Akhirnya setelah selesai jam mata kuliah Asya dan Aulia ketemuan di kantin kampus sambil makan bakso.
Sambil makan Lia menceritakan perihal telpon gelap yang selama ini begitu mengganggunya.
"Sya pinjamin aku HP mu ya?" Hampir saja pentol bakso itu salah masuk mulut Asya karena kaget nya.
"HP ku lagi lowbatt, kasih tahu aja nomer gelapmu sama aku nanti aku telponin." Alasan Asya saja.
"Ooh gitu, ya nanti aku kirim ke WA aja ya?" Asya hanya mengangguk.
Sementara dari seberang meja dokter Rudi mengawasi Aulia dari setiap gerak geriknya. Berapa kali diingatkan Aryan agar jangan kelihatan sekali.
"Apa sih aku kan lagi melihat bidadari akyu, ganggu aja!" Aryan jadi ketawa.
"Ala dulu aja si Wiwin juga kau kata bidadarimu tapi sekarang lihat wajahnya saja dirimu seperti jijik!" Kali ini Rudi yang ketawa.
"Ssst berisik amat sih, kalau Wiwin kan dia yang ganggu aku duluan. Bukan aku yang naksir dia, seperti aku naksir Aulia." Aryan sedikit mencibir karena sejauh ini Rudi lah yang memancing-mancing wanita agar suka kepadanya ditambah dia berwajah ganteng. Gak mungkin cewek gak klepek-klepek sama Rudi. Dasar Playboy aja.
"Lia kalau cowok yang sering telpon-telpon kamu minta ketemuan, mau apa nggak?" Pancing Asya demi melihat proses nanti antara Rudi dan Aulia.
"Iya mau aku tonjok dia, sudah ganggu-ganggu aku!" Asya tertawa mendengar kata-kata Lia.
"Segitu bencinya dirimu sama dia?" Mendengar kata Asya, Aulia jadi heran.
"Lho kok kesannya dirimu membela si penelpon gelap?" ucap Lia sedikit ketus pada Asya. Asya kaget juga, kok Aulia bisa seketus itu pada dirinya? Mungkinkah dia sudah berubah?
"Lho kok marah, ya maaaf?" Lia cuma senyum membuat Asya sedikit lega cuma ya lebay juga sih.
Nanti Asya kasih tahu agar dokter Rudi lebih gencar lagi menelpon Aulia. Sepertinya cara Asya terinspirasi oleh penelpon gelapnya selama ini.
Di sebelah meja Asya ada cowok yang kedip- kedipkan mata membuat Asya jadi takut.
Setiap kali Asya gak sengaja menoleh ke meja seberangnya cowok itu mengedip-ngedipkan mata.
Asya hanya diam gak berani lagi menengok ke seberang, yang maksudnya mau melihat Aryan dan Rudi lagi duduk disana.
Asya ngobrol sama Aulia sampai lupa dengan cowok di meja sebelah sampai datang seorang wanita cantik menghampirinya. Tapi, mata cowok itu terus berkedip-kedip walau ada wanita tadi mengambil posisi duduk di depannya.
Sambil menaruh kedua tangan di atas meja dengan melipat tangan nya lalu meliriknya perlahan Asya jadi kasihan pada cowok itu. Apa dia lagi sakit ya? Atau maaf nih ya dia cacat?
Karena lagi perhatikan cowok tadi Asya tidak tahu kalau Didi juga masuk ke kantin itu. Dia mau membeli makan siang.
Didi memperhatikan Asya di kejauhan untuk memastikan apa betul itu Asya? Ternyata benar saja. Didi mau menghampiri ke meja Asya dan kawannya yang lagi bermain HP. Tapi niat itu ia batalkan karena Aryan pun menuju ke meja Asya.
Sambil menunggu pesanannya jadi, Didi memperhatikan Asya dan teman cowoknya yang dari pakaiannya adalah seorang dokter. Wajah Asya begitu berseri saat dihampiri dokter itu. Dia tersenyum sangatlah ayu wajahnya. Sementara teman ceweknya mencuri-curi memperhatikan keduanya. Seperti iri tapi dia pandai menyimpan rasa hatinya.
Didi memperhatikan itu, dan mulai mengerti situasi itu.
Tak lama dokter itu pun meninggalkan kantin lebih dahulu. Mata Asya terus memperhatikan cowok itu sampai menghilang di kejauhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Cinta
General FictionAsya seorang gadis yang cantik sedikit manis sedikit manja dan periang sampai akhirnya bertemu dengan Aryan, seorang pemuda yang tegas dan bertanggung jawab. Aryan merubah semua sifat bawaan Asya yang lembut dan sedikit keras kepala. Namun Asya mal...