Bagian 11

7.7K 427 8
                                    

Melody menatap rumah krem dihadapannya saat ini. Untuk kedua kalinya ia menginjakkan kaki di rumah besar nan megah itu. Namun, tujuannya kali ini sebagai tutor matematika bukan seorang gadis malang yang ditolong si pemilik rumah.


"Ayo Mel jangan ngelamun aja." Seru Entong yang sudah berjalan memasuki rumah itu dengan ketiga sahabatnya. Ya, setelah pulang sekolah tadi, mereka langsung menuju rumah Alden.

Melody memasuki rumah itu perlahan namun pasti.

"Gue mau mandi dulu." ujar Alden. Ketiga sahabatnya mengangguk sebagai jawaban.

"Anggap rumah sendiri aja Mel." Ujar Leo. Ketiga cowok itu sibuk mencari remote TV. Setelah dapat, tanpa dikomando ketiganya langsung duduk manis sambil menatap ke layar tipis itu.

Bagaimana dengan Melody? Ketiga cowok yang tak berperi itu, membiarkan Melody duduk sendirian di sofa. Mereka terlalu serius menatap layar tipis itu. Entah acara apa yang sedang mereka tunggu-tunggu.

"Eh ada non Melody. Apa kabar?" Sapa Bi Sumi yang baru selesai mencuci.

"Iya Bi Sumi. Baik kok." jawab Melody seraya mencium tangan wanita paruh baya itu. Adegan itu tak lepas dari penglihatan ketiga cowok yang ada di ruangan itu dan juga cowok yang baru saja menuruni tangga dengan rambutnya yang basah.
Satu kalimat dalam pikiran mereka,

Gadis yang sopan.

"Punten atuh non. Saya kan cuma pembantu." Ujar Bi Sumi malu. Melody mengerutkan dahinya.

"Apapun pekerjaannya, Bi Sumi kan lebih tua dari aku. Dan sudah kewajiban aku buat ngehormatin yang lebih tua." Jelas Melody.

Sekali lagi Melody berhasil membuat Bi Sumi terharu.

"Ya sudah Bibi buatin minum ya non." Ujar Bi Sumi. Melody mengangguk dan kembali duduk di sofa itu.


"Wah gak sia-sia gue punya adek kek Melody. Sopan euy." Puji Entong.

"Adek? Emang Melody sudi punya abang kayak lo gini?" tanya Bagas yang lebih tepatnya mengejek Entong.

"Sialan lo." balas Entong sambil memukul kepala Bagas dengan remote TV.

"Aldeen Entong nakal." ujar Bagas merajuk seperti anak kecil ketika Alden ikut bergabung.

"Siapa?" tanya Alden.

"Entong Al." jawab Bagas dengan senyum kemenangan karna ia berpikir rencananya berhasil.

"Yang nanya." balas Alden.

Hening. Tiba-tiba meledaklah suara tawa yang sedari tadi mereka tahan. Bahkan Melody juga tertawa melihat reaksi Bagas atas respon Alden.

Alden tidak menghiraukan reaksi Bagas. Dia memilih duduk di sofa, lebih tepatnya sofa yang diduduki Melody. Melody jadi gugup sendiri.

"Hm.. Al mereka lagi nu- nunggu acara apa?" susah payah Melody mengeluarkan pertanyaan itu, sekedar mencairkan suasana. Takut sekaligus kesal. Takut jika Alden menganggapnya kepo. Dan juga kesal karna dari tadi mereka hanya diam dan sepertinya Alden tidak menyadari kehadirannya.

"Tayo." jawab Alden tanpa melihat Melody.

"Tayo bus itu?" tanya Melody meyakinkan.

"Iya Mel. Bentar lagi mulai. Ikut gak?" tawar Entong. Melody mengangguk mantap. Dia sangat menyukai acara itu. Bahkan aplikasi game bus itu sudah ada di dalam hp nya. Tanpa membuang waktu, Melody langsung mendekat dan duduk di sebelah Entong.

Keempat remaja itu terlalu serius dengan tontonan mereka. Alden  jadi kesal karna merasa tidak dianggap. Padahal yang punya rumah bukan mereka. Alden meraba sofa yang didudukinya dan mengambil remote cadangan. Cowok itu menekan tombol off. Alhasil keempat remaja itu mengeluarkan berbagai protesan.

ALDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang