33. Rumput Yang Bergoyang

16 2 0
                                    

Setelah Erika menamatkan sekolah menengah atas di London ia mau kembali ke Indonesia. Dengan berat hati mamanya melepas Erika sendiri tinggal di Indonesia. Sampai salah seorang adik mamanya mencarikannya seorang pembantu untuk membantu mengurus keperluan Erika yang akan mengambil kuliah di Universitas Airlangga.

Saat memilih jurusan kedokteran ia kembali teringat cita-cita saat masih SMP dulu.

"Cita-cita kamu apa Erika?" tanya Aryan saat ada pelajaran berkelompok waktu itu.

"Jadi dokter, kamu mau jadi apa?" Aryan hanya tertawa, tapi ia menuliskan sesuatu pada secarik kertas.

Erika membacanya dan tertulis di kertas itu 'dokter'.

"Owh kamu mau jadi dokter juga? Sama kita ya?" mereka saling lempar senyum.

"Dokter apa? Aku mau jadi dokter umum saja. Kalau kamu yan?"

"Dokter cinta."

Mereka tertawa berderai. Ya itu dulu, sekarang mereka bertemu lagi tapi tak seperti dulu yang semuanya dilakukan bersama -sama.
Bahkan sikap Aryan pada dirinya begitu dingin seperti tak pernah mengenal teman yang bernama Erika.

Hari semakin malam tapi kegundahan Erika belum berbatas. Selalu saja pertanyaan-pertanyaan tentang sikap Aryan tak menemukan jawaban.

Ada rasa kerinduan akan kebersamaan mereka tanpa batas yang mereka habiskan bersama saat masih bocah yang baru mengenal cinta monyet.

Yang merasa bahagia saja bila selalu dapat bertemu. Akankah ia merasakan itu semua bersama Aryan sebagai teman, dan sebagai kekasih?

Menjelang penugasan sebagai dokter PTT, Erika tak pernah mendengar Aryan berkata atau menghubungi dirinya kalau mereka lah yang ditunjuk untuk menuju desa yang sama sebagai dokter di desa itu.

Dalam hati kecilnya Erika merasa senang, karena akhirnya ia bisa bersama juga dengan Aryan. Walau tak setitik pun ia ditegur Aryan.

Yah Erika harus bersabar menghadapi hatinya yang selalu merindu, tentang seorang Aryan Hadinata.

Besok saat Rudi merayakan pesta pertunangan Erika pasti tahu siapa yang diajak oleh Aryan. Apakah si Asya yang selalu dia ancam?

Erika senyum dalam keculasan, entah apa yang membuat dia tersenyum seperti itu.

Dalam benaknya ada suatu ide yang baik menurutnya. Tapi apa ya, naluri kewanitaannya gak pernah tega bila menyangkut Aryan.

Walau jawaban atas pemutusan hubungan sepihak dari Aryan tak jua terjawab. Ia masih menyimpan semua hal tentang Aryan, seperti semua pemberian Aryan kepadanya, bahkan secarik kertas hasil tulisan tangan Aryan. Semuanya akan mengobati rasa rindunya selama ini. Aryan memang terlahir dari keluarga yang sederhana namun mereka selalu bahagia.

Aryan begitu mengasihi Erika sedikitpun dia tak pernah mengabaikan Erika. Dia tak pernah mau dibayarkan jajan kalau mereka bersama jalan-jalan. Padahal Erika tahu kalau Aryan mati-matian puasa jajan hanya untuk bisa mentraktir Erika, owh hati Erika semakin rindu pada Aryan. Rasanya mau teriak yang keras sampai memecah langit lapisan ke tujuh karena sangat merindu walau tak berbalas.

Dia merasa sakit sendiri, heran sendiri untuk itu Erika masih mempertahankan harga dirinya, walau keinginan tahuannya sangat besar.

Malam semakin larut tambah sunyi begitu mencekam lama-lama Erika pun tertidur. Semua ia serahkan pada rumput yang bergoyang...

***

Keesokan hari Aryan bergegas ke rumah Asya, ia ingin menjemput Asya. Yang dijemput malah sudah siap, ya jadi langsung tancap gas.

Terpaksa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang