mangkok tapi ukurannya besar.
"Mau dong bu, Asya minta sepiring yah?" ibu tersenyum sambil mengangguk.
"Ya sarapan sana Sya, nanti bantu ibu cuci piring ya?" Asya mengangguk sambil menyendok makanan. Terasa nikmatnya masakan ibunya mengalahkan ibu-ibu yang lain.
Di kampus anak-anak pada ribut membicarakan dokter Aryan yang menjemput Asya. Lho...kok?
Asya heran itu kan biasa jemput menjemput, kenapa dipermasalahkan? Lagian gak ada kerjaan sekali sih gibah pagi-pagi begini. Untung aja perut Asya sudah kenyang.
"Eh lihat tuh si Asya datang," begitu suara-suara yang Asya dengar.
"Oh ini yang namanya Asya, cantik juga," ada lagi suara-suara anak-anak yang dapat didengar Asya.
Dan masih banyak lagi suara anak-anak gibahin Asya. Bener-bener gak ada pembicaraan yang berbobot.
Asya sih cuek aja, terus berjalan ke ruang kuliah tanpa menghiraukan suara-suara anak-anak.
Saat ke ruang kuliah Asya bertemu dengan Ami, dia langsung menyetopnya. Ami jadi kaget.
"Ada apa Sya, cie yang dijemput cowok ganteng dokter pula," kata Ami sambil senyum dan mengajak Asya duduk di sudut ruangan.
"Eh aku biasa aja, lagian si Aryan itu mau jenguk Aulia. Ya aku antarkan. Itu aja, kok anak-anak malah ribut sih?" wajah Asya memerah.
"Oh gitu ceritanya, soalnya si Aryan itu idola anak-anak kampus ini."
"Yah itu baru aku tahu, kalau aku sih mikir si Aryan mau jenguk Aulia yang pernah ditolongnya itu aja."
"Wah sombong, mentang-mentang dijemput sama dokter Aryan?!"
"Apaan sih Mi, jangan buat gara-gara lho ya?" ancam Asya sambil senyum.
"Iya aah, aku tak seperti yang kau pikirkan Fergusso!"
"Siapa lagi itu? Eh aku tak tahu!" mereka tertawa bersama. Gara-gara Asya pakai logat orang Batak.
"Ternyata begitu kejadiannya kok seheboh ini komentarnya." Ami membuka kripik pedas kesukaannya dan menawarkan pada Asya yang ditolak dengan halus. Asya menggelengkan kepala.
"Sudahlah aku gak nanggapin, kali aja mereka berusaha merayu dokter Aryan tapi gak pernah berhasil."
"Iya ya kamu Asya gak sengaja malah bisa naik mobilnya bahkan dijemput lagi," kata Ami tertawa sampai terbatuk-batuk karena kepedasan, untung saja Asya selalu membawa air minum dan langsung memberikannya pada Ami.
"Ah sudahlah gak usah dibahas, aku gak ada apa-apa kok!" Ami hanya bisa mengangguk. Karena rasa pedas itu begitu menusuk kerongkongannya.
Pembicaraan mereka terhenti karena dosen sudah masuk, dan banyak mahasiswa juga masuk.
Di ruang dokter Aryan lagi ngobrol sama dokter Rudi temannya kuliah dulu.
"Omong-omong kemarin aku lihat bawa mobil bagus, kamu jemput siapa di sekolah keperawatan Yan?" tanya dokter Rudi sambil mengecek rekam medis pasien.
"Oh itu anak kuliah keperawatan si Asya namanya, dia itu punya teman yang aku tolong karena terjatuh di jalan tiba-tiba di depan mataku lho. Aku telpon keluarganya pakai HP korban itu eh hanya dia yang mau mengangkatnya. Ya udah aku jadi kenal sama dia, gitu Rud." Rudi mengangguk mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Cinta
Fiksi UmumAsya seorang gadis yang cantik sedikit manis sedikit manja dan periang sampai akhirnya bertemu dengan Aryan, seorang pemuda yang tegas dan bertanggung jawab. Aryan merubah semua sifat bawaan Asya yang lembut dan sedikit keras kepala. Namun Asya mal...