24. Kesal Dan Terhina

18 2 0
                                    

Sementara Asya yang berusaha memejamkan mata tapi Aryan malah asyik mencari bayang Asya di benaknya, terus mencari jawaban mengapa hatinya bisa menunjuk Asya sebagai pilihan hatinya.

Pertemuan pertama kali di rumah sakit sungguh membuat jantungnya berdegup kencang, tapi dirinya tidak menunjukkan itu.

Sejak pertemuan itu ia merenung untuk bisa mendekati Asya, agar bisa mengenalnya lebih jauh. Tapi masih saja ada rasa seperti takut ditolak.

Bahkan ia sempat berguru pada Rudi si playboy. Rudi hanya tertawa pada sahabatnya yang pertama kali mengenal cinta, dan seperti menggebu-gebu.

"Slow men?" Begitu kata dokter Rudi pada Aryan.

"Gimana ya Rud, aku kok kesemsem pada Asya. Tolong deketin aku dong!" Rengek Aryan waktu itu.

"Deketin- deketin nanti malah senang dengan aku gimana? Gini aja kamu mulai dari memberi dia perhatian atau apa kek. Usaha dikit napa!"

"Eleh dasar playboy kampung!" Ledek Aryan kala itu.

Tapi diam-diam akhirnya Aryan mencoba cara-cara yang diajarkan Rudi kepadanya. Lama- lama Aryan ada sedikit tempat di keluarga Asya.

Pernah diundang makan siang walau ada gangguan oleh kucing-kucing Asya yang super nakal. Di bawah meja mereka asik menggigit kaki Aryan, walau pura-pura tapi cukup menggelikan bagi Aryan.

Asya gak tahu kalau kucing-kucingnya ada di kaki Aryan. Karena Aryan menyukai mereka. Sementara kucing-kucing itu malah senang bermain dengan kaki Aryan. Dan besok pagi alhasil kaki Aryan penuh dengan luka goresan yang rasanya pedas bila terkena air, saat mandi.

Adik-adik Asya juga kelihatannya senang dengan Aryan, terutama Dewi si bontot yang cadel. Dan memanggil Aryan dengan sebutan pak doktel.

Kedua orang tua Asya kelihatannya harmonis, mereka bisa bersamaan saling pandang dan tersenyum mendengar percakapan anak-anaknya di meja makan.

Beberapa kali Aryan ketahuan kedua orang tua Asya sedang memperhatikan putrinya makan.

Mereka tersenyum saja, sedangkan Asya tetap fokus pada makanannya. Membuat Aryan jadi tambah penasaran pada Asya, dengan sikap pendiamnya. Padahal kalau di kampus dia begitu periang.

Saat Aryan mengingat cara PDKT nya dengan Asya, ia mendengar suara pintu kamar diketuk ibunya.

"Aryan, kamu sudah tidur nak? Ibu mau bicara." Dengan malas Aryan bangun dari peraduan hangatnya. Saat ia membuka pintu, wajah ibunya muncul.

"Ada apa bu?" Ibunya hanya menaruh telunjuk di bibirnya. Membuat Aryan jadi penasaran saja.

"Nak coba ke depan dulu," kata ibu sambil sedikit mendorong Aryan agar lebih cepat jalannya.

Aryan berjalan menuju ruang tamunya, disana ada Erika dan ibunya?

"Malam tante, ada apa ya kok malam begini?" Tanya Aryan dengan hati penuh tanda tanya.

"Malam juga Aryan, belum malam kok. Tante bisa minta tolong nggak?"

"Minta tolong apa ya tante, soalnya besok ada rapat penting tentang penempatan saya di daerah."

"Yak itu lah, itu maksud tante kesini. Begini bisa nggak kalau Erika sama kamu aja ke daerah yang sama. Soalnya tante sudah percaya sama kamu. Kan sedari kecil kalian sudah berdua terus."

Batin Aryan berkata, "itu dulu sekali tante, sekarang nggak ya."

"Kalau itu bukan Aryan yang memutuskan, Aryan gak tahu tante."

"Udah pokoknya kamu sama Erika sama-sama di daerah yang sama titik. Semua sudah tante atur." Seperti biasa sok ngatur.

"Kalau begitu ya terserah tante saja, Aryan balik dulu ke kamar. Permisi tante."

Terpaksa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang