Bagian 32

2.7K 232 27
                                    

Melody mencuci kedua tangannya setelah selesai dari toilet. Ia membasuh wajah dan menyekanya dengan tisu. Ketika ia mengangkat kepala menatap cermin  ada pantulan sosok dibelakangnya, Cindy dan kedua temannya. Melody tidak menghiraukan ketiga kakak kelas yang sedang menatapnya melalui cermin. Ketika ia hendak keluar, Cindy menahan tangannya kasar.

“Lo ga liat gue?!” tanya Cindy sinis.

“Maaf, saya mau keluar kak.” jawab Melody tenang.

“Duh hebat banget nih anak. Berani banget lawan kita.” ujar Salsa, salah satu teman Cindy.

“Jadi ini yang ganggu hubungan lo sama Alden Cin?” tanya Mulan -teman Cindy yang lainnya- sambil melirik Melody dari atas sampai kebawah.

“Well, ternyata gak secantik yang gue pikirin.” jawab Cindy sambil memangku kedua tangannya.

Melody menarik napas pelan, ia berusaha mengatasi kemarahannya. Ia tidak boleh membuat masalah yang akan merugikannya. Namun, tingkah ketiga kakak kelasnya itu semakin menjadi-jadi.

“Yah, ini bukan tandingan lo kok Cin.” ujar Salsa sambil menendang sepatu Melody.

“Gue gak habis pikir cewek macam ini godain Alden.” sambung Mulan seraya mendorong bahu Melody. Melody menyeimbangkan badannya agar tidak terjatuh. Ia masih diam namun amarah dalam dirinya sudah memuncak. Sekali lagi, Melody hanya tidak ingin membuat masalah di sekolah, ia tidak ingin membuat kedua orang tuanya kecewa.

You know, Lo ga lebih dari seorang perempuan licik…” ujar Cindy dengan senyum smirknya.

“Kalo gue licik lo apa ha?! Ga punya harga diri ya lo sampe ngejar-ngejar Alden segitunya.” balas Melody dengan wajah yang memerah, bibirnya bergetar ketika melontarkan balasan itu. 

Sebenarnya Melody tidak ingin memperpanjang masalah, namun ia tidak terima direndahkan seperti itu. Cindy tampak terkejut mendengar perkataan Melody. Kedua teman Cindy juga tampak terkejut, mereka menutup mulut tak percaya.

Cindy tidak terima, ia membalas dengan menjambak rambut Melody. Melody lebih dulu menangkis tangan Cindy, memutar badan Cindy hingga tangannya terkunci. Cindy sangat terkejut dengan perlawanan Melody. Kedua teman Cindy juga sama terkejutnya dengan Cindy.

Oh My God! Lepasin.. sakiiit! Cewek kasar!” teriak Cindy menahan sakit.

“Kenapa? Kalian juga mau?!” tanya Melody melihat kedua teman Cindy hendak menarik rambutnya.

“Gue bukan tipe orang yang diam kalo diganggu.” ujar Melody sambil melepas kuncian tangan Cindy.  Cindy yang terdorong langsung dibantu kedua temannya. Ia memegang tangannya yang memerah.

Melody mengatur napasnya yang kacau. Ia merapikan seragamnya dan melanjutkan langkahnya. Ia berhenti tepat disamping Cindy yang masih mengaduh kesakitan.

Well, gue ga secantik lo tapi Alden lebih deket sama gue. Karena apa? Karena gue punya sesuatu yang ga lo punya.” bisik Melody di telinga Cindy.  Cindy mengerutkan keningnya. Ia sangat marah mendengar perkataan Melody barusan.

***

Melody terduduk di lantai perpustakaan. Entahlah, ia tadi hanya berjalan tanpa tujuan hingga akhirnya sampai di perpustakaan. Untungnya keberadaan Melody tidak terlalu mencolok karena ditutupi oleh rak buku.

Kejadian tadi sangat membuat Melody syok. Melody merasakan detak jantungnya yang tak karuan. Napasnya tersengal dan air mata menetes dipipinya. Melody menundukkan kepala terisak, menahan tangis sambil mengepalkan tangannya. Ini pertama kalinya Melody bermasalah dengan kakak kelasnya. Bahkan Melody membalas perlakuan kakak kelasnya itu. Entahlah, perasaan Melody saat ini campur aduk. Ia merasa sakit hati, marah, dan kecewa.

“Hiks.. Hiks.. sakiittt..” lirih Melody pelan.

“It’s okay.” ujar Alden memeluk Melody.

Melody memberontak dipelukan Alden, ia memukul dada Alden berusaha melepaskan diri.  Namun tenaganya tidak cukup melawan Alden. Alden malah memeluk Melody tambah erat. Ia menepuk-nepuk  punggung Melody pelan, berusaha menenangkannya. Melody menangis dipelukan Alden. Kadang dengan menangis bisa membuat hati yang berkecamuk terasa lega.

“Jangan ditahan. Nangis aja. Gue bakal nemanin lo disini.” ujar Alden.

Ia berusaha menenangkan Melody sementara hatinya pun ikut merasa sakit melihat  Melody terduduk seperti tadi.

Flashback ON

Alden berlari mencari Melody. Ia langsung menuju toilet perempuan. Menunggu dengan gelisah hingga ia bertemu dengan Cindy dan kedua temannya di depan toilet.

“Al…” lirih Cindy dengan wajah kesakitan yang dibuat-buat. Alden menatap Cindy dengan ekspresi datar. Cindy mengurungkan niatnya untuk memeluk Alden.

“Mana Melody?!” tanya Alden sedikit membentak.

“Al.. Lihat tangan gue sakit gara-gara Melody...” ujar Cindy.

“Mana Melody?!!” tanya Alden lagi.

“Al.. Melody jahat sama gue. Liat tangan gue..” ujar Cindy mengalihkkan perhatian Alden. Berharap akan diperhatikan Alden, Cindy hanya mendapat tatapan dingin Alden. Cindy menyadari Alden saat ini sangat marah.

“Melody ga akan kasar kalo kalian ga kasarin dia duluan.” balas Alden menatap ketiga perempuan yang tidak berkutik didepannya.

Alden berdecak kesal. Daripada membuang waktu, Alden menelusuri koridor yang mungkin saja dilewati Melody. Ia sangat gelisah karena belum menemukan Melody. Ia tidak peduli dengan tampilannya yang kacau dan tatapan siswa yang bingung melihat tingkah Alden.

“Al,, lo ngapain?” tanya Alex, teman Alden.

“Lo liat Melody gak?” Alden balas bertanya.

“Iya, gue tadi ketemu depan perpus. Gue sapa dia diam aja. Emang kenap-” belum selesai Alex berbicara, Alden sudah lebih dahulu meninggalkan Alex yang kebingungan.

Alden mempercepat langkahnya menuju perpustakaan yang terletak di lantai 3. Tidak ada waktu menunggu antrian lift. Alden berlari menyusuri anak tangga. Hingga ia sampai di depan perpustakaan lantai 3. Keringat mengucur di pelipis Alden, rambutnya acak-acakan. Ia masih harus berlari menelusuri rak buku satu persatu. Hingga ia mendapati Melody yang terduduk bersimpuh dan menangis..? Alden terdiam. Ada rasa sakit di tenggorokannya melihat Melody menangis. Alden berjalan pelan menuju Melody, sepertinya Melody masih belum menyadari keberadaan Alden.

“Hiks.. Hiks.. sakiittt..”

Mendengar lirihan itu, Alden langsung memeluk Melody.

Flashback OFF

Melody merasa nyaman berada di pelukan Alden. Ia menangis... menumpahkan segala keresahannya. Setidaknya untuk saat ini, Melody hanya ingin menangis….dipelukan Alden.

.
.
.
.

See you in the next part 😉

ALDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang