46. Cowok Bermasker

23 1 0
                                    

Akhirnya Erika kembali pulih setelah seminggu di rawat di rumah sakit Waras Ayu. Walau wajahnya sedikit pucat tapi raut wajah cantiknya tetap terpancar.

Arif sangat bahagia melihat kekasihnya sembuh kembali dan segera mengantarnya pulang ke kontrakannya.

"Kayaknya aku harus ganti mobil deh Rif." Dengan perlahan Erika membuka pembicaraan di mobil.

"Kok gitu, bukankah mobil bergaya sport ini kesukaanmu sejak awal kuliah dulu?" Erika tersenyum.

"Iya kasihan si Wati, lihat tuh gak bebas, karena mobil ini dirancang untuk duduk berdua saja." Arif melihat Wati dari spion depan. Wati sampai duduk kejepit, untung saja dia kerempeng.

"Iya terserah kamunya saja, aku belum bisa belikan dirimu mobil kan mahal dan akunya baru PTT, sabar yah Rik." Erika tersenyum walau sedikit lemah tapi cantik. Kepolosan Arif membuat hatinya agak tenang kalau esok ia berjodoh dengannya kelak.

***

Aryan siap-siap liburan dan berpesan pada ibu Murni, "Kalau ada pasien yang perlu ditolong agar video call aja dirinya supaya bisa cepat ditangani dan pasien tertolong, tapi bila dokter Erika ada dan sudah bisa menanganinya ya serahkan saja sama beliau."

"Mau kemana sih pak dokter kok buru-buru ?"

"Biasa mau tengok kekasih saya di Surabaya."

"Oowh...ya silahkan saja pak dokter. Jangan lama-lama ya dokter." Aryan hanya mengangguk.

Siang itu Aryan mendapat pasien yang cukup banyak, karena Erika belum kembali masuk kerja.

Satu persatu pasien ia periksa dan Aryan pun terkejut karena pasien terakhir adalah mendiang Harun yang menampakan diri. Untung saja ibu Sasih ada di depan pintu jadi gak melihat kalau Aryan lagi bicara sendiri yang sebenarnya dengan mendiang Harun.

Aryan mau setelah pulang praktek ini pergi ke makam Harun. Dah lama sekali tak dia bersihkan padahal di belakang kontrakkannya.

"Run jangan sering kesini, ntar akunya dibilang gila." Aryan setengah berbisik saat bicara.

Tapi dasar si Harun masih saja memperlihatkan dirinya saat masih banyak orang. Mungkin Harun butuh perhatian, Aryan belum sempat membersihkan makamnya karena kesibukannya, ditambah dokter Erika yang membantunya sedang sakit dan selalu mengirimkan doa bagi Harun ke hadirat-Nya.

Mungkin juga Harun senang dengan Aryan yang baik hatinya...

Bu Sasih masuk ke ruangan dokter Aryan mau konsultasi tentang perutnya yang terkadang nyeri.

"Pak dokter sudah mau pulang?"

"Iya sebentar lagi masih merapikan berkas biar besok pas saya ambil liburan gak susah dokter Erika mencarinya, kenapa bu Sasih?" Bu Sasih mencari kursi di depannya dokter Aryan.

"Eh pak dokter, kok perut saya suka nyeri-nyeri begini ya, kenapa yah?" Aryan menghentikan pekerjaannya merapikan berkas data pasien.

"Di sebelah mana bu Sasih?" Aryan mencari stetoskopnya.

"Di sebelah kanan pak dokter, terkadang pindah-pindah rasa sakitnya." Aryan mengangguk mendengarkan keluhan bu Sasih.

"Maaf bu Sasih, coba berbaring sebentar biar saya periksa dulu." Bu Sasih pun berjalan menuju tempat tidur pasien sambil melepaskan sepatunya.

Aryan mencoba menepuk-nepuk pelan kearah perut yang katanya nyeri menurut bu Sasih. Terlihat Aryan sedikit mengangguk mengerti.

"Kenapa saya pak dokter?" Aryan memeriksa pergerakan usus dari bu Sasih.

"Buang airnya gimana, lancar apa jarang akhir-akhir ini?" Bu Sasih bangun dari tidurnya, karena ia melihat Aryan memasukkan kembali alat stetoskopnya.

"Iya pak dokter sulit sekali." Dokter Aryan menulis surat buat rujukan ke rumah sakit di kota.

Terpaksa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang