Bagian 5

9K 499 0
                                    

Alden bingung dengan apa yang akan dibicarakannya dengan Melody. Ia sendiri merasa risih duduk dengan orang yang baru ia kenal. Ia memilih menyibukkan diri dengan mengganti channel TV. Ia juga sesekali melirik ke arah gadis yang tengah senyum sendiri melihat benda pipih berlogo apple itu. Alden terpaku melihat senyuman gadis itu. Senyuman yang menarik - batin Alden. Alden kembali menyibukkan diri sebelum gadis itu memergokinya. Ditengah kesibukannya itu, Alden teringat sesuatu.

"Nginap atau pulang?"tanya Alden. Mendapat pertanyaan seperti itu, Melody melirik ke arah jam dinding.

20.30 Itu artinya hari sudah malam. Besok kan masih sekolah -batin Melody. Ia jadi bingung sendiri harus berbuat apa.

Alden mendengus melihat Melody yang kebingungan menjawab pertanyaannya.

"Kayaknya nginap aja deh kak. Soalnya dirumah lagi ga ada orang." ujar Melody pelan, sebenarnya ia takut membuat repot cowok itu.

Sebenarnya Alden tak perlu mengeluarkan pertanyaan itu, karena saat mengabari Bunda Melody tadi, Ia mendapat amanah untuk menjaga Melody. Awalnya Alden keberatan. Namun karena wanita itu sahabat mamanya, ia jadi tak enak hati dan menyanggupi amanah itu.

"Tidur. Kamar lo di depan kamar gue." ucap Alden. Ia beranjak meninggalkan ruangan itu menuju kamarnya. Badannya sangat letih. Ia ingin segera tidur di kasurnya yang empuk.

Sesampainya di ujung tangga, Alden tiba-tiba berhenti. Sontak saja kepala Melody bertubrukan dengan punggung Alden.

"Makanya jangan ngelamun."
ketus Alden.

"Kak ngomongnya bisa lembut dikit gak? Kesel tau kalo diketusin terus." protes Melody dengan menekankan kata Kak . Ia berani berbicara seperti itu karna gemas dengan sikap Alden yang dinginnya melebihi dingin kutub selatan. Gadis itu masih memegangi kepalanya sambil memanyunkan bibirnya.

Alden memerhatikan Melody untuk beberapa saat. Entah kenapa Melody terlihat lucu dengan ekspresi itu.

"Sakit?" tanya Alden datar.

Melody semakin gemas mendengar pertanyaan Alden yang super datar.

"Gak. Mau ke kamar dulu." ucap Melody sambil menirukan gaya berbicara Alden.

Alden berusaha menahan senyumnya. Lagi-lagi cewek itu semakin terlihat lucu dimata Alden. Bagaimana bisa gadis itu membuatnya tersenyum seperti ini? Padahal mereka baru satu hari ini bertemu. Entahlah.

***

Melody melangkah masuk ke kamar sambil menghentakkan kakinya pelan, pertanda kesal. Melody mencium aroma vanilla saat berada di kamar bernuansa pink itu. Kamar itu sangat rapi dan di sudut kamarnya terpajang berbagai macam boneka. Lemari di kamar itu pun di penuhi boneka. Melody gemas melihat boneka itu. Baru saja ia ingin mengambil sebuah boneka teddy bear, gerakannya terhenti karena mendengar suara ketukan pintu.

Tok Tok Tok.

Melody segera membuka pintu kamar. Baru saja pintu kamar itu Melody buka, Ia langsung dihadiahi ucapan dingin lelaki itu lagi.

"Gue cuma ngingetin lo. Jangan pernah nyentuh barang yang ada di kamar ini." tegas Alden.

Cowok itu berlalu begitu saja meninggalkan Melody yang melongo diambang pintu. Dasar cowok dingin. Untung ganteng, gerutu Melody dalam hatinya.

Alden melangkahkan kaki memasuki kamarnya. Ia tak bisa berlama-lama di kamar itu. Ia takut bila harus mengenang kembali masa kelam itu. Jauh di lubuk hatinya, Alden sangat rindu dengan kamar itu. Tapi rindu itu, rindu yang bergejolak didada, ia kubur dalam-dalam. Dalam sekali sampai tak seorang pun yang bisa mengetahuinya. Cukup. Alden butuh istirahat. Ia sangat lelah.

Saat melihat kasurnya, Alden langsung menjatuhkan diri diatasnya dan memejamkan matanya perlahan.
K

ini ia hanyut dalam mimpinya.

Begitupun dengan Melody yang kini tengah hanyut dalam alam mimpi.

***

Melody membuka matanya perlahan saat mendengar pintu kamarnya diketuk. Melody baru sadar kalau ia sekarang tidak berada di kamarnya. Melody membuka pintu kamar dengan langkah gontai.

"Ini seragamnya non." ujar Bi Sumi. Melody menerima seragamnya yang sudah kering itu. "Ini non." sambung Bi Sumi. Melody memandang heran ke arah plastik merah itu.

"Sekarang kan hari sabtu non. Jadi den Alden nyuruh beli seragam ini." jelas Bi Sumi yang paham dengan raut wajah gadis itu.

"Makasih Bi. O ya tas aku mana ya bi?" tanya Melody sopan."Di ruang tamu non." balas Bi Sumi.

"Okay Makasih ya Bi. Aku beres-beres dulu." balas Melody ramah.

Wanita itu tertegun melihat tingkah teman majikannya itu. Gaya bicara gadis itu sangat sopan. Padahal ia hanya seorang pembantu. Bi Sumi segera menghentikan lamunannya. Ia harus mengurus keperluan Alden terlebih dahulu.

Setelah selesai bersiap-siap, Melody langsung menuruni tangga menuju ruang makan. Sepi. Hanya Alden yang ada disitu. Orang tua Alden kemana? - batin Melody. Ia kembali melanjutkan langkah dengan ribuan pertanyaan yang bergelayutan dikepalanya.

"Hayuk non Melody. Sarapan dulu atuh." ujar Bi Sumi yang membuat Alden mendongakkan kepalanya.

Ia terdiam melihat penampilan Melody dengan rambut yang digerai bebas. Cantik - gumam Alden. Ia buru-buru mengalihkan perhatiannya dari gadis itu.

Bi Sumi tersenyum penuh arti melihat tingkah Alden. Ia sudah hapal betul dengan sifat Alden, karena ia merawat Alden dari kecil. Ia juga menganggap Alden seperti anaknya sendiri. Alden pun sudah menganggap Bi Sumi sebagai Ibunya.

Melody duduk di samping Alden. Ia mengambil sepotong roti yang sudah dioles selai chocolate, rasa kesukaan Melody tentunya.

"Kalo ke sekolah naik angkot apa ya bi?" tanya Melody disela sarapannya.

"Ang-"

"Sama gue aja." potong Alden. Ia tidak mungkin membiarkan gadis itu naik angkot. Lagipula ia mengendarai mobil. Jadi apa salahnya memberi tumpangan pada gadis itu?

***

Kini Melody berada didalam satu mobil dengan Alden. Suasana awkward itu kembali hadir. Melody ingin membuka percakapan, tapi ia takut mengganggu konsentrasi seniornya itu.

"Kak." panggil Melody.

"Panggil nama aja." ujar Alden.

"Eh iya A- Al. Kayaknya gue turun disini aja deh. Takut ada yang salah paham." sambung Melody.

Alden paham dengan maksud Melody itu. Jika fans-nya tahu, maka tamatlah riwayat Melody.

Cowok itu langsung menepikan mobilnya di depan halte sekolah. Setelah gadis itu turun, Alden kembali melajukan mobilnya menuju parkiran.

Setelah memarkirkan mobilnya, Alden tak langsung menuju ke kelasnya dan melangkah menjauh dari koridor kelas 12.

Loh Kak Alden kok gak langsung ke kelas? - batin Melody.

Kalo penasaran sama cast nya,
Stay reading ya guys. Next part kali yaaa~~~~
Jgn lupa voment 😉

ALDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang