Hari Minggu adalah hari yang dinanti semua orang, terutama seorang Asya. Pada hari ini adalah hari bangun siang, dia bisa agak lama di atas tempat tidur. Nggak buru-buru seperti pagi-pagi sebelumnya.
Ayahnya sudah dari tadi bangun untuk berolah raga bersama ibu. Asya tergolong cewek yang malas berolah raga, ia lebih senang tidur-tiduran. Main hp sampai batre hp nya menunjukkan lima persen. Nah saat itulah ia ke dapur mencari makanan. Lapar.
Apalagi dulu waktu masih sekolah dari SD sampai SMA. Lebih parah kemalasannya walau sekarang agak berkurang boleh dikatakan hanya lima persen, dan sisanya lagi sembilan puluh lima persen adalah malas kalau pas hari minggu.
Tapi selain hari minggu sangatlah rajin gak pernah ia telat. Apalagi ada yang mau beli biji bunga Vinca nya, wah semangat deh bangunnya. Tapi kalau hari minggu ada yang pesan, tetep harus bangun pagi juga. Demi uang jajan.
Seperti saat ini, dia sudah bangun untuk menyiapkan amplop yang akan diisi biji bunga Vinca.
Dan seperti biasa Asya mengerjakannya di meja warung, sambil nunggu warung kalau-kalau ada yang berbelanja.
Tiba-tiba datang pembantunya pak Karso yang bernama Romlah. Dengan cara berjalan dan berpakaiannya menunjukkan kalau ia adalah perawan dari udik yang terkena demam ke kota-kotaan.
Akibatnya gaya nya sangatlah aneh, make-up nya sangat tebal. Yang kalau dilihat seperti, maaf-maaf nih ya kayak burung hantu. Tapi ia sangat baik dengan ibu Asya, sering membantu ibu Asya berbelanja bahkan sekedar menyapu di depan halaman rumah Asya.
"Mbak mau beli 5 bungkus mi kuahnya?" Romlah bicara dengan gayanya seperti pelawak Srimulat wanita yang bernama Nunung. Asya mau ketawa tapi bik Romlah lebih tua usianya, gak sopan aja. Akhirnya Asya berusaha menahan tawanya. Ia berusaha serius menghadapi kegenitan bik Romlah. Walau itu hanya dari caranya bicara saja lho.
Asya mengambilkan mi kuah yang dimaksud si Romlah. Rupanya sambil Asya memasukkan bungkusan mi kuah ke dalam kantong belanja si Romlah bilang gini, "eh mbak ya yang namanya Asya?"
Asya mengangguk, "iya benar kenapa bibik?"
"Maaf nih ya, kemarin saya nguping. Begini kata ibu kalau dia itu gak setuju kalau mas Didi pacaran sama mbak Asya." Romlah memberikan uang bayar mi pada Asya. Asya menerima, dan tersenyum.
"Terimakasih ya bik atas infonya. Kita gak ada pacaran kok." Romlah senyum dan mengangguk terus ngeloyor pergi. Lagi-lagi Asya mau ketawa tapi ditahan karena Asya melihat cara berjalan bik Romlah bak pragawati yang lagi digigit semut. Alias tingkahnya yang melebihi seorang pragawati. Kalau begini bapak-bapak komplek bisa masuk got bila melihat si Romlah sedang berjalan.
Setelah Romlah pulang Asya masih terheran-heran. Dia ingat sudah mengirimkan surat pertemanan pada Didi. Entahlah, Asya gak akan mengirimkan surat balasan lagi. Kapok jadi salah sangka.
Ah sudahlah, Asya jadi ingat kata ibu.Supaya anak-anaknya tidak pacaran atau menikah dengan tetangga. Gak tahu apa yang menjadi pertimbangan ibu saat bicara seperti itu.
Sambil Asya membungkus biji bunga Vinca Asya jadi pengin ketawa sendiri. Kenapa ipar dari si Didi ini seperti kebakaran jenggot mendengar si Didi ada hati dengan Asya? So what gitu loh?
Tiba-tiba telpon dari Aryan masuk. Asya cepat mengangkatnya, ada apa di hari minggu yang cerah ini menelponnya?
"Ya hallo pak dokter Aryan, ada apa?"
"Asya, tolong aku untuk merayu ibuku yang sedang sakit."
"Merayu bagaimana?"
"Dia gak mau makan padahal dia harus minum obat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Cinta
Fiction généraleAsya seorang gadis yang cantik sedikit manis sedikit manja dan periang sampai akhirnya bertemu dengan Aryan, seorang pemuda yang tegas dan bertanggung jawab. Aryan merubah semua sifat bawaan Asya yang lembut dan sedikit keras kepala. Namun Asya mal...