Bab 13

422 85 28
                                    

halo, apa kabar semuanya?

bosen bgt ya, hampir semua intro aku nanyain kabar terus :') tapi, emang penting sih. semoga semua yg baca ini selalu sehat & bahagia <3

pssst, bab kali ini lumayan manis! ayo siapin permennya sebelum baca 🍭✨

🧸 happy reading 🧸

• • • • •

Chaeri berantakan. Tubuhnya kotor terkena tanah, lututnya juga terluka karena sempat jatuh tadi. Dan ada beberapa lecet di pipinya karena tergores beberapa ranting.

Namun, tidak ada yang bisa disalahkan. Ini resiko karena ia sendiri yang memilih jalan ini. Tadi setelah kegiatan api unggun berakhir, di saat orang-orang masuk ke tenda untuk tidur, Chaeri diam-diam pergi ke hutan untuk mencari dedaunan yang ia genggam sekarang. Itu daun yang bisa digunakan untuk mengobati alergi, lebih tepatnya gatal-gatal yang menimbulkan ruam.

Sebelumnya Chaeri sempat membaca di internet bahwa alergi udang bisa berupa gangguan pencernaan, sesak napas, dan gatal-gatal. Tetapi karena Ryujin tadi bilang bahwa kulit Beomgyu banyak bercak kemerahan, maka Chaeri lebih mementingkan obat untuk itu.

Gadis itu sudah dalam perjalanan pulang sekarang. Namun, saat ia sampai di tempat api unggun tadi, betapa terkejutnya ia melihat Beomgyu yang duduk sambil meminum minuman dengan botol bergambar kartun Pororo.

Beomgyu pun tidak kalah terkejutnya, pemuda itu masih melotot saat Chaeri sudah berada di hadapannya. “Kupikir kau hantu,” katanya santai.

Chaeri hanya tersenyum lebar, memamerkan giginya yang putih bersih. Tangannya terulur memberikan dedaunan itu pada Beomgyu. “Ini.”

Beomgyu menaikkan sebelah alisnya, tangannya tak kunjung mengambil dedaunan itu. “Apa ini?”

“Ini untuk alergimu ...” Ucapan Chaeri terhenti ketika melihat sudah tidak ada lagi ruam di kulit Beomgyu, yang tersisa hanyalah bekas-bekas berwarna merah, sangat kontras dengan kulit Beomgyu yang putih. “Kau sudah sembuh?” tanyanya terkejut.

Beomgyu ikut menatap tubuhnya yang hanya menggunakan kaos oblong hitam. Dan benar, ruam di tangannya sudah hilang. “E-Eoh,” sahutnya, “tadi Ryujin menyuruhku meminum air madu, aku juga membawa salep.”

Chaeri menjadi lesu. “Jadi usahaku ini sia-sia?”

Beomgyu menatap gadis itu dari atas sampai bawah. Rambutnya kusut dengan beberapa helai daun yang tersangkut, banyak goresan di pipinya, bajunya kotor oleh tanah, serta lututnya yang terluka.

Pemuda itu menggelengkan kepala. “Ck, untuk apa kau melakukan ini?”

Chaeri jadi gelagapan. “A-Aku merasa itu adalah tugasku sebagai budak. Bukankah aku harus melayanimu?”

Beomgyu menaikkan sebelah alisnya. “Tidak, kau tidak perlu melakukan itu jika tidak ku suruh. Tugas seorang budak itu hanya mengikuti perintah majikannya.”

Chaeri membuang muka.

Raut wajah Beomgyu berubah nakal, ia tersenyum miring. “Jujur saja padaku, pasti kau—”

“Iya! Aku khawatir padamu! Puas?!”

Beomgyu bungkam, sedikit terkejut mendengar pernyataan itu. Pemuda itu sedikit berdeham sebelum menarik tangan Chaeri hingga gadis itu terduduk di sebelahnya.

LimerenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang