Bab 32

216 41 2
                                    

• • • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• • • •

Chaeri mengerjapkan matanya, mengumpulkan cahaya-cahaya yang membangunkan fokusnya. Gadis itu mengerutkan kening saat menyadari bahwa ia bukan berada di kamarnya.

Setelah nyawanya hampir terkumpul sempurna, ia baru sadar kalau berada di rumah Beomgyu. Ah, ia ketiduran ternyata.

Chaeri mengecek jam yang berada di atas nakas. Jarum jam menunjukkan bahwa ini sudah pukul delapan.

Seketika Chaeri terduduk sambil melotot. Jam delapan malam?! Astaga, berarti ia tertidur selama tiga jam lebih?!

Gadis itu panik dan segera mencari ponselnya. Ternyata masih ada di dalam tas yang ia letakkan di sofa. Secepat kilat Chaeri menyambar tas itu dan mengambil ponselnya.

Gawat. Empat panggilan tak terjawab dari ayahnya. Tentu saja beliau pasti khawatir karena Chaeri tidak sempat memberi kabar. Bahkan gadis itu tidak membuka ponselnya sejak jalan tadi.

Di tengah kepanikannya, tiba-tiba pintu terbuka, menampilkan Beomgyu yang tampak terkejut.

“Ah, Chaeri. Aku baru saja ingin membangunkanmu.” Pemuda itu berjalan mendekat. “Bibi Lim sedang membuat jajangmyeon, ayo kita—”

“Beomgyu, aku harus pulang ....” Chaeri jadi merasa tidak enak. “Maaf, ayahku sudah menunggu. Tadi aku tidak izin padanya kalau ingin keluar. Dia pasti khawatir.”

“Ah, begitu ...” Beomgyu mengangguk pelan, walau hatinya merasa sedikit kecewa. “Baiklah. Aku akan mengantarmu.”

“Eh? Tidak perlu!” Chaeri langsung menggeleng. “Kau pasti lelah, lagipula aku bisa naik taksi.”

Pemuda itu mengerutkan kening tidak suka. “Kau pikir aku tipe laki-laki yang akan membiarkan pacarnya pulang naik taksi?”

Chaeri memejamkan mata. Uh, salah bicara.

“Aku benar-benar tidak masalah, kok ... Aku hanya tidak ingin kau kelelahan.”

Beomgyu menghela napas saat melihat Chaeri tampak tidak fokus dan selalu mengecek jam di ponselnya.

“Baiklah. Aku tidak akan mengantarmu. Tapi sebagai gantinya, aku akan menyuruh supirku untuk melakukan itu,” ucapnya final.

Chaeri mengangguk setuju. Lagipula keputusan Beomgyu tidak akan bisa diganggu gugat.

Gadis itu mengikuti langkah Beomgyu keluar dari kamar. Saat sampai dapur, Beomgyu meminta Bibi Lim untuk berhenti masak karena Chaeri sudah mau pulang. Chaeri jadi merasa sangat tidak enak.

“Beomgyu, sampaikan maafku pada Bibi Lim. Aku janji akan mencicipi masakannya lain kali,” ucap Chaeri penuh penyesalan ketika mereka sudah sampai di depan rumah. Chaeri mengatakan itu karena ia bisa melihat, betapa sedihnya raut wajah Bibi Lim saat ia pamit.

LimerenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang