Cekrek!
“Entoooonggggg!” teriak Sophia dan Nala berbarengan.
“Lo kenapa sih?” tanya Bagas yang ikut kesal.
“Gue mau fotoin tapi lupa suara kameranya.” jawab Entong.
“Kan jadinya ketahuan deh.” omel Sophia.
“Udah Sophia, lagian udah ketahuan sama Melody Alden juga.” ujar Nala.
Benar saja Melody dan Alden terdiam melihat perdebatan sahabat mereka dibalik pohon. Ada apa dengan mereka? Apa mereka menguping sedari tadi?-batin Melody.
Melody hendak menyusul sahabatnya namun Alden menahan tangannya. Menatap Melody mengisyaratkan agar tidak pergi. Melody yang bingung dengan situasi saat ini hanya menuruti permintaan Alden.
“Biarin aja mereka. Kamu cukup jawab pertanyaan aku tadi.” ujar Alden.
“SAY YES MEL!!” teriak mereka dari balik pohon.
Melody menarik napas dan berusaha menahan degupan jantungnya. Ia menatap bola mata Alden yang indah. Memori kebersamaan mereka selama ini terlintas di pikiran Melody. Melody meyakinkan dirinya tentang keputusannya.
“Aku.. Aku mau jadi pacar kamu..” jawab Melody dengan suara pelan.
“HAH APA? Ga kedengaran Mel.” ujar Alden menggoda Melody.
“Aku mau jadi pacar kamu!” ujar Melody dengan sedikit keras.
“JADI PACAR SIAPA?!” tanya Alden sedikit berteriak ketika suara ombak mengalahkan suara mereka.
“AKU MAU JADI PACAR ALDEN!!!” teriak Melody dan seketika suasana menjadi hening.
Melody menutupi wajahnya malu karena beberapa pengunjung melirik mereka. Melody mengutuk dirinya yang tidak melihat situasi. Alden tersenyum lebar dan matanya bersinar membuat cowok itu semakin tampan.
“Ciee.. Segitunya mau jadi pacar aku ya? Sampe teriak didepan orang banyak.” goda Alden.
“Apaan sih Al. Lagian ombaknya salah! Tadi ribut eh tiba-tiba pas teriak ombaknya diam aja.” gerutu Melody.
“Iya iya. Ombaknya yang salah. Pacar Alden gak salah kok.” ujar Alden yang membuat Melody salah tingkah.
“Mentang-mentang udah jadi couple kita dilupain aja.” oceh Bagas berjalan menuju Melody dan Alden.
“Cieee.. Adek gemes Entong udah pacaran sama akang Alden.” goda Entong.
“Congrats ya Mel.” ujar Sophia.
“Cie udah gak jomblo lagii aciee.” goda Nala menyenggol bahu Melody.
“Apaan sih La. Lo kan ada Entong noh.” balas Melody menggoda Nala.
“Doain aja yaa gaes.” celetuk Entong.
“Hah? Jadi kalian seriusan pdkt? Lo kok gak bilang gue sih Nala. Tega ya kalian ninggalin gue.” omel Sophia.
“Maaf Sophia, abis gue malu bilangnya.” jawab Nala malu-malu.
“Tenang neng Sophia geulis masih ada kakang Bagas yang handsome dari lahir. Gimana?” celetuk Bagas dengan pose yang menyebalkan.
“Ogah!” tolak Sophia.
Tanpa mereka sadari ada satu orang yang menahan kesal mendengar celetukan Bagas tadi. Yap, Leo. Dia hanya merespon dengan senyuman kecil namun didalam hatinya ada sedikit rasa cemburu (?)
***
Matahari perlahan mulai tenggelam, wisatawan mulai memadati pinggiran pantai menikmati indahnya langit senja. Begitupun dengan Alden dan sahabatnya. Mereka terpaku melihat indahnya paduan warna langit. Karena tidak ingin melewatkan kesempatan, Melody mengajak sahabatnya dan Alden cs menyewa sepeda. Mereka mengayuh sepeda menyusuri tepian pantai. Melody tersenyum lebar ketika mereka berlomba-lomba mengayuh sepeda.
Kring Kring Kring!
Entong dan Bagas membuat keributan dengan menekan bel sepeda berkali-kali. Sophia dan Nala juga tidak mau ketinggalan. Mereka tertawa lebar mendengar bel yang sahut menyahut. Leo yang datang dari belakang mengomeli mereka karena membuat keributan. Namun Alden malah ikut membuat keributan dan akhirnya mereka tertawa. Melody yang menyaksikan momen itu tersenyum dan terdiam. Kedua sahabatnya yang sudah menemaninya selama ini. Tidak ada momen tanpa Sophia dan Nala. Mereka adalah sahabat baik Melody. Dan… Geng yang ditakuti sekolah. Geng yang terkenal badboy. Geng yang digandrungi cewek. Geng yang sering keluar masuk ruangan BK dan lainnya. Namun jauh dari semua itu, mereka hanyalan remaja biasa yang perlahan beranjak dewasa.
“Hey.. Kenapa?” suara yang sangat dikenal Melody membuat ia tersadar dari lamunannya.
“Alden…”
“Kenapa? Kamu sakit? Atau mau pulang?” tanya Alden dengan raut wajah khawatir.
“Gak kok Al. Aku baik-baik aja. Cuma ngelamun aja.” jawab Melody tersenyum.
“Yakin?”
“Iya Alden sayaanggg. Bawel banget ih.” jawab Melody gemas dan meninggalkan Alden yang terdiam mendengar jawaban Melody tadi.
Barusan… barusan dia manggil gue…sayang…-batin Alden.
Alden tersenyum lebar dan mengayuh sepeda mengejar Melody yang sudah jauh meninggalkannya.
“Mel!! Tunggu!! Tadi bilang apa? Ga kedengaran!!” teriak Alden dari belakang. Tentu saja itu bohong. Alden jelas mendengarnya tadi.
Melody tertawa mendengar sayupan teriakan Alden dan kembali mengayuh sepeda dengan yang lainnya. Entong dan Bagas menjatuhkan badan diatas pasir pantai begitupun dengan Leo. Sepertinya mereka sangat lelah, sementara Nala dan Sophia sudah berada di cafe dibelakang mereka. Melody memarkirkan sepedanya dan duduk menatap pantai. Mata Melody sibuk mencari keberadaan Alden. Ia yakin betul Alden ada dibelakangnya. Kemana dia?
“Ga usah panik. Cowonya disini kok gak bakal ilang.” celetuk Alden dari belakang sambil menyodorkan minuman dingin. Sophia dan Nala muncul dari belakang Alden membawa minuman dingin.
Mereka bertujuh duduk berjejeran di tepi pantai itu, menikmati senja yang kini perlahan tergantikan dengan langit malam. Mereka hanyut dalam pikiran masing-masing. Tuhan memang Maha Penyayang. Mengizinkan hambanya menikmati indahnya alam dengan orang yang dicintai. Lantas apalagi?
Tepat ketika matahari tenggelam sepenuhnya, ketujuh remaja itu beranjak mengembalikan sepeda sewaan itu. Lelah dan lapar. Mereka memutuskan untuk istirahat di kamar sebelum turun lagi untuk private dinner yang sudah disiapkan untuk mereka.
Tidak mengecewakan! Private dinner ini sangat menyenangkan. Mereka bisa melihat pemandangan malam yang sangat indah dan tentunya masakan di restoran ini sangat mewah. Bahkan mereka tidak berhenti terkagum-kagum ketika satu persatu makanan ditata diatas meja. Hari ini adalah hari yang sangat menyenangkan.
.
.
.
.Singkat banget yaak?! See you next part 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDEN
Teen Fiction[SELESAI] Melody Kevinda Purnama. Gadis cantik juga pintar yang bersekolah di SMA PANCASILA di Bandung. Siapa sangka ia harus berurusan dengan seniornya karena telah membuat seniornya marah. Tidak lain adalah Alden Putra Wijaya. Seorang most wanted...