42. Terpaksa Cinta

30 0 0
                                    

Erika berdandan cantik dengan celana jeans biru, baju putih berenda. Erika yang masih saja menyimpan sifat kewanitaannya, itu yang membuat Arif menyukainya.

Agak lama juga Erika mematut diri di cermin, seakan merasa kurang saja penampilannya.

Wati cuma senyum-senyum sambil menyapu ia mencuri untuk memandang Erika majikannya. Tanpa sepengetahuannya, Erika tahu kalau Wati mencuri-curi pandangan padanya.

"Eh Mbak Wati, nyapunya yang bener jangan terus ngelihatin aku dong. Terpesona yah?" Mbak Wati malah tutup mulut sambil senyum.

"Iya mbak, mbak kan sudah cantik ngapain lama-lama di cermin ntar cermin nya jatuh cinta lagi." Erika juga ikut tersenyum.

"Baguslah kalau mbak Wati bilang aku dah cantik jadi kuakhiri saja berdiri di cermin. Tik nanti mungkin aku agak kemalaman pulang ya, ku bawa aja kunci rumah ini ya, jadi mbak gak repot harus membukakan pintu aku." Wati mengangguk sambil senyum juga memberi jempol.

Erika berjalan di depan mbak Wati dan terciumlah bau parfum yang sangat wangi. Wati sampai penasaran majikannya mau ketemuan dengan siapa sih? Cepat-cepat ia menyapu dan bersembunyi mencari tempat untuk mengintai majikannya.
Wati melihat Erika duduk di sofa sambil membuka HP nya. Dan beberapa saat Wati seperti mendengar suara motor milik Arif, dokter Arif. Cepat ia melihat dari balik jendela kamarnya yang menghadap luar. Pendengarannya gak salah ternyata memang benar itu dokter Arif.

Eh ternyata majikannya tidak naik mobil sport nya tapi malah boncengan dengan dokter Arif. Mau kemana?

Selama dalam perjalanan Arif dan Erika menuju pasar malam di ujung desa banyak didominasi Arif dalam bicara, sedangkan Erika hanya diam sambil senyum-senyum, itu Arif lihat dari kaca spion motornya. 'Betapa cantiknya dia', pikir Arif.

Sampai di pasar malam Arif mencoba memegang tangan Erika, yang membuat Erika menoleh padanya.

"Kupegang tanganmu biar gak hilang," Arif menaik turunkan alis tapi Erika hanya tersenyum.

Erika hanya diam saja digenggam Arif sepertinya ia menerima dengan sepenuh hati pada Arif. Sekarang cinta Arif tak sebelah tangan lagi, tapi kedua tangan dari Erika dengan penuh keihlasan.

Dalam perjalanan tadi Erika memang diam menyembunyikan perasaan rindu bahkan berusaha melupakan Aryan, karena sekarang di hadapannya adalah Arif yang dia lihat begitu tulus padanya.

Apakah sepertinya ia terpaksa cinta dengan Arif? Lama Erika merenung dalam genggaman cinta Arif, oh sungguh dirinya tak tahu malu. Saat malam ini bersamanya sangat tega ia selingkuh dengan bayangan Aryan.

Makin lama tangan Arif sudah memeluk pundak Erika dan itu sangat mengagetkannya. Sangat lama sekali ia tak pernah dikasihi seperti ini walau gelimang harta tapi kasih sayang yang tulus tak pernah ia rasakan. Sepertinya ia harus berjanji untuk tidak lagi mengingat masa lalu yang tak berujung harapan bahagia.

"Kalau aku perhatikan dirimu tidak menikmati malam kita ini, Erika?" kata Arif yang sangat mengejutkan.

"Masa sih?" Erika setengah mati berusaha untuk bisa menerima Arif dalam hidupnya kelak. Sedangkan Arif tak mau menyakiti perasaan Erika.

"Sudahlah jangan dipikirkan kata-kataku tadi. Kita cari tempat makan saja ya?" Erika mengangguk.

Setelah sampai di tempat makan, Erika masih saja kehilangan semangatnya, betapa beban masa lalu begitu berat ia tanggung sampai badan ini pun merasakannya. Terasa lemas tak bertulang. Erika mencoba dan berusaha menerima cinta Arif yang kelihatannya tulus kepadanya. Apakah ini namanya terpaksa cinta?

"Erika apa yang sedang kamu pikirkan?" Erika hanya senyum kecil dan menggeleng pun perlahan.

Sesekali Arif curi-curi pandang pada Erika. Dalam pandangannya Erika seperti memendam sesuatu di hatinya, tapi apa?

Terpaksa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang