Epilog

582 24 4
                                    

Alden menyusuri koridor sekolah dengan gaya khasnya yang membuat cowok itu menjadi pusat perhatian. Alden berjalan sambil sesekali tersenyum mengingat kenangan semasa SMA bersama temannya dulu. Ia berhenti sejenak tepat di koridor tempat pertama kali ia bertemu dengan Melody. Yah, saat Melody terjatuh dihadapannya. Alden tertawa kecil membuat para siswi yang sedari tadi memperhatikan menjerit histeris.

“Loh Alden?!”

“Bu Dian? Apa kabar Bu?” tanya Alden menyalami Bu Dian.

“Ya ampuun kamu tidak berubah ya malah makin kasep. Kumaha? Sehat?” tanya Bu Dian antusias.

“Iyaa Bu. Alhamdulillah makin sehat. Tadi keliling liat sekolah masih kaya dulu.” jelas Alden.

“Syukurla. Sekolah ya gini aja dari dulu cuma beberapa tempat sudah direnovasi termasuk lapangan belakang inceran kamu bolos sekolah dulu.” balas Bu Dian mengenang kenakalan siswanya itu.

“Punten atuh Bu namanya juga anak muda.” alih Alden cengengesan.

“Bisa aja kamu mah. Kamu kuliah atau gimana?” tanya Bu Dian memandangi setelan jas Alden.

“Kuliah sambil kerja di luar negri Bu. Ada masalah beberapa waktu silam jadi ya gini deh Bu. ” jawab Alden sopan.

“Ya ampuun hebat kamu mah. Apapun jalan yang kamu pilih, Ibu akan selalu doain kamu asal jangan nakal terus.” omel Bu Dian.

“Siap Bu!! Ibu juga ga berubah galaknya. Ahahahaha.”

“Kamu ya. Sana susul teman-teman bandel kamu di kantin belakang. Pasti kamu juga kangen tempat bolosmu itu.” ujar Bu Dian sambil memukul pelan lengan Alden dan berlalu meninggalkan Alden.

Tak banyak berpikir Alden langsung berjalan menuju tempat favoritnya dulu. Ia juga penasaran bagaimana kabar para sahabatnya itu. Ia merasa sangat kesepian sendirian di negara asing tanpa teman yang biasanya selalu bikin ulah. Hah, dia merindukan momen itu. Cowok itu tersenyum tatkala melihat punggung sahabatnya yang sedang membelakanginya. Ia nyaris berlari menuju meja itu.

“WOI GUE KANGEN!” teriak Alden membuat seisi meja kaget dan tentu saja seisi kantin juga kaget mendengar teriakan yang tiba-tiba itu.

Tang! Sendok yang digenggam Melody jatuh ketika melihat sosok yang tengah merangkul Bagas. Entong membelalak dan hampir tersedak saking kagetnya. Sedangkan Leo hanya diam memandang tidak percaya.

“Lo? Lo?!! ALDEEN?!!” tanya Bagas histeris.

“Iya goblok gue Alden si paling ganteng. Wuiii lu makin glowing aja."

“Iya gue emang lagi mekarnya. Anjay tunggu ini beneran elo Al?” tanya Bagas tidak percaya.

“Uhuk uhuk Anjay ALDEN?! SOHIB GUE?! Atau gue mimpi ga sih?” tanya Entong yang juga tidak percaya.

“Iya sayaaang ini gue Alden pujaan hati lo.” jawab Alden percaya diri.

“Nah ini beneran Alden. Gas, Leo Alden beneran ini mah.” seru Entong sambil melompat hendak memeluk Alden. Plak! Satu pukulan mendarat di bahu Alden. Entong tidak berniat memeluknya melainkan ia hendak memukul sohibnya itu. Alden meringis kesakitan.

“LO BENER BENER YA! Bikin kita khawatir ngilang tiba-tiba. Apa maksud lo hah?” protes Entong.

“Lo ga nganggap kita sahabat lo ya? Setidaknya lo pamit kek.” sungut Bagas yang tiba-tiba kesal.

“Sorry guys.” Ujar Alden tersenyum kikuk. Matanya berhenti menatap sekitar ketika ia baru menyadari sesosok mata yang ia kenal sedang memandanginya. Melody! Gadis itu terkejut bukan main. Awalnya ia juga mengira itu hanya halusinasi saja. Tapi ketika ia melihat secara langsung cowok itu bercengkrama dengan sahabatnya, ia hanya bisa terdiam dan menahan air mata yang tiba-tiba sudah menumpuk. Leo menyadari gelagat Melody, ia tidak bisa berbuat banyak. Mungkin ini memang sudah saatnya Alden kembali bertemu dengan Melody.

ALDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang