Asya semakin kagum pada Aulia, dia yang keponakan pengacara sukses masih mau mencari beasiswa untuk sekolah. Padahal dia bisa saja sekolah di perguruan tinggi yang bonafit, karena tantenya bersedia membayar kan uang sekolahnya.
Tapi apa kata Aulia saat Asya bertanya,"Lia kok milih keperawatan sih, kan banyak tempat kuliah yang lebih bonafit secara punya tante sukses?"
Lia hanya senyum dan bilang, "tante ya tante bukan aku. Aku hanya anak seorang penjual sayur di pasar."
Asya jadi senyum kalau ingat percakapan waktu itu. Aulia melirik Asya yang lagi senyum-senyum.
"Lho Sya kamu kemasukan ya kok senyum-senyum gitu?" Asya menggeleng ia gak akan mengaku kalau tadi ia memikirkan Aulia.
"Eh gimana tuh rujakan kita bubar, terus mana katanya teman-teman kecilmu itu?"
"Astaga, maaf ya Sya? Ntar kerugianmu aku ganti. Temen kecilku semua lagi asik sama pacarnya. Padahal kami sudah janjian kemarin."
"Gak usahlah diganti, ganti sama yang lain."
"Kok gitu, banyak lho?"
"Udah gak apa, bobo aja ya aku tunggu sini sampai bik Iyun dateng."
"Ya suster, makasih ya?" Mata Aulia mulai dah kriep-kriep seperti mulai mengantuk.
"Ha ha haa wah menghayal aku jadinya tapi aku ambil bagian umum?"
"Eh diajak ngobrol malah tidur, mungkin obatnya bereaksi sekarang," pikir Asya.
Terdengar ada langkah sepatu dan bunyi tempat tidur untuk pasien menuju ke bilik Aulia, juga bersama tante Rena.
"Asya makasih ya, sudah repot nungguin Aulia. Sekarang sebaiknya pulang dulu, nanti keluargamu menunggu."
"Baiklah tante, besok Asya jenguk lagi ya?" Tante Rena mengangguk sambil mengelus pundak Asya dengan penuh sayang.
"Pulang diantar supir tante ya itu di depan!" Asya mengambil tangan tante Rena dan menciumnya.
"Terimakasih tante, salam sama Lia ya tante?"
"Iya Asya cantik, cepat sana supir tante sudah nunggu!"
Diliriknya Aulia yang tengah tertidur karena pengaruh obat yang diminumnya sedang diangkat oleh suster dan tante Rena. Asya pun pamit dan berlari menuju tumpangannya. Memang hari sudah mulai gelap.Sepanjang perjalanan pulang Asya memikirkan Aulia yang tadi akan dipindahkan ke ruang perawatan. Kalau dilihat dari keadaan Aulia, lumayan berbahaya penyakit Aulia, karena dia mungkin gak tahan dengan udara yang panas sekali yang berbeda dengan di daerahnya di bogor. Surabaya dan bogor sangatlah berbeda cuacanya. Surabaya panas banget sedangkan bogor itu kan kota hujan yang kemungkinan sangatlah sejuk hawanya.
"Mbak ini belok mana?"
"Belok kiri pak." Pak supir bertanya pada Asya. Dan sampailah di depan gang rumah Asya.
"Terimakasih pak, salam sama tante Rena." Pak supir yang bernama Diran itu mengangguk dan langsung menghidupkan mobil dan berlalu dari hadapan Asya.
Di rumah kedua orang tua dan adik-adiknya sudah siap di meja makan. Asya iseng mau melihat hidangan di meja makan. Tapi ibu melarang Asya.
"Kakak mandi dulu ya?" sapa ibu sambil membawa semangkok sayur sop.
"Eh mandi dulu, mana dari rumah sakit lagi." Kali ini Nela nimbrung ikut ngomel. Tapi Asya lagi malas berdebat dia cuma mengeluarkan lidah memperolok Nela yang kayak emak-emak suka ngomel dan comel.
"Eh ayo kakak Asya mandi dulu!" suara ibu lagi.
"Okeh ibu, Asya mandi dulu." Kali ini Nela membalas kelakuan Asya tadi dengan mengeluarkan lidahnya, membuat Asya memberikan kepalan tangannya. Ibu melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Cinta
Ficção GeralAsya seorang gadis yang cantik sedikit manis sedikit manja dan periang sampai akhirnya bertemu dengan Aryan, seorang pemuda yang tegas dan bertanggung jawab. Aryan merubah semua sifat bawaan Asya yang lembut dan sedikit keras kepala. Namun Asya mal...