Aulia membonceng Asya dengan motor milik Asya. Asya heran, kok arah jalannya bukan ke rumah Aulia tapi ke rumah dirinya?
"Sya kok diem aja sih, kamu tahu kita kemana?"
"Iya ini jalan ke rumah aku sendiri, emangnya kamu mau mampir dulu ke rumahku? Ya ayok, kan dah lama kita gak ngobrol-ngobrol." Aulia menengok sedikit ke belakang sambil memberi jempol pada Asya.
Sampai juga di rumah Asya, ada ibu nya Asya yang membukakan pintu, pas ibu mau pergi membayar arisan untuk minggu ini ke rumah ibu Komar.
"Eh anak-anak mahasiswi sudah pulang, tunggu ibu ya? Ibu mau beli gado-gado bu Rawit. Kalian kan belum makan?" Lia Dan Asya hanya mengangguk pilu, sebenarnya perut mereka sudah kenyang. Tapi biar ibu nya Asya senang terpaksa mereka gak menolak!
Selama di rumah Asya, Aulia tidur-tiduran sambil main HP miliknya. Melihat itu Asya hanya mendiamkannya, sedangkan Asya menyiapkan pesanan biji bunga Vinca nya yang mau diantarkan besok siang.
Sedang asiknya dua kucing nakal dan menggemaskan, si Loni dan Jiro datang mencari Asya di kamar.
"Hey kucing sini sama mbak Lia ya?" Lia mencoba menggendong tapi mereka gak mau malah mencari serta mengikuti Asya yang sedang mengambil makanannya.
Setelah makanan mereka ada di tangan Asya dan membagikannya menurut takaran dari tuan mereka masing-masing barulah mereka terduduk di depan piring mereka masing-masing dan menikmatinya tanpa menoleh lagi. Lapar!
Lia takjub melihatnya dan dengan sabar menunggu mereka makan. Namun apa yang terjadi setelah mereka makan? Mereka berlari kejar-kejaran diantara meja dan tempat tidur Asya. Berguling-guling di atas tempat tidur yang membuat Lia gemas pengin memegang. Tapi kalah cepat pergerakan Lia dengan mereka. Ya gak pernah berhasil memegangnya.
Tio mengetuk kamar Asya yang gak ditutup. Dia cuma mau menyerahkan surat dari pak pos yang baru saja diterimanya buat Asya. Juga dua bungkus gado-gado serta piring dan sendok dari ibu yang ditaruh dalam satu nampan.
"Surat dari siapa Sya? Coba buka!" Asya cuma senyum.
"Gak penting Lia," kata Asya sambil memasukkannya ke laci meja belajarnya.
"Iiih kepo aku, ayo baca Sya!"
"Udah bsk aja kapan-kapan aku ceritain sekarang kita makan gado-gado bu Rawit."
"Beneran ya Sya, aku kepo nih!"
"Iya, ayo makan dulu gak penting itu." Asya membuka gado-gadonya, kelihatan enak dan menggugah selera karena sayurannya ijo segar.
Begitupula dengan Aulia. Tadinya dia gak yakin akan bisa menghabiskan gado-gado yang dibelikan ibunya Asya, tapi setelah melihat penampilannya begitu menggugah selera dan mata. Dengan semangat ia segera melahapnya membuat Asya geli melihatnya.
Sedangkan dua ekor kucing itu sudah mulai pasang posisi mau tidur di sudut kasur tempat tidur Asya. Tapi kali ini Lia hanya melihat tak mau berusaha memegang karena ia lebih tertarik sama gado-gado.
*****
Saat akan mengerjakan tugas kuliah Asya teringat akan surat yang ia simpan di laci meja belajarnya.
Dibukanya, ternyata dari Didi Prawiro. Asya sudah gak mau peduli lagi dengan si Didi ini, tapi dia kepo juga ingin membuka surat itu.
Buat Asya yang baik hati,
Aku mengerti dengan isi suratmu, gak apa bila Asya menjadikan aku seorang teman. Hm teman tapi mesra ya? (Maaf becanda).Yah sekian saja surat dari aku, maafkan sudah mengganggu belajarmu. Nanti kalau ada waktu libur aku mau main ke rumahmu. Bolehkan, teman berkunjung ke rumahmu Asya?
Terimakasih sudah mau membaca dan membalas surat aku. Semoga selalu sehat dan dalam perlindungan-Nya.
Dari seorang teman,
Didi Prawiro.Asya menarik napas lega. Karena si Didi sudah mengerti, walau kata-katanya mengandung usaha maksimal untuk mau mengenal dirinya.
Asik dengan pikirannya sendiri membuat tugas kuliah Asya jadi agak lama diselesaikan. Dan Asya lebih memilih untuk tidur saja dan memasang alarm biar bisa bangun pagi.
Bangun pagi dan Asya melanjutkan kembali tugas semalam yang tertunda. Ia melihat HP nya seperti ada pesan tapi Asya gak sempat melihatnya. Lampu penunjuk berkedip-kedip membuatnya untuk segera melihatnya.
Dan benar saja ada pesan dari Aryan yang ingin mengobrol iseng dengannya semalam.
Kembali Asya melamun, sepertinya banyak cowok di sekelilingnya yang berusaha mendekati dirinya?
Sebenarnya Asya belum siap untuk serius dengan seorang laki-laki manapun itu. Tapi kalau berteman bolehlah.
Asya senyum sambil melihat ke cermin yang ada di lemari pakaiannya, dan betapa kagetnya Asya karena Jiro dan Loni duduk berdua di atas lemari dengan manisnya memandang Asya. Bak boneka kucing, mereka tak bergerak sampai Asya tak menyadarinya mereka semalaman di kamar Asya. Untung saja mereka gak buang kotoran. Walau Tio adiknya yang rajin menaruh kakus kucing di kamarnya.
"Hey cantik ayo turun, sini makan yah?" Loni turun setelah Asya berusaha menangkapnya dan Loni langsung mengelus tangan Asya.
Sementara si Jiro berjalan kesana kemari gak berani lompat. Baru setelah Asya memberikan tangan dia langsung melompat.
"Kasian kalian, tuan-tuan kalian pasti keluar kota sampai kalian nginap disini?" Asya menggendong keduanya dan memberi makan yang langsung dilahap mereka.
Tak terasa waktu kuliah sudah tiba, Asya bergegas dan kedua kucing sudah tidur di sudut kasur Asya.
Pas mau keluar, pergi ke tempat kuliah Asya bertemu dengan Didi di depan pintu rumah.
Dan betapa kagetnya Asya, perasaan semalam Asya baru membaca suratnya eh sekarang malah ketemu orangnya.
"Selamat pagi Asya, mau pergi kuliah ya? Aku mau beli rokok dulu di ibu." Asya hanya mengangguk sambil menyembunyikan kekagetannya.
"Saya pergi kuliah dulu ya?" kata Asya sambil berlalu. Dan Didi hanya mengangguk mengiyakan.
Selama dalam perjalanan ke kampus, Asya masih saja kepikiran dengan si Didi. Ada apa dia ke Surabaya kalau gak ada urusan yang mendesak?
Sedang asiknya dia berpikir sambil mengendarai motornya Asya dikejutkan dengan bunyi klakson mobil. Setelah ia menengok ternyata si Aryan dan dokter Rudi. Aryan menyuruh Asya minggir. Dan diturutinya.
"Sya kasi dokter Rudi naik motor itu, kamu naik mobil sini sama aku." Asya hanya menggeleng dan berniat untuk kabur saja. Asya malu sama dokter Rudi disuruh naik motor butut nya.
"Gak usah, ini motor mahal," kata Asya sambil bersiap tancap gas. Dan dia sudah menjalankan motornya tanpa menoleh lagi. Tinggallah Aryan yang melongo sedangkan Rudi tertawa lepas melihat sahabatnya heran dan melongo dengan mulut sedikit terbuka.
Di tempat parkir Aryan kembali menghampiri Asya. Lalu katanya, "Sya kenapa gak mau naik mobil sama aku?"
"Maaf, aku memang lagi gak mau aja." Aryan terdiam sambil memandang wajah Asya yang memerah. Dalam hatinya Asya berkata, "kasihan dokter Rudi harus naik motor bututnya ntar hilang kerennya. Lagian siapa Asya kok menelantarkan orang, seorang dokter lagi!"
"Eh Sya tahu gak, kalau dokter Rudi naksir sama Aulia katanya. Tolong deketin dia dong Sya sama Aulia." Asya kaget dan dengan senangnya Asya memberikan jempol tanda setuju.
"Oke ya Sya, aku mau ke ruang dokter dulu sampai nanti." Asya hanya memberi jempol yang artinya 'iya setuju'.
Perkuliahan hari ini lancar-lancar manja. Seperti harapan Asya untuk kelancaran hubungan dokter Rudi dengan Aulia. Semoga saja Aulia mau kepancing, mau diajak ketemuan dengan dokter Rudi. Nomer HP dokter Rudi sudah di tangan.
Asya mulai memikirkan rencananya, bukan apa bagi Asya, seorang Aulia adalah sahabatnya dari SMA yang begitu baik padanya. Jadi bila Aulia bahagia Asya akan bahagia. Asya merasa sedikit dapat membalas semua budi baiknya Aulia kepadanya selama ini.
TBC
Vote commentnya ya! Aku maksa nih!
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Cinta
General FictionAsya seorang gadis yang cantik sedikit manis sedikit manja dan periang sampai akhirnya bertemu dengan Aryan, seorang pemuda yang tegas dan bertanggung jawab. Aryan merubah semua sifat bawaan Asya yang lembut dan sedikit keras kepala. Namun Asya mal...