Hari-hari Asya berjalan seperti biasa, pagi kuliah terkadang siang jadi kurir untuk biji-biji bunga Vinca nya. Walau untuk kuliah gratis tapi dia juga mau membeli keperluannya, mau gak mau dia harus menyediakan sendiri.
Selama ini biji-biji bunga Vinca lah yang memberi uang jajan untuk Asya. Ya selain uang jajan dari ibu. Asya menjual bibit bunga Vinca yaitu dari bijinya yang dijual lewat online.
Sebagian keuntungannya dia belikan bibit bunga Vinca yang baru hingga banyak jenis bunga Vinca Asya. Biji-biji bunga itu ia dapatkan pada sesama pecinta bunga Vinca. Terkadang mereka sesama pecinta bunga Vinca bertemu di udara alias lewat videocall.
Mereka lebih hebat dapat menjual sampai ke luar daerah sedangkan Asya baru sampai antar kota saja. Bunga Vinca akan terlihat keindahannya apabila diletakkan di tempat yang agak panas.
Vinca penghias halaman, yang dahulu hanya ada warna merah muda dan putih namun saat ini sudah beraneka ragam warnanya. Sungguh indah tanah pekarangan rumah karena keanekaragamannya. Ya dari warna-warni bunganya. Bunga Vinca atau yang dikenal dengan nama tapak dara.
Seringkali teman-teman ibu saja yang paling Asya jengkelkan karena seenaknya saja mengambil bunga Vinca Asya. Ibu Asya gak bisa bicara banyak, karena ibu-ibu tetangga lebih agresif untuk mencabut bunga-bunga Asya yang siap akan dijadikan induk untuk menghasilkan biji dan itu adalah uang jajan untuk Asya.Hanya karena ibu yang membuat Asya bersabar.
"Sya sabar ya nak, orang yang sering sedekah itu pasti diberi rejeki oleh yang Kuasa." Begitu ibu pernah bilang pada Asya.
Kalau ibu sudah bicara Asya gak berani membatahnya lagi. Selama ini ibu dan ayah tidak tahu kalau Asya menjual secara online, kalau mereka tahu pasti gak diijinin takut mengganggu pelajaran Asya di sekolah. Namun lama-lama ibu tahu juga karena ada gojek sering ke rumah mencari Asya.
"Asya jangan lupa belajar, dan nilaimu harus selalu bagus. Kan pakai beasiswa."
"Iya ibu, santuy aja."
Lagi enak-enak lihat keindahan bunga Vinca berwarna merah tua dengan semburat warna pink, datanglah si Jiro kejar-kejaran sama Loni. Mereka berkejaran diantara bunga-bunga Vinca Asya. Tak ayal lagi kebayang bentuk pohon bunga Vinca yang habis ditindih sama kucing? Sudah pasti akan patah dahan-dahannya yang baru aja Asya tanam.
Walau sedikit jengkel Asya sambil mengusir sambil tertawa. Sebenarnya Asya senang sekali dengan kucing. Apalagi si Jiro bulunya lebat tapi nakalnya minta ampun, si Loni kucing betina malah kebalikannya. Akibatnya Loni jadi bulan-bulanan si Jiro. Auto Loni berusaha melepaskan diri dari gangguan Jiro ya sembunyi di bawah pohon Vinca Asya.
Kalau gak ada makanan atau apa yang membuat kucing berdua itu menarik perhatiannya ya terus mainnya di pohon-pohon indah milik Asya. Ya bakal rusak dah serusak harapan Asya untuk mendapatkan uang jajan dari menjual biji-biji bunga Vinca. Asya mengambil lauk di lemari yaitu tempe goreng yang dicampur sedikit nasi.
Demi ikan paus kedua kucing itu serasa mencium bau yang enak dari aroma ikan yang sebenarnya tempe itu digoreng dengan minyak bekas goreng ikan asin.
Keduanya menyambut Asya dengan lucunya. Asya mengarahkan keduanya ke teras rumah yang tidak ada tanamannya. Disitulah mereka berlabuh untuk makan dan melanjutkan permainan mereka di bawah kursi teras yang ada kolongnya.
Tiba-tiba HP di kantongnya bergetar, Asya lihat ternyata dari Aulia. Asya menjawabnya, "ya Lia ada apa?"
"Aku mau main ke rumahmu? Boleh gak ya?"
"Ya boleh dong Lia, apalagi kalau bawa rujak. Wah asik tuh!"
"Ide bagus tuh, aku juga pengin makan rujak tapi gak ada teman. Tapi Asya mau gak pesen di online ntar aku ganti uangmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Cinta
General FictionAsya seorang gadis yang cantik sedikit manis sedikit manja dan periang sampai akhirnya bertemu dengan Aryan, seorang pemuda yang tegas dan bertanggung jawab. Aryan merubah semua sifat bawaan Asya yang lembut dan sedikit keras kepala. Namun Asya mal...