45

86 6 5
                                    


Di kamar yang Ace sediakan untuk Amaira, ia merenung.. apakah keputusan Ace itu serius, dan benar... Amaira hanya mengikuti kata hatinya, ia percaya bahwa Ace tak akan melukainya. Amaira terbaring disiang hari, merasakan kesepian karena Ace hendak pergi menemui seseorang.

Amaira menghela napasnya..
Rasanya bahagia, tapi bagaimana dengan wanita bernama Vazilla itu? Kedatangan aku di samping Ace, pasti akan menjadi pertanyaan besar di benaknya, aduh... aku gak mau disangka yang aneh-aneh, karena memang aku gak tahu apa-apa, antara Ace dengan wanita itu selain Ace yang bercerita...

Amaira menjadi gusar. Walaupun ia wanita pertama yang pernah ada di dihidup Ace, tetapi ia tahu benar bagaimana perasaan di campakan, Ace pernah mencampakkannya dulu. Namun tidak lagi, setelah dia di tinggal oleh Amaira jauh. Amaira menatap atap-atap kamarnya, bernapas dengan tenang, seolah tidak ada yang perlu di pikirkan. Ia mencoba keluar kamarnya, mencoba menonton televisi, namun tetap bosan. Apartement Ace begitu rapi, Ace itu pria yang moody. Jika ia senang dengan kerapihan, dia akan selalu rapi dan bersih, berbeda hal jika ia stres.. rasanya mandi pun akan sangat langka sekali. Amaira merebahkan tubuhnya sambil menatap layar televisi walau tak ia minati acaranya, ia membunuh rasa bosannya, dan tanpa sadar terlelap begitu saja.

Disisi lain, Ace tengah bertemu dengan sekretarisnya, ia sudah mendapatkan setumpuk pekerjaan, namun Ace terlihat santai tidak ada keluhan sama sekali dari mulutnya, sungguh di luar dugaan sang sekretaris. Biasanya, Ace menolak dan menolak, bahkan meminta sekretarisnya yang menghandle semuanya. Tapi kini Ace lebih jauh berbeda, ia sangat menyenangkan tidak seperti sesaat sebelum ia pergi ke Turki.

"Bagaimana keadaannya?" Tanya Ace pada sekretarisnya. Ace menatap sekretaris barunya itu yang terlihat gugup.

"Dia baik-baik saja, nanti malam pun anda bertemu dengannya. Selamat berpesta.." ucap sekretaris sambil mengepalkan tangannya memajukan tangannya pula. Ace tersenyum..

"Dia masih membenciku?" Tanya Ace lagi.

"Sepertinya, tapi dia kini menjalin hubungan dengan David, anda tentu tahu David bagaimana?"

Ace diam, senyumnya hilang dari wajahnya, tangannya mengepal keras, rahang wajahnya saling menekan.

"Sudah sejak kapan?" Tanya Ace sambil bangkit menahan amarahnya. Sekretarisnya itu gugup sekali, hal ini baru ia beri tahu pada Ace, karena tekanan dari Axton yang melarangnya memberitahu semua tentang Vazilla pada Ace.

"Setelah kecelakaan, Vazilla menetap di rumah David. Mereka bersama selama dua tahun ini." Ace membelalakan matanya. Ia ingin meledak, bagaimana bisa informasi penting ini tidak sampai padanya.

"Sudah dua tahun? Kamu baru kasih tahu saya hari ini? Maksud kamu apaan?" Tanya Ace kesal.
"Tadi kamu bilang apa? Kecelakaan, kecelakaan apa maksud kamu?" Tanya Ace lebih mendalam bertanya mengenai Vazilla.

"Dia kecelakaan setelah menemui anda terakhir kalinya," Ace membelalakan matanya.

"Brengsek!!!!"

PLAAAAK!!!!

"Kenapa, gak kasih tau!"

Ace meledak, ia marah, dan menampar wajah sekretarisnya itu. Sekretarisnya itu meminta maaf, hari ini hari yang kacau bagi Ace, mengetahui apa yang di alami Vazilla ia mulai tak fokus dengan pekerjaannya, alasan sekretaris menutupi kecelakaan Vazilla karena Ace sendiri yang mengatakan bahwa tak akan ada yang bisa menghentikan kepergiannya, sekalipun itu darurat. Jadi, sang sekretaris tidak mengatakan hal itu, karena memang pekerjaan Ace di Turki cukup penting dan sangat memerlukan Ace.

"Beri tahu aku alamat dimana Vazilla berada..." pinta Ace.
"Aku malas datangi rumah David satu persatu!" Keluh Ace lagi.

"Anda akan bertemu dengannya nanti malam."

LOVE YOU ACE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang