44

61 4 3
                                    


Pagi hari dengan kebersamaan antara Amaira dengan Ace. Mereka tersenyum indah setiap paginya. Amaira membuatkan sarapan pagi, sedangkan Ace melakukan pembersihan, dalam arti. Ia bersih-bersih seperti menyapu dan mengepel lantai Apartementnya. Tidak biasa memang, namun Ace lakukan demi kenyamanannya bersama Amaira. Ia tak mau Amaira yang mengerjakan semuanya, walaupun Amaira tidak keberatan.

Amaira memperhatikan Ace yang sedang menggosok lantai, tangannya yang kekar membuat Amaira tersenyum. Ia bergumam dalam batinnya, mengutuk diri Ace yang tercipta sangat sempurna ini. Sarapan selesai di buat, Ace masing mengosongkan lantai bagian balkon. Amaira menyiapkan piring dan segala sesuatunya.

"Ace, kamu mau makan sekarang?" Tanya Amaira berteriak.

"Barengan kamu aja, sayang." Balas Ace. Amaira tersenyum, setiap kali Ace mengatakan hal-hal manis, ia merasa di buat melambung ke atas.
Amaira membawa piring berisi nasi goreng, dan membawanya ke arah balkon.

"Aaaaaa.....?" Pinta Amaira untuk Ace segera membuka mulutnya. Ace tersenyum dengan sikap Amaira itu. Ia pun mendekat dan makan dari suapan Amaira. Amaira tersenyum, terciptalah kebahagiaan itu walau sudah tertunda lama. Amaira duduk di kursi, dan Ace pun menyusul.

"Nanti malam ada acara, gimana kalau kita belanja hari ini? Sekalian beli makanan juga?" Amaira gelisah.

"Acara, kamu aja Ace yang datang." Ace mengenggam tangan Amaira lagi.

"Enggak tanpa kamu, ayolah Amaira.. jangan gitu." Amaira menatap Ace lalu tertunduk.

"Aku terlalu malu kalau berdampingan sama kamu, Ace."

Ace mendekat, ia mengecup pipi Amaira. Kemudian mengecup kening amaira, dan memeluknya.
"Kamu jangan pernah kayak gitu."
"Kita ini satu, dulu aku gak mau ke acara ulang tahun si Tara karena gak ada kamu, masa iya kamu balik posisi itu?" Tanya Ace.
"Buat aku, ikut ya?" Pinta Ace sangat halus. Mau tak mau, Amaira mengangguk menyetujuinya.

Acara penting, adalah pesta. Dimana orang-orang dari kalangan atas ada disana, tak terkecuali kehadiran Axton sangat di nantikan, apalagi Ace..

Disisi lain, kedua orangtua Vazilla mendatangi sebuah rumah, dimana mereka sudah cukup muak dengan pemberitaan putrinya yang hidup bersama pria yang belum di nikahinya, terlebih pria tidak baik.

Kedua orangtua Vazilla mengetuk pintu rumah mewah itu dengan kasar. Dan pas! Yang membukanya adalah Vazilla sendiri.

"Selamat siang, mau bertemu siapa?" Tanya Vazilla. Kedua orangtua Vazilla saling memandang. Kemudian menatap kembali ke arah putrinya.

"Pulang gak...!" Vazilla di tarik Mamanya.
"Jangan bikin malu dengan tinggal disini sama laki-laki!!" Bentak Mamanya.

Namun dengan keras Vazilla menolak.
"Aku gak mau ikut!"
"Kalian siapa sih?" Tanya Vazilla.

Kedua orangtua Vazilla merasa tersinggung.
"Kamu tanya siapa? Kamu nanyain kita siapa? Kamu itu lahir dari perut Mama, ini Mama kamu Vazilla!!" Bentak Mamanya lagi.

"Vazilla ayo pulang, kita nunggu kamu selama ini, kamu hilang pergi entah kemana, jangan pura-pura Vazilla." Ucapan Papa Vazilla membuat Vazilla diam. Ia mengenggam gagang pintu dengan erat. Kemudian mundur perlahan, dan menutup pintu dengan keras.

Mama Vazilla merasa kecewa sekali. Begitu juga dengan Papanya. Putrinya kini jauh berbeda, bahkan bertemu saja ia tak mau.

"Ayo pulang, Pah. Dia bukan anak kita. Vazilla anak yang manis dan sopan santun, dia bukan anak-,"

"Dia tetap anak kita Maa, anak kita." Ucap Papa. Papa mengiring Mama dengan merangkul bahunya. Mereka pergi kembali ke rumah dengan tangan kosong. Vazilla tak banyak bicara, ia cukup mengetahui bahwa dirinya adalah Vazilla, namun ia tak mau ikut dengan. Orangtuanya, entah kenapa? Tapi Vazilla kini sangatlah berubah.

Mengetahui orangtuanya sudah tak lagi di depan pintu rumah, Vazilla menangis merasakan salah yang mencucuk hatinya, Vazilla tak kuasa menahan tangis, namun ia tak mau pulang.. ia tak bisa lupakan bahwa dirinya mengalami kegagalan untuk kedua kalinya. Dan disini, ia merasa bahwa David menjadikannya sebagai ratu.

David turun dari rumahnya, ia melihat gadisnya itu menangis di depan pintu keluar. David segera datang, dan segera merengkuh tubuh lemas itu.

"Kamu kenapa?" Tanya David dengan lemah lembut. Vazilla memeluk erat David, dan menangis di tubuh David.

"Mama dan Papa aku kesini, terus aku gak mau pulang..." ucap Vazilla dengan tangisnya. David tersenyum, ia membelai rambut Vazilla. Wanita yang ia tabrak ini, yang selalu membuat jantungnya berdetak kencang kala tatapannya bahkan sentuhannya, serta prilakunya yang cukup menggemaskan. David berubah, karena Vazilla. Dua tahun bersama, David yang memiliki emosi tak stabil, bahkan pemakai narkotika, serta orang yang emosional, terendam berkat Vazilla.

"Kenapa gak bilang aku?"
"Coba kasih temu aku dengan Mama dan Papa, aku gak akan aneh-aneh kok. Kalau iya kamu cinta, dan menerima aku.. kenapa kita gak coba menikah?" Ucap David.

Vazilla melepas pelukannya.
"Berapa kali aku bilang, setiap kamu bilang kita coba menikah, aku gak mau pernikahan hanya buat coba-coba. Ngerti gak sih?" Ucap Vazilla kemudian memalingkan pandangannya. David tersenyum, sikap manja Vazilla yang seperti anak-anak membuat ia luluh lantah.

"Ngerti kok."
"Ya ayo, nikah.. mau gak?" Tanya David. Vazilla menggelengkan kepalanya. Berapa kali di lamar David, Vazilla menolak.
"Kenapa gak mau? Aku kurang ganteng, atau kurang kaya?" Tanya David.

Vazilla menatap kembali David. Pria yang sudah hidup bersamanya ini, mengingatkan dia pada Ace, sikap David tak jauh berbeda dengan Ace, hanya saja.. David lebih mencurahkan emosinya, jika ia marah, tidak diam seperti Ace.

"Kalau suatu saat aku ingin pulang, apa kamu ijinkan?" Tanya Vazilla pada David. David mengangguk, ia membelai wajah cantik Vazilla.

"Iyalah, masa enggak."
"Untuk saat ini, jangan dulu. Ada kabar gembira, atau sedih sih ya untuk kamu.. tapi aku Perlu sampaikan" Vazilla menatap David dengan mata bulat dan indahnya.

"Kabar apa?" Tanya Vazilla.

"Ace udah kembali." David tersenyum menyeringai, berita kedatangan Ace sangatlah ia tunggu-tunggu, karena permainan akan segera di mulai.

"Ace?" Ucap Vazilla. Tangan Vazilla kuat-kuat meremas lengan David. Vazilla sudah menyiapkan diri untuk menghadapi Ace, tatapan benci Vazilla pada Ace sudah semakin membara. Terlebih David, dia memberikan jalur informasi mengenai Ace dan wanitanya kini.

Kamu kembali, dengan bawa cewek lain? Itu jahat banget Ace! Jahat...
Batin Vazilla.

LOVE YOU ACE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang