Arif bergegas mandi mau ke balai pengobatan, tapi ada telpon dari Rudi.
"Eh Rif banyak gak pasienmu hari ini?"
"Aku belum kesana, tapi disana ada dokter Santoso. Kenapa Rud?"
"Tadi aku ditelpon sama Erika, terus aku janji mau kesana. Eh taunya disini ada korban kecelakaan kerja di pabrik genteng, lumayan banyak sih ini ada empat orang, kalau kulihat mereka terkena luka bakar. Nah gimana kamu bantu aku dulu ke rumah si Erika itu."
"Erika kenapa Rud?"
"Tadi Erika bilang dia muntah tak berhenti dan tiba-tiba, belum selesai dia nelpon dia sudah tak sadarkan diri. Telponnya dilanjutkan sama si Wati pembantunya, gitu. Ya tolong ya lihat dan obatin dia ya. Bawa obat-obat yang diperlukan kesana, kasian dia karena kita semua jauh dari orang tua."
"Baiklah Rud, makasih ya?" Rudi menutup telponnya. Arif jadi kawatir dengan pacarnya. Bergegas ia ke balai pengobatan mau mencari obat-obat yang diperlukan. Santoso sampai bingung melihatnya.
"Rif ada apa nih kok tadi di rumah dirimu bengong sekarang malah seperti darurat gitu, siapa yang sakit?"
"Erika sayangku, dah ya tulis di laporan aku bawa obat-obat ini dulu." Arif berjalan sedikit tergesa menuju ke motornya dan dia memberi isyarat kalau nanti dia akan menelpon kembali. Yang ditanya hanya mengangguk saja.
Bergegas Arif memacu motornya lebih cepat menuju rumah Erika. Dalam benaknya ia kawatir sekaligus takut kekasihnya kenapa-kenapa, tapi dia berusaha setenang mungkin agar tak menambah runyam disana di rumah Erika.
***
Wati berusaha merapikan tidur Erika di sofa itu sambil memberi minyak kayu putih di dekat hidung dan dada Erika agar mbak Erika bangun dari pinsannya.
Sebentar kemudian dokter Arif datang dengan sedikit tergopoh-gopoh, dan memeriksa keadaan Erika. Dari denyut nadi lemah sekali dan tekanan darahnya sangat rendah, memeriksa matanya agak pucat seperti tak ada darah disana. Ini memerlukan cairan infus agar cepat pulih dan untuk itu harus dibawa ke balai pengobatan terdekat.
"Mbak saya minta tolong cari kunci mobil mbak Erika, mau saya pinjam untuk membawa mbak Erika ke balai pengobatan biar cepat tertolong."
"Saya boleh ikut ya pak dokter?" Arif mengangguk, di kebingungan ada sebutir bahkan banyak butiran keringat yang besar-besar hingga membasahi baju dokternya.
"Iya mbak Wati ikut sambil bawa baju ganti seadanya buat mbak Erika ya!" Wati cepat mencari baju mbak Erika yang diperlukan dan terlebih dahulu memberi kunci mobil biar dokter Arif bisa segera menempatkan ke posisi agar mbak Erika bisa tidur walau duduk, karena kursi mobil hanya dua tersedia.
Setelah semua siap Arif membopong Erika dan mendudukkannya di mobil depan berikut Wati duduk menyamping biar bisa memegang Erika. Untung saja tubuh mereka berdua langsing jadi bisa teratasi.
Secepat yang ia bisa Arif menyetir mobil itu agar sampai ke balai pengobatan yang disana ada dokter Aryan.
"Dokter Aryan tolong aku dong disiapkan tempat tidur buat pasien darurat ini."
"Siapa sakit?"
"Ini dokter Erika, nanti saja aku cerita aku menuju kesana."
"Ya baiklah nanti kusiapkan." Aryan menutup telponnya dan segera menyuruh ibu Sasih untuk menyiapkan tempat tidur buat observasi pasien yang dilaksanakan segera oleh bu Sasih tanpa banyak bertanya siapa yang akan menggunakan tempat tidur itu.
Sampai di balai pengobatan yang kaget bu Sasih karena ternyata pasiennya adalah dokter Erika?
Segera bu Sasih memasang infus dan memanggil Aryan untuk mengobservasinya. Baru saja ia akan memanggil namun dokter Arif lah yang datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Cinta
Ficción GeneralAsya seorang gadis yang cantik sedikit manis sedikit manja dan periang sampai akhirnya bertemu dengan Aryan, seorang pemuda yang tegas dan bertanggung jawab. Aryan merubah semua sifat bawaan Asya yang lembut dan sedikit keras kepala. Namun Asya mal...