36. Cinta Dan Kerinduan

9 0 0
                                    

Hari keberangkatan Aryan semakin mendekat, maka semakin terasa perasaan Asya akan rasa kangen, selalu ingin berdua saja.

"Sya sayang, bsk mau ikut gak ke tempat tugasku?" Asya terdiam sejenak, masalahnya besok ada kunjungan ke rumah sakit untuk praktek.

"Mas Aryan gak marah kan kalau Asya gak bisa ikut mengantar ke tempat tugasnya?" Aryan menarik napasnya dalam-dalam, sampai Asya takut memandang wajah Aryan karena sudah mengecewakan kekasihnya ini.

"O gitu ya sudah gak apa Sya. Mas maklum kok, tapi pesan ku jaga dirimu baik-baik selama aku tak disisimu ya?" Asya baru berani menatap wajah kekasihnya tapi wajah kecewa mas Aryan masih tergambar di wajahnya.  

"Mas Aryan juga ya, besok kirim Sharelock biar Asya tahu lokasinya?" Aryan mengangguk lemas. Tapi ia sadar kalau Asya masih ada jam kuliah esok hari, tak ingin ia mengganggu Asya untuk sesuatu yang tidak bermanfaat.

Jauh di dalam hati Aryan ingin memeluk erat kekasihnya yg sangat ia cintai tapi banyak mata memperhatikan, gak enak juga di depan umum, kasihan Asya sebagai wanita nanti dianggap murahan.

"Sya mudahan kita bisa saling komunikasi ya, tidak terganggu dengan signal nya yang terputus-putus. Mas berharap Asya mau bersabar menanti mas selesai ya?" Aryan berkata dengan senyum yang mengembang, menambah rasa rindu di hati Asya.

"Gak kebalik nih, Asya msh harus mengejar cita-cita dulu yah mas?" Aryan mengangguk dan tersenyum dengan penuh cinta.

"Sya mas ngerti sekali apa yang selalu Asya kejar selama ini, bagi mas, Asya adalah Kartini baru. Maksud mas Asya begitu membanggakan mas pribadi. Teruslah berjuang walau itu hanya buat keluarga." Dada Asya begitu penuh dengan kebahagiaan karena kekasihnya bukanlah tergolong pria egois yang selalu menekan kemauannya untuk selalu menurut padanya.

"Sya besok mas tugas bersama dokter Erika, jadi Asya jangan khawatir ya. Dokter Erika hanyalah seorang dokter yang akan membantu mas di daerah nanti. Dan kebetulan kita tinggalnya terpisah gak satu kontrakan, kok!"

Ada sedikit was-was di hati Asya dan itu selalu mengganjal. Kenapa dan kenapa dokter Erika masih saja mengejar dokter Aryan?

"Sayangku kok melamun ada apa?" Aryan sedikit cemas akan perkataannya tadi. Ia mulai berpikir apakah ia harus jujur saja yang terjadi antara dirinya dan Erika? Mengingat dirinya dan Asya telah bertunangan, setiap kali Aryan menyebut nama Erika maka wajah ayu Asya terlihat berubah seperti mau bertanya tapi dipendam lagi tapi sebenarnya ingin tahu juga, ah hati Aryan serasa bergemuruh apa ia harus jujur apa nggak ya?

"Mas kok ikut diam, kenapa? Asya percaya kok mas bisa jaga diri, nasib Asya punya tunangan ganteng." Asya berkata sambil menutup mulutnya, malu. Aryan pun tersenyum sambil menarik tangan Asya yang menutupi mulutnya itu.

Mereka saling tersenyum satu sama lain membuat hati dan jiwa mereka meronta untuk terbawa suasana alam yang menjadi saksi cinta mereka saat surya mulai sembunyi di ufuk. Kini mereka saling bersandar manja di bahu pasangan.

Lama mereka tenggelam dalam rasa yang indah bersama tanpa suara tapi hanya dalam hati, sampai seekor nyamuk datang dengan suaranya yang menjengkelkan menghampiri kuping mereka hingga rasanya begitu menggangu bagi dua sejoli yang sedang dimabuk cinta.

Mereka bergegas pulang selama perjalanan mereka berpelukan erat seakan esok mereka tak bertemu lagi. Aryan seakan gak perduli dengan rasa malu, karena berulang kali menciumi kepala Asya yang ada di dekapannya. Yang saat itu penuh dengan orang yang datang seperti dirinya, bersama kekasih.

Dalam perjalanan Aryan terus menggengam tangan Asya dan menyetir dengan tangan yang satunya.

Demi satu hari bersama Asya, Aryan membelokkan mobil ke tempat lesehan untuk makan malam karena besok senin ia sudah harus berangkat ke tempat penempatan nya sebagai dokter PTT.

Saat keduanya dalam rasa kasmaran seakan tak perlu lagi makan karena saling pandang dan belaian membuat gairah makan serasa tak ada lagi namun perut punya iramanya sendiri, dan harus disadari kalau perut gak perlu belaian kasih lagi tapi makan dulu.

Sebenarnya apa dan mengapa rasa lapar ini tak menghinggapi tubuh ini, hanya rasa senang dan bahagia bersama sudah merasakan keindahan cinta dan kerinduan yang akan selalu bergelayut dalam benak ini disaat mereka akan berpisah sesaat.

Aryan terus memandangi Asya begitu pula sebaliknya. Tangan jemari mereka saling menggenggam seakan tak ingin dilepaskan, demi keindahan ini Aryan belum mau menceritakan mengapa Erika selalu ingin mengejarnya.

Hari menjelang malam, akhirnya Aryan mengantarkan Asya pulang. Di depan pintu pak Angga Jaelani ayah Asya sudah menunggu.

Demi petir menyambar serasa jantung Aryan berdegup kencang tapi bukan takut hanya rasa hormat pada ayah Asya kekasihnya saja.

"Selamat malam om, maaf kemalaman." Aryan mengambil tangan ayah Asya untuk minta maaf.

"Iya nak Aryan om maafkan, lain kali jangan diulangi lagi ya! Memang kalian sudah bertunangan, tapi menghindari omongan tetangga, om punya anak perempuan jadi om sangat jaga sekali karena perempuan itu setiap langkahnya selalu menjadi bahan pergunjingan tetangga, gitu nak Aryan." Aryan mengangguk hormat pada ayah Asya. Dalam hati dia bangga pada ayah Asya yang begitu menjaga anak gadisnya.

Begitu banyak nasehat yang diberikan seorang Angga Jaelani pada Aryan sampai Aryan menyudahi pertemuan itu. Bergegas pulang karena perlu mempersiapkan barang untuk berangkat ke tempat tugas.

***

Keesokan harinya setelah melewati perjalanan yang agak lama dan jauh dari kota Surabaya begitu terasa di badan, terutama bokong. Karena Aryan naik angkutan antar kota.

Tiba-tiba di sebelah Aryan ada Erika menghampiri. "Hai!" begitu Erika memulai tegurannya pada Aryan yang ditanggapi dingin oleh Aryan. Demi hujan di langit Erika sampai mepet di sebelah Aryan dan berusaha menjelaskan bahwa mereka berdua adalah satu team. Sementara kepala desa dan dihadiri semua pejabat desa sedang memberikan sambutan satu persatu buat mereka berdua.

Seakan gak tahu malu Erika banyak berbicara sementara tak sepatah katapun Aryan mau menanggapinya.
Lama-lama Erika bisa juga gusar, pas tangan Aryan agak mendekat dicubitnya dengan keras dan kasar sampai Aryan menahan sakit tapi ditutupi dengan mendehem agak keras. Tak menoleh sedikitpun pada Erika dia berdiri mohon pamit ke toilet, yang sebenarnya sangatlah tidak sopan. Tapi terpaksa Aryan lakukan demi melampiaskan kekesalannya pada Erika yang berlaku bak anak kecil balita yang lagi tantrum. Hatinya sakit sekali karena perilaku Erika baginya jauh dari kata orang yang berpendidikan tinggi.
Di dalam toilet menghidupkan air keran yang dibiarkannya mengalir melewati tangannya yang terasa pedih seperti hatinya. Tak habis di pikir Erika masih saja mengejarnya padahal dia sudah bersikap tak peduli dan tak mau kenal padanya demi mendengar sendiri kata-kata mamanya yang terlalu merendahkan dirinya.

Setelah agak lama barulah terasa agak dingin tangan nya tetapi meninggalkan bekas berwarna biru jadinya.

Andai saja perawat cantikku ada disini pastilah akan terobati sakitnya, ohhh Asya ku. Kok mau kembali ke ruang rapat serasa malu banget, tapi benar saja asisten desa mencari-carinya.

Ia memanggil-manggil dari luar, karena lama sekali Aryan berada di dalam toilet, asisten itu takut terjadi apa-apa pada dokter muda itu.

"Nak dokter baik-baik saja?" begitu dia bertanya yang hanya berjarak semeter dari pintu toilet itu. Demi bumi dan langit Aryan menahan rasa sakit di tangan dan hatinya ia bergegas keluar. Sedikit meringis ia menahan sakit itu yang sebenarnya agak lebay sih, tapi malu dan rasa sakit di hatinya lah yang membuat rasa sakit itu bertambah sakit. Tak terbayangkan Erika yang seorang dokter muda dan cantik melakukan hal itu disaat rapat desa sungguh di luar kebiasaan kita sebagai orang yang berpendidikan tinggi. Orang yang harus menjaga perilaku sopan dan santun nya.

TBC
HAI SEMUANYA JANGAN LUPA TEKAN BINTANGNYA YA!

Terpaksa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang