32. Itulah Pejuang Cinta Sejati

24 2 0
                                    

Sesampainya di rumah, Aryan agak lega karena Erika sudah pulang. Cepat ia mencari ayahnya di kamar, terlihat ayahnya sudah tidur dan di lengan kanan dibalut perban tebal sekali.

Sebagai seorang dokter Aryan tahu ayahnya terkena pecahan kaca cukup dalam. Saat tidur Aryan melihat wajah ayahnya yang sudah lanjut.

Ya mungkin besok saja Aryan akan membicarakannya. Saat Aryan berbalik ayahnya mendengar langkahnya jadi terbangun lalu memanggilnya.

"Anakku kamu kemana saja, kok gak ada di rumah sakit tadi." Kata ayah Aryan dengan perlahan menahan sakit di lengannya.

Aryan pun mendekat dan mengambil kursi dan duduk di samping ayahnya. Ia meraba kepala ayahnya untuk mengetahui apa ayahnya demam atau tidak dan memeriksa obat-obat untuk ayahnya yang ada di meja.

Obat-obatnya begitu lengkap, Aryan terdiam. Dalam benaknya ia merasa kalau Erika lah yang sudah membelikan obat-obat ini.

Ayah melihat anaknya terdiam lalu bertanya kembali, "nak kenapa kok diam? Kenapa gak ada di rumah sakit tadi?"

Aryan pun baru ingat kalau ayahnya menunggu jawabannya sejak tadi.

"Iya yah kan aku gak ada jadwal piket. Memangnya kenapa yah?" Aryan bertanya dengan perlahan.

"Tadi ayah ditolong teman doktermu, siapa tadi namanya kok ayah lupa. Dia bilang dia punya hubungan spesial denganmu. Apa dia yang kamu ajak bertunangan nak?" Aryan terdiam dalam geram hatinya.

"Bukan dia yah, Aryan gak pernah punya hubungan spesial dengan dia yah. Saat Aryan mencari ayah di rumah sakit, Aryan pergi bersama kekasih Aryan. Kekasih Aryan hanya Asya, Asya Dahlia. Itu yang mau Aryan ajak bertunangan."

"Owh gitu le, kok dia bisa bilang seperti itu ya sama ayah?" Aryan tak menanggapi pertanyaan ayah, malah sibuk membaca obat untuk diminum ayahnya malam ini.

"Yah minum obatnya dulu ya? Besok kita ngobrol lagi ya yah." Ayah hanya mengangguk tapi ia terus memandangi wajah putranya yang ternyata sangat tampan. Pantas saja anak gadis tadi tak malu-malu mengatakan suka pada putranya ini.

"Ayah kenapa, tersepona ya lihat Aryan?" Ayah hanya senyum saja. Tapi sekarang Aryan yang penasaran.

"Yah kenapa?"

"Nggak, cuma tersepona aja lihat ada dokter ganteng yang merawat ayah dan ternyata putra ayah sendiri." Aryan malah mendehem-dehem seperti kerongkongannya kemasukan tulang ikan. Aryan menyembunyikan pujian ayah untuknya.

Aryan selesai melihat kondisi ayahnya di kamar, sebentar kemudian ibu masuk juga ke kamar mau tidur, karena hari sudah larut malam.

"Ibu selamat malam ya, selamat tidur..." ibu hanya mengangguk karena matanya sudah mengantuk dan sembab karena memikirkan ayah yang mendapat kecelakaan tadi sore. Ibu baru berhenti menangis setelah tahu ayah tak mendapat luka yang serius dan semua sudah ditangani dengan baik. Adik Tasya yang cerita pada Aryan. Yah syukurlah.

Aryan masuk ke kamarnya untuk beristirahat tapi sebelumnya ia ingin menelpon Asya. Segera ia menelpon kekasihnya, lama terdengar lagu nada dering dari Pance yang berjudul 'kamulah yang pertama' berkali-kali telpon tak jua terangkat si empunya nomer. Aryan segera mematikan HP nya. Ikut tidur karena hari sudah larut.

Sebenarnya Asya tahu ada telpon dari Aryan tapi ia sengaja tak mengangkatnya. Hari sudah larut dan dirinya pun sudah letih, karena besok ada kuliah tambahan.

Ayah dan ibu Aryan belum tertidur lagi. Ayah masih belum ingat siapa nama anak gadis teman dokternya Aryan. Ia menengok ke samping dan bertanya pada istrinya.

"Kenapa yah, ada yang sakit? Apanya yah, ibu bantu apa?" Kata ibu bangun melihat ayah gelisah.

"Eh ibu jadi bangun, ayah kok lupa siapa nama teman Aryan itu siapa ya?" Kata ayah berbalik ke kiri. Ayah jadi menghadap ibu.

Terpaksa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang