34. Ada Kegelisahan Di Hati Aryan

19 3 0
                                    

Pesta pertunangan antara Aulia dan dokter Rudi berlangsung dengan khidmat dan begitu membahagiakan. Asya bahagia melihat senyum Aulia yang tak putus-putus di samping dokter Rudi yang tampan.

Teman-teman Aulia dan Asya pun turut berbahagia, menikmati hidangan yang begitu banyak dan jenisnya. Kedua orang tua mereka asik berbincang-bincang satu sama lain, begitu bahagia mereka berdua seolah alam pun menyetujui pertunangan mereka berdua karena begitu cerah dan indahnya, disertai angin lembut yang membelai setiap insan yang hadir untuk ikut menyusul jalan cinta mereka.

Saat Asya lagi menikmati hidangan, Aryan menghampirinya dan memegang tangan Asya dan segera menggeretnya dengan penuh cinta, mengajaknya ke depan di samping dokter Rudi dan Aulia. Membuat Asya jadi kelabakan karena sebelah tangan masih memegang makanan dan sebelahnya masih memegang sendok tapi Aryan malah menggeretnya.

Bagai kerbau yang dicocok hidungnya, Asya mau saja digeret ke depan. Ia berdiri persis di sebelah Aulia. Terlihat Aryan mengambil alih pengeras suara dari MC nya.

"Teman-teman perkenalkan ini kekasih saya, Asya Dahlia saya bermaksud mengikuti jejak dokter Rudi untuk bertunangan. Sebagai tanda keseriusan saya akan saya sematkan cincin yang sudah saya siapkan dari rumah."

"Pasang... Pasang... Ayo... Pasang cincinnya!" para tamu memberi semangat Aryan, sementara Asya jadi kaget tapi cepat ia sadar, karena Aryan tersenyum manis padanya sambil menarik tangannya. Aryan mencium tangan Asya.

Aryan berlutut setelah mencium tangan Asya yang baru saja mencicipi rendang. Agak sedikit kebingungan melihat spontanitas Aryan padanya. Namun ia dengan pasrah saja membalas spontanitas Aryan.

"Asya Dahlia aku sangat mencintaimu maukah kau bertunangan denganku?"

"Mau... Mau.... Mau...!" teriakan semua tamu gemuruh memberi semangat pada Aryan dan Asya.

Setelah Aryan menunjukkan keseriusan nya pada Asya, ada seorang wanita cantik menangis dan berlari ke dalam sebuah ruangan.

"Lho kenapa Erika, kok malah nangis?" tanya Anna temannya, sedangkan yang ditanya cuma menggeleng saja. Dan yang tanya juga ikut menggeleng heran. Hmmm.

Dari atas panggung Aryan melihat Erika marah sekali, ada sedikit iba di hatinya. Tetapi saat ia teringat kata-kata mama nya Erika ia jadi gak pernah merasa menyesal.

Asya mengangguk mengiyakan permintaan pertunangan Aryan. Aryan bangkit dan menyematkan cincin hanya darinya untuk Asya.

***

Di sebuah ruangan disana ada seorang gadis cantik menangis dalam diam, tanpa suara namun airmatanya terus mengalir tanpa henti tanpa diseka saputangan lagi, menggambarkan betapa geram hatinya.

Betapa ia mencintai seorang yang bernama Aryan Hadinata sekarang dia tak ada kesempatan lagi untuk mendekati.

Teman-teman satu gank nya mengikutinya dan merasa heran, setahu mereka boss Erika adalah orang yang tak cengeng selalu tabah bahkan galak, tetapi sekarang ia menangis sampai mau pingsan karena lelah menangis yang mereka tak tahu penyebabnya.

"Erika kok lu nangis gitu sih, kan masih banyak orang yang lebih tampan dengan si dokter Aryan itu bahkan banyak banget lho," Sandra mencoba menasehati. Sedangkan yang dinasehati tak mencoba mendengar apa kata teman gank nya. Di dalam hatimu hanya ada Aryan yang selalu dicintainya...

***

Suasana di tempat acara begitu riuhnya, para orang tua dua belah pihak sudah beristirahat kembali ke kursinya.

Aryan dan Asya pun diberi ucapan selamat atas pertunangan secara simbolis mereka berdua. Aryan memandang Asya dengan bahagia, terpancar dari raut wajahnya yang ayu alami, tanpa riasan make-up. Asya yang dipandangi pun tersenyum walau agak bingung juga. Ia bingung karena kedua orang tuanya tak melihat kebahagiaan mereka, apa mas Aryan mau bercerita pada kedua orang tua dan adik-adik Asya?

Seperti terbaca kemurungan Asya, Aryan meremas tangan kekasihnya sampai si empunya terkejut. Tampak Aryan memandangnya dengan wajah penuh pertanyaan... Namun Asya hanya menggeleng. Untuk membuat hati kekasihnya tenang Aryan mengajaknya menikmati hidangan.

"Kita makan yuk, kok rasanya aku belum makan ya?" kata Aryan sedikit bohong padahal sudah minum es kelapa dua gelas. Asya tahu kalau Aryan berbohong padanya tapi ia juga kasihan karena memang di perutnya belum ada makanan berupa nasi.

"Ayo lah kita makan mas Aryan." Aryan senang bisa melihat senyum Asya yang begitu menyegarkan mengalahkan es kelapa muda.

Sambil berjalan menuju tempat hidangan Aryan melihat saputangan putih dengan inisial A tergeletak manja di tanah. Aryan ingat itu adalah saputangan darinya untuk Erika, rupanya ia masih menyimpannya? Ada sedikit kegelisahan di benaknya, namun mengingat kata-kata mama Erika kembali sirna rasa iba hatinya pada Erika.

Orang yang pernah dia sayangi diam-diam dan tak pernah menyatakan cinta apalagi memberi pernyataan putus. Karena saat itu dirinya masih duduk di bangku SMP.
Saputangan yang ia lihat itu ia letakkan di meja hidangan, siapa tahu Erika mencarinya nanti. Asya digandengnya menuju meja hidangan untuk segera mengambil hidangan yang disediakan keluarga dokter Rudi.

"Sayang kamu senang apa aku ambilkan ya?" Aryan berusaha menghilangkan kegelisahan hatinya.

"Ah biar aku ambil sendiri mas, kok grogi gitu sih? Terpesona ya ada aku?" Aryan jadi tersenyum mendengar candaan kekasihnya.

Tak menjawab namun terus saja mengambil makanan yang disukai, Aryan senyum sambil melihat wajah kekasihnya, sampai Asya yang grogi sekarang.

Mereka mencari tempat duduk di sudut biar bebas makan sambil mengawasi tamu-tamu undangan. Tak ada percakapan antara Aryan dan Asya karena tiba-tiba di sebelah mereka  duduk orang yang membuat Aryan gelisah dan Asya yang selalu bertanya-tanya. Dia adalah Erika dan teman-teman-temannya.

Setelah mereka dapat tempat duduk di sebelah Aryan dan Asya, mereka seolah tak melihat keberadaan Asya dan Aryan. Mereka bicara kasar dan jorok, membuat Aryan dan Asya saling memberi kode dengan mata agar mereka segera pindah tempat duduk.

Demi menjaga perasaan Asya, Aryan tak mau mananggapi tingkah polah teman-teman Erika, sedangkan disitu Erika begitu menikmati candaan kotor teman-temannya. Yang membuat Aryan tak habis berpikir kenapa Erika bisa berteman dengan teman-temannya ini yang nota bene adalah dokter-dokter andalan dan cantik-cantik.

"Ah mungkin ini adalah taktik agar Aryan marah pada Erika biar dapat saja beradu argument dengan mereka," begitu Aryan berpikir. Karena sambil berpikir dan sedang makan, sampai makanannya hanya di bolak-balik tanpa disuap ke mulutnya. Asya yang melihat kekasihnya jadi berhenti saja makan, dan menegur kekasihnya untuk meletakkan saja makanan di pipinya daripada dokter Rudi melihat kan tak enak sebagai teman baik. Takut tersinggung saja.

"Mas kita pulang yuk!" Aryan hanya mengangguk mengiyakan. Asya hanya menarik napas melihat kekasihnya terlihat berpikir akan sesuatu, namun genggaman tangannya mengisyaratkan 'jangan lepaskan aku.'

Setelah pamit pada yang punya acara, mereka beranjak pergi. Aryan membelokkan mobilnya ke sebuah cafe. Asya heran kenapa kesini? Kan tadi sudah dapat makan gratis eh sekarang malah mau bayar.

"Lho kok kesini mas?" Aryan terdiam lalu tersenyum.

"Telpon adik-adikmu, dan orang tuamu. Sewakan taksi, biar aku yang bayar ongkosnya. Kebetulan sekarang kan hari minggu. Kita bertemu di cafe ini ya sayang?" Asya agak ragu apa kedua orang tuanya mau datang kesini, bagaimana kalau tidak?
Dilihatnya Aryan pun menelpon kedua orang tuanya.

TBC
Jangan lupa tekan bintang di kiri ya!

Terpaksa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang