Terpaksa Cinta

41. Kerinduan Masa Lalu

Arif masih saja membayangkan sandaran Erika di dadanya, sangat mengesankan. Dalam benaknya ia membayangkan 'andai' Erika menjadi miliknya.

Tanpa sadar Arif tersenyum sendiri mengenang peristiwa tadi sore di jembatan bersama Erika.

Erika dengan tersedu menangis di dadanya. Dada Arif yang paling dalam terasa hangat oleh impian cintanya. Tapi saat ini masih bertepuk sebelah tangan akankah tangan yang satu bisa bertemu dan nantinya bersatu?

Dari pertama masuk kuliah kedokteran, Erika sudah menjadi pusat perhatiannya. Kenapa? Selain dia cantik dan juga pintar, dia juga belum memiliki pacar, begitu banyak teman cowok Arif mencari hatinya dan mendapatkan cinta sejatinya. Semua gagal...

Dengar-dengar dia suka dengan Aryan temannya, namun Aryan tidak pernah peduli padanya, begitu lama dia  menunggu Aryan yang tak pernah peduli padanya. Kenapa ia tidak membuka hati pada para cowok ya?

Erika yang baru merasa sehat duduk terdiam di teras rumah, mengapa batinnya terasa sakit melihat pemandangan di depan matanya. Asya bergelayut manja di bahu Aryan yang pernah dulu ia lakukan saat SMP sementara Aryan hanya diam dia perlakukan demikian.

Sesekali Aryan menengok dan tersenyum manis kepadanya, dan itu Asya yang melakukan, bukan dia! Tak terasa air matanya menetes perlahan mengalir di pipinya yang lembut. Ia tak terisak namun hanya diam karena pikirannya yang berbicara akan kesedihan hatinya.

Kalau saja Arif tak segera datang untuk melihat dirinya mungkin para warga sudah melihat mayat dirinya mengambang di sungai karena tekanan perasaan yang harus dia hadapi sendiri di tempat sunyi di desa, andai di perkotaan mungkin ia sudah ke mall berbelanja tanpa tahu apa guna barang yang ia beli yang penting happy aja.

Dalam kepedihan hatinya terlintas bayangan Arif, datang menghadap dirinya. Lama ia menyadari apakah Arif adalah pengganti Aryan yang dikirim Tuhan, untuk mengisi hari-harinya yang sepi ini?

Apa iya, dirinya mau menerima Arif kalau kelak dipersunting Arif, orang yang sudah ia tolak terus?

Dalam benaknya hidup harus tetap berjalan, biarlah ia membuang jauh angan hidup bersama dalam suka dan duka sebagai sepasang suami istri maka ia segera beralih untuk memilih Arif sebagai pasangan hidupnya kelak. Namun keinginan agar melupakan seorang Aryan Hadinata adalah memerlukan waktu yang tak menentu batas waktunya, bisakah?Kembali Erika menangis dalam kerinduan masa lalu yang pernah mereka lalui antara dirinya dan Aryan.

Erika tersadar kalau dirinya harus semangat menghadapi hidup ini, ia tersadar kalau tak ada gunanya ia berharap pada orang yang tak mengharapkan dirinya, kalau terus mengharap ia tak akan mempunyai hidup lagi bak mayat hidup, yang hidup tanpa cinta dan kasih sayang yang nyata.

Mamanya pernah berpesan kalau 'kita sebagai wanita lebih baik dicintai daripada kita saja yang mencintai'. Baru kali ini Erika mengerti akan maksud pembicaraan mamanya selama ini. Ingin rasanya ia memeluk mamanya, yang masih di London bersama papa tirinya. Selama ini Erika selalu menentang apa yang mama nasehatin, karena Erika merasa dirinya sudah dewasa sudah bisa memilih mana baik dan buruk, tetapi asam garam kehidupan belum lah ia rasakan sekali, berbeda dengan mamanya yang sudah mengalami pahitnya hidup dari membesarkan dirinya seorang diri karena papa Erika adalah seorang yang kurang bertanggung jawab.

Setelah dipecat dari bank tempatnya bekerja ia mengalami stress berat karena penghianatan kawan baiknya. Mamanya selalu menjaga dan menasehati agar papanya berhenti memikirkan penghianatan itu karena semua pasti ada balasannya. Apa yang terjadi malah tambah mengamuk sejadi-jadinya. Dan seterusnya dan seterusnya, Erika kecil merasakan hidup dalam neraka ingin menghindar apalah daya dirinya masih kecil saat itu...

Erika memanggil Wati yang menjadi temannya saat ini, yang sudah mengurusnya saat ini dengan telaten sampai ia merasa sehat dan tenang dan tak ingin berontak. Arif selalu datang menjenguk dan memberi obat yang cocok dengan kondisinya. Dan tak pernah lupa dengan senyumnya yang selalu ia selipkan di sela pengobatannya pada Erika.