42

87 5 5
                                    

Hilangkan jarak

Tercium bau masakan, sangat menganggu hidung Ace yang sedang tidur dengan pulas, alhasil ia terganggu dan bangun. Ia menggeliat dengan tubuh seksinya. Ia tahu, siapa di balik ini semua perbuatan mengganggunya ini.

Ace keluar kamarnya, mengucek mata dan berjalan ke arah dapur apartemennya. Terlihat seorang wanita dengan rambut terikat tengah memasak, makanan yang ia masak simple, hanya nasi goreng.. tetapi terasa lezat karena orang spesial tersebut. Ace datang segera memeluk Amaira dari belakang.

"Hmmm, harum.." gumamnya, sambil memeluk Amaira. Amaira terkejut, kemudian tersenyum dalam pelukan Ace.

"Aku, apa nasi gorengnya?" Tanya Amaira. Ace mengecup bahu Amaira, Amaira benar-benar terkejut sekali.

"Keduanya, kalau kamu makanan sumpah ya, aku mau makan kamu." Amaira terkekeh. Ia berbalik, dan menatap Ace dengan waspada.

"Mandi, gih. Terus sarapan, masih ada waktu sebelum aku berangkat kerja." Jawab Amaira. Ace menatap Amaira dengan mata manjanya.

"Jangan kerja, udah disini aja. Sama aku, yah?" Pinta Ace. Amaira menggelengkan kepalanya.

"No!"
"Yuk, sekarang ke kamar kamu, mandi, kamu juga harus kerja Ace, jangan males-malesan," ucap Amaira sambil mendorong Ace menuju kamarnya.

"Baru keluar di suruh masuk lagi, gimana kalau malam pertama? Baru keluar, udah minta masuk... Ama, sumpah deh ih kamu.."

"Ngomong apa sih Ace, malam pertama gimana? Nikah aja enggak heran.." jawab Amaira.

Ace berbalik, dan menarik Amaira ke dekatnya.
"Aku bakalan nikah, sama kamu. Percaya gak?" Tanya Ace. Amaira menaikan alis matanya, dan menarik napas.

"Ace, bangun! Ini dunia nyata, bukan mimpi lagi, mandi ya? Biar seger..." ucap Amaira kemudian mendorong Ace masuk ke kamarnya. Ace hanya bisa menarik napasnya saja, Amaira memang tipe wanita yang tak suka dengan omong kosong, dan Ace perlu perbuatan untuk menyakinkannya.

"Ishhh... laki-laki itu, selalu bermimpi, dan apakah akan..? Aku dan dia sampai pada tahap itu? Itu akan sangat lucu sekali. Dimana mamanya mungkin akan murka, hmm.. benar sekali itu akan terjadi.." batin Amaira menggelengkan kepalanya.

Di balik itu, Ace sedang berusaha mengembalikan Amaira ke Indonesia, dia tak pernah mau, untuk kembali karena baginya, untuk apa dia kembali, dia sudah menjadi sebatang kara, dan tak punya apa-apa, disini lah kehidupannya, dan akan tetap begitu, namun Ace akan berusaha keras bagaimanapun caranya.

Selesai mandi, Ace bersiap untuk ke kantor, cabang disana sudah mulai berkembang. Ace sangat kompeten sekali. Apapun yang ia kerjakan selalu berhasil dengan baik. Amaira tengah menyiapkan juice jeruk, Ace sangat menyukai juice jeruk di pagi hari, Amaira tahu apa yang perlu di siapkan untuk Ace, dan apa yang Ace sukai.

"Sudahlah, jangan terlalu sibuk dengan apa yang aku makan, Amaira." Kembali Amaira mendapat pelukan dari Ace.

"Kenapa suka ngagetin gitu sih?! Enggak sibuk kok, pokoknya kamu harus sempurna." Ace terkekeh lagi.

"Gemes!"
"Nikah yuk?" Pinta Ace tiba-tiba.

Amaira melepaskan pelukan Ace, segera dan menatap Ace dengan sengit.
"Jangan gila!"
"Kamu gak seyakin itu untuk nikah, Ace. Apalagi sama aku, yang notabennya, aku adalah anak pembantu." Ucap Amaira.

"Dulu, Amaira. Itu dulu, sekarang kamu udah dapat kesuksesan kamu disini, apa hal itu kurang bagi kamu? Kita udah cukup umur buat menikah, dan aku yakin kamu orang yang aku butuhkan." Pinta Ace lagi.

"Tapi-,"

"Aku mau kamu," Ace mendekat, dan kali pertama Amaira mendapat serangan ciuman mematikan ala-ala Ace.

"Gue emang keren!" Batin Ace dengan bangga telah mengecup bibir Amaira dengan ciuman mematikan ala Ace.

Amaira memejamkan mata, rasanya ia membeku seketika, ini kali pertama Ace melakukan hal yang mengejutkannya, sebelumnya Ace hanya memeluk, dan mengecup kening saja padanya, Amaira anggap itu hal normal mengingat mereka dekat sekali, tapi ini di luar batas, mengecup bibirnya dengan permainan yang tak pernah Amaira lakukan sebelumnya.

Ace tahu, Amaira amatir dalam hal seperti ini, karena memang ia tak pernah memiliki hubungan dengan siapapun, dan entah apa motivasi hidupnya, yang jelas aneh saja jika dia tak mau menikah dan hidup berbahagia.

Ace mengantar Amaira, ke kantor. Selesai Mengantar Amaira, ia pergi ke kantornya, ia sudah selesaikan pekerjaannya. Bahkan, yang sudah ia lakukan terhadap pekerjaan Amaira, sudah selesai beberapa bulan lalu, namun Amaira tak merespon sama sekali dengan perintah pemindahan kerjanya ke Indonesia. Entah apa yang di pikirkan Amaira, yang jelas.. Ace harus segera mendorongnya.

Disisi lain, Nalla tengah hamil besar, tinggal menghitung hari Nalla melahirkan, Axton begitu siaga hingga ia tak mau lagi meninggalkan istrinya itu. Hari ini Nalla sedang bermain di kolam renang, Axton menemaninya, Nalla penasaran bagaimana pertemuan suaminya dengan Ace, apakah berjalan baik? Axton tak pernah membahasnya lagi.

"Kamu ketemu sama Ace? Kenapa gak cerita ke aku?" Tanya Nalla ragu.

"Hemm, iya. Ketemu cuma sebentar, seperti biasa, Ace tak menganggap aku ada. Kenapa tiba-tiba tanya Ace?" Axton melirik istrinya, Nalla tersenyum kemudian menggelengkan kepalanya.

"Selain itu, kamu ketemu siapa saja?" Tanya Nalla dengan tatapan penuh selidik. Axton menarik napasnya, jika tujuan Axton ke Turki, Nalla tentu tahu siapa yang pasti Axton temui.

"Amaira?" Tebak Nalla. Nalla menarik napasnya, sudah ia tebak, dan selalu tepat. Axton hanya diam, kemudian mengangguk.

"Jika bertanya untuk memancing keributan, untuk apa kamu tanyakan, Nalla? Lagi pula hanya sebatas menyapa, mau bagaimana lagi kami berpapasan di kantor." Nalla menaikan bahunya.

"Aku gak tahu gimana perasaan kamu sekarang kalau ketemu Amaira, yang jelas-,"

"Cukup Nalla, kalau masih ada perasaan untuk Amaira, lalu kenapa kamu bisa hamil sama aku coba?" Nalla menggelengkan kepalanya.

"Gak tahu!" Jawab Nalla kesal. Axton tersenyum, ia senang Nalla bisa cemburu, itu menandakan bahwa dia khawatir, padahal untuk perasaan pada Amaira sudah ia tepis jauh-jauh.

"Aku tidak mau bertahan atau berjuang, karena aku tahu, sayang. Cinta Amaira itu untuk siapa? Kenapa dia pergi, dan kenapa ia bertahan disana. Intinya dia menjauhi cintanya, padahal jelas itu buat dia terluka." Jawaban Axton semakin membuat Nalla cemas.

"Cintanya kamu? Dia jauhin kamu kan?" Tuduh Nalla. Axton terkekeh, nalla sangat lucu kala ia cemburu.

"Bukan aku, tapi Ace."
"Kenapa Ace lari ke Turki? Karena dia sudah temukan Amaira, kenapa dia meninggalkan Vazilla? Karena Amaira lah alasannya, lalu bagaimana Vazilla? Hanya Ace yang tahu.."

Nalla diam seketika.
"Amaira, tolak kamu karena dia suka sama Ace?" Axton mengangguk.

"Mama yang suruh Amaira menjauh dari Ace, mama mengatakan hal yang selalu Mama sesali sampai sekarang, bahkan kamu denger sendiri kan? Mama sudah pasrah, yang penting Ace memiliki pendamping, yang pas untuknya, dari kalangan manapun, yang mampu merubah Ace...?" Nalla mengangguk, Mertuanya itu memang selalu mengatakan hal itu.

"Dulu, mama sangat menentang. Terlebih Amaira hanya seorang anak pembantu,

LOVE YOU ACE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang