Bukan hanya Lia yang kena tegur dosen saat perkulihan berlangsung tapi Asya juga. Saat dosen menerangkan eh pikiran dan perasaan Asya kemana-mana.Akibatnya berpengaruh pada wajahnya. Karena mata melotot pikiran melayang.
Sebenarnya tadi pikirannya kepada sikap Aulia kepada dirinya dan bawaan diri Aulia yang menurut Asya sangatlah aneh.Asya merasakan kalau Aulia seperti ada cemburu kalau ada Aryan. Apa Aulia naksir Aryan? Ya gak apa sih kalau memang Aryan naksir Aulia atau sebaliknya. Ya gak usah pakai menyeret-nyeret dirinya seperti dirinya bersalah saja.
Sampai kapanpun Asya tetap merasa berhutang budi pada Aulia. Kalau ingat bagaimana sedihnya Asya harus menunggu setahun lagi biar bisa kuliah. Tapi karena Aulia ia bisa kuliah disini. Tampaknya ia harus bicara empat mata dengan Aulia.
Akhirnya kuliah hari ini selesai juga. Asya pulang tapi malah ketemu dokter Aryan di parkiran. Terpaksa Asya berhenti sejenak.
"Sya tunggu bentar, aku mau bicara."
"Ada apa pak dokter, Asya mau pulang nih?" Tampak Aryan keluar dari mobil nya lalu menghampiri Asya.
"Sini aku yang bonceng pakai motormu." Lho gimana ini Asya jadi bingung. Mobilnya dikemanain kok main tinggal aja. Asya jadi terdiam memikirkan itu.
"Nah melamun, ayo mana kuncinya aku bonceng kamu Sya!" Asya kok ya menurut saja dan memberi kunci motornya pada Aryan. Tapi sadar dia membatalkan untuk memberi kunci motornya pada Aryan
Sebenarnya di dalam mobil itu ada Rudi, jadi mobil Aryan ya dibawa sama Rudi. Tampaknya Asya gak tahu itu, tapi akhirnya Aryan memberitahu Asya kalau Rudi yang membawa mobil itu.
"Sya jangan kawatir di dalam mobil ada Rudi." Asya pun mengangguk saja.
"Mau kemana kita pak dokter?"
"Sya aku kasih tahu ya, kalau di tempat kuliah atau di rumah sakit kamu boleh panggil aku pak dokter. Tapi kalau diluar itu semua Asya cukup memanggilku Aryan. Tanpa ada kata "pak dokter." kali ini Asya mengangguk lagi.
"Terus kita mau kemana mas Aryan?"
"Gak kemana-mana cuma mau jalan-jalan aja. Seminggu ini aku suntuk banget, Asya mau kan ajak aku jalan-jalan?" Asya mengangguk lagi. Tapi kok mata Aryan seperti mau melihat sesuatu di kejauhan.
Dalam hati Asya berkata, "jalan-jalan sih jalan-jalan mas tapi kalau siang bolong gini. Ada juga kulitku yang gosong."
"Nah diam ya, gak mau ya jalan-jalan ama aku?" Asya tersenyum.
"Ini hari siang mas, kan panas. Aku mau pulang aja, lain kali deh mas jalan-jalannya makasih!"
"Oke lah kalau gitu hari sabtu malam minggu aja ya, gimana?" Asya mengangguk lega.
Baru saja Asya mau menghidupkan motornya Aryan langsung naik di belakangnya. Membuat Asya kaget karena terasa ada beban di belakang yang membuat motornya susah bergerak. Asya menengok ke belakang eh Aryan malah cengengesan di belakangnya sambil menaik turunkan alisnya yang tebal.
"Sebenarnya mas mau kemana, aku antar aja ya?" Aryan mengangguk.
"Ayo bonceng aku, nanti Asya aku tunjukin jalannya." Asya mengangguk terpaksa menyetujuinya.
Ya udah akhirnya Asya membonceng dokter Aryan. Membuat cewek-cewek patah hati termasuk dokter Erika.
Sudah lama ia menaruh hati pada Aryan, tapi tak jua Aryan melirik sedikitpun. Erika dokter yang cantik tapi sayang ia sombong. Tak ditanya lagi, kalau dokter Erika jadi kesal melihat "pemandangan itu".
Di hatinya terasa panas, bak api yang berkobar-kobar yang siap menjilati apapun disekelilingnya sampai terbakar hangus tak bersisa.
Asya membonceng Aryan entah kemana tapi dia diam saja. Membawa Aryan keluar kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Cinta
Ficção GeralAsya seorang gadis yang cantik sedikit manis sedikit manja dan periang sampai akhirnya bertemu dengan Aryan, seorang pemuda yang tegas dan bertanggung jawab. Aryan merubah semua sifat bawaan Asya yang lembut dan sedikit keras kepala. Namun Asya mal...